Mengutip dari Relationalpsych Group, ketika anak merasa tidak mampu memenuhi ekspektasi orangtua, kepercayaan diri mereka sering kali menurun. Mereka mungkin mulai meragukan kemampuan diri sendiri dan merasa tidak layak yang pada akhirnya menciptakan perasaan insecure. Hal ini tidak hanya memengaruhi masa kanak-kanak tetapi juga dapat berlanjut hingga dewasa.
Dampaknya pun meluas ke berbagai aspek kehidupan, seperti pilihan karier dan hubungan pribadi. Anak-anak yang tumbuh dengan kurangnya rasa percaya diri seringkali menghindari tantangan baru karena takut gagal. Akibatnya, potensi mereka tidak berkembang secara maksimal hanya karena rasa takut yang terus menghantui.
3. Prestasi Akademik Menurun
Mengutip dari Thejakartapost, ironisnya meskipun tekanan akademik sering dimaksudkan untuk memotivasi anak, hasilnya justru sebaliknya. Anak-anak yang berada di bawah tekanan tinggi cenderung kehilangan motivasi dalam diri untuk belajar. Mereka lebih fokus pada ketakutan akan kegagalan dibandingkan dengan menikmati proses belajar itu sendiri.
Hal ini menyebabkan penurunan performa akademik dan meningkatkan kecemasan terhadap tugas-tugas sekolah. Alih-alih merasa termotivasi, anak-anak justru merasa terbebani yang pada akhirnya menghambat kemampuan mereka untuk mencapai potensi akademik terbaik mereka.
4. Kesulitan dalam Bersosialisasi
Mengutip dari Click2pro, tekanan dari orangtua juga dapat membuat anak menarik diri dari lingkungan sosial. Anak-anak terlalu fokus pada memenuhi harapan orangtua hingga mengabaikan hubungan pertemanan dan aktivitas sosial lainnya. Hal ini bisa menyebabkan isolasi yang menghambat perkembangan keterampilan sosial mereka.
Dalam jangka panjang, kurangnya interaksi sosial dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk membangun hubungan yang sehat dan bermakna. Anak-anak yang tumbuh dengan tekanan ini mungkin merasa kesulitan untuk berkomunikasi secara efektif atau memahami dinamika sosial yang kompleks.
5. Gangguan Kesehatan Fisik