Mohon tunggu...
Budhi Kusuma Wardhana
Budhi Kusuma Wardhana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Pekerja kantoran yang suka baca, penikmat sastra dan teater, menggemari fotografi, mencintai traveling demi sebuah reportase. Baginya menulis adalah bentuk aktualisasi diri, seperti kata Filsuf Perancis Rene Descartes, Cogito Ergo Sum, yang kemudian diplesetkan menjadi, "Aku Nulis, Maka Aku Ada!". Bisa ditemui di Facebook : budhi.wardhana, Twitter : @budhiwardhana, dan email : budhi.wardhana@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Sepotong Pagi di Orchard Road

10 September 2011   07:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:05 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nyaris dua ratus tahun lampau Orchard hanyalah sepenggal jalan di daerah perkebunan pala, lada, dan buah-buahan. Karenanya jalan itu dinamai Orchard Road (orchard = perkebunan). Barangkali tak ada yang membayangkan kalau perkebunan ini nantinya menjadi ikon bisnis dari sebuah negara yang berpengaruh secara ekonomi di kawasan Asia. Sebab pembangunan secara komersial barulah dimulai di abad keduapuluh selepas tahun 1970.

Matahari pagi menerobos dedaunan peneduh Jalan Orchard dengan sinarnya yang lembut dan  jatuh tepat di wajahku. Sesaat saya tengadah meresapi kehangatan awal hari. Inikah kehangatan khas Orchard yang beraroma modern? Perasaan saya sungguh asing ditemani wajah-wajah yang diam. Juga bangunan-bangunan mencakar langit yang terlihat angkuh dan sombong.

Adakah yang akan menyapa saya di sini?

[caption id="attachment_134101" align="aligncenter" width="300" caption="Orchard Road Tempo Dulu tahun 1900 (foto : Dok. Wikipedia)"][/caption]

...It's eight o'clock and the dawn's arrived Orchard Road it's breakfast time I climb in my car and I turn the key and I'm gone I'm coming home to Orchard Road I'm coming home...*

Sendiri saya menyusuri Orchard. Tak kutemukan kebisingan dari knalpot mobil yang memekakkan telinga, atau teriakan kenek bis kota, metro mini, mikrolet, dan angkot yang berebut penumpang. Juga tak ada teriakan sumpah serapah pengemudi mobil yang diserobot jalannya oleh Kopaja. Tiada pula bising klakson yang  ditekan terus menerus lantaran angkot yang ngetem sembarangan.

Di sini segalanya hidup dalam keteraturan yang nyaman.

Seorang teman pernah bertanya ke saya, "Bagaimana membedakan orang Indonesia di luar negeri?"

Saat itu saya hanya menggelengkan kepala.

"Gampang," jawabnya. "Lihat saja di antrian, jika ada yang nyerobot antrian, pastilah itu orang Indonesia."

Saya mengangguk-angguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun