Mohon tunggu...
Kukuh Budhi Dharma
Kukuh Budhi Dharma Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kumpulan perjalan dari titik awal.

Budhi Dharma Minat dalam bidang sastra, dan menulis meskipun belum jelas

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kami Bukan Sarjana Kertas

13 Februari 2020   11:21 Diperbarui: 21 Februari 2020   13:46 2091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Judul : Kami Bukan Sarjana Kertas
Penulis : J.S. Khairen
Cetakan :  2019
Penerbit : PT. Bukune Kreatif Cipta
Alamat : Jl. Haji Montong No. 57 Ciganjur- Jagakarsa- Jakarta Selatan
Ukuran : 362 hlm
ISBN: 978-620-220-304-9

Tiap kita punya musuh besar

Ia hadir menakutkan dari kegelapan.

  • Menyengat lebih panas dari Aldebaran
    Lebih bahaya dari King Cobra
    Yang melumpuhkan.
    Lebih dingin dari pada Kutub Bumi yang membekukan.
    Di mana musuh itu berada ?
    Dalam jiwa kita sendiri.
    Cara menakhlukanya ?

    Engkau sendiri yang tau, kawan_. (J.s Khairen)


    Novel ini dikemas dengan bahasa yang sederhana dan kekinian sehingga mudah di cerna kalangan milenial, khusunya yang lagi galau di dunianya. Anak muda memang harus galau untuk menyongsong ketidak pastian di depan. Dalam novel ini penulis lebih menonjolkan pesan pada milenial yang lagi studi di perguruan tinggi.

    Terkait tujuan dan perjuangan yang tidak jelasan apa yang diperjuangankan. Bahkan, ada yang sampai mengakhiri hidupnya namun gagal dan ia kena DO (drop out) dari kampus. Ketika saya membaca novel ini terasa sangat hidup, seolah saya masih studi Strata Satu dengan teman-teman seperjuangan yang kebanyakan nyasar dengan program studinya.

    Berikut kisahnya,

    Di kampus UDEL, terjebak tujuh mahasiswa yang hidup segan kuliah tak mau. Mereka terpaksa kuliah di kampus yang google saja gak tau.

    Alasan mereka masuk kampus Udel Bermacam-macam. Ada yang otaknya tidak mampu masuk kampus negeri, ada yang secara finansial kurang, ada yang penting bisa kuliah aja. Hari pertama kuliah, mereka di ajar Ibu Lira Estrini-dosen konseling yang masih muda ini mengemparkan kelas dengan pizza dan Tikus madagaskarnya.

    Anehnya, semangat mahasiswa buangan ini justru terbakar dan berani untuk bermimpi. Ibu Lira merupakan lulusan Rekayasa Genetik S3 dari Amerika, ia sangat pandai memberi semangat para mahasiswanya melalui serangakaian hewan yang aneh. Meskipun membakar semangat dengan anjing, kecoa, tikus, yang menjijikan. Justru dari hewan hewan itu mereka belajar banyak hal.

    Novel kami bukan sarjana kertas bercerita seputar kerumitan studi di kampus Udel dengan dosen purbakala dan mafia yang tak mengenal teknologi, yang masih bangga berlama-lama meluluskan mahasiswanya.

    Dosen Sugiono dan anteknya yang kelak akan melaporkan kampus Udel agar di cabut izinya.

    Menurut meraka mahasiswa adalah ladang uang, sebab meraka bisa menjual buku dengan harga selangit, makalah yang tebal bisa di jual di tukang lowak untuk bayar kredit motor dan utang, uang pelicin untuk mahasiswa bimbingan akhir.

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
    Lihat Fiksiana Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun