Nyaris dua ratus tahun lampau Orchard hanyalah sepenggal jalan di daerah perkebunan pala, lada, dan buah-buahan. Karenanya jalan itu dinamai Orchard Road (orchard = perkebunan). Barangkali tak ada yang membayangkan kalau perkebunan ini nantinya menjadi ikon bisnis dari sebuah negara yang berpengaruh secara ekonomi di kawasan Asia. Sebab pembangunan secara komersial barulah dimulai di abad keduapuluh selepas tahun 1970.
Matahari pagi menerobos dedaunan peneduh Jalan Orchard dengan sinarnya yang lembut dan  jatuh tepat di wajahku. Sesaat saya tengadah meresapi kehangatan awal hari. Inikah kehangatan khas Orchard yang beraroma modern? Perasaan saya sungguh asing ditemani wajah-wajah yang diam. Juga bangunan-bangunan mencakar langit yang terlihat angkuh dan sombong.
Adakah yang akan menyapa saya di sini?
[caption id="attachment_134101" align="aligncenter" width="300" caption="Orchard Road Tempo Dulu tahun 1900 (foto : Dok. Wikipedia)"][/caption]
...It's eight o'clock and the dawn's arrived Orchard Road it's breakfast time I climb in my car and I turn the key and I'm gone I'm coming home to Orchard Road I'm coming home...*
Sendiri saya menyusuri Orchard. Tak kutemukan kebisingan dari knalpot mobil yang memekakkan telinga, atau teriakan kenek bis kota, metro mini, mikrolet, dan angkot yang berebut penumpang. Juga tak ada teriakan sumpah serapah pengemudi mobil yang diserobot jalannya oleh Kopaja. Tiada pula bising klakson yang  ditekan terus menerus lantaran angkot yang ngetem sembarangan.
Di sini segalanya hidup dalam keteraturan yang nyaman.
Seorang teman pernah bertanya ke saya, "Bagaimana membedakan orang Indonesia di luar negeri?"
Saat itu saya hanya menggelengkan kepala.
"Gampang," jawabnya. "Lihat saja di antrian, jika ada yang nyerobot antrian, pastilah itu orang Indonesia."
Saya mengangguk-angguk.