Mohon tunggu...
Weren Talia
Weren Talia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

orang Indonesia asli yang selalu bertanya-tanya...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tentang Pimpinan DPR dan Donald Trump

6 September 2015   14:49 Diperbarui: 7 September 2015   18:40 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapakah yang merasa diuntungkan dengan bisnis real estate dan kemudian menyukai bisnis jenis itu? Saya kira warga Kampung Pulo meskipun menolak digusur dari tempatnya yang sederhana itu tidak akan mengubah pandanganya terhadap rumah-rumah mewah yang dibangun oleh perusahaan-perusahaan swasta atas ijin pemerintah. Bukankah ini menyakitkan?

Dari pihak Trump, saya kira peluang tidak akan pernah lenyap dari mata pebisnis. Konferensi pers yang bersamaan dengan kehadiran para pimpinan DPR itu bukanlah suatu kebetulan, paling tidak oleh pihak Trump. Hal ini semakin terang ketika dijelaskan oleh salah satu pimpinan DPR itu bahwa kehadiran mereka di lokasi konferensi pers terjadi dengan begitu saja. Apakah begitu yang sebenarnya? Wallahu a’lam. 

Sebelum lanjut, saya masih bertanya-tanya, apakah Business Inside memainkan peran jurnalistik yang tapat? Adakah kemungkinan ia termasuk dalam skenario? Saya sendiri tidak bisa menyimpulkan.

Menyangkut Partai Republik, secara psikologis, saya kira gambar mantan presiden Bush masih sedikit banyak berkelebat dalam imajinasi masyarakat dunia menyangkut keputusan-keputusannya dalam perang di Timur Tengah. Hal ini juga khususnya dikaitkan dengan pernyataan Trump tentang sikapnya yang anti imigran ilegal. Meskipun hal itu langsung ditanggapi oleh Fadli Zon (yang mungkin tanpa ditanya) dengan menekankan kata “ilegal” dan bukan yang lain. 

Tak hanya mengingatkan luka psikologis yang mulai pudar, para pimpinan DPR ini justru berselfiria di depan kamera video yang ditayangkan di televisi nasional. Dengan biaya perjalanan yang diperkirakan labih dari 10M, masyarakat yang sedang mandi asap di banyak tempat di tanah air akibat kebakaran dan masyarakat yang kesulitan air minum karena kemarau akan mulai berhitung: berapa banyak liter air yang bisa didatangkan dengan 10M untuk menyiram api dan untuk keperluan makan minum? 

Dalam hal di atas, siap-siaplah pihak TV yang akan dijadikan kambing hitam oleh sekelompok kambing putih nantinya. Mengapa demikian? Karena para petinggi DPR itu sendiri tidak menyadari bahwa berita yang ada di AS dalam hitungan detik akan muncul sampai ke Gunung Kidul di Jawa atau Timika di Papua. Sehingga tidak masuk akal ketika ada yang bersungut-sungut menyalahkan imam masjid di NY yang dituduhnya menyebarkan berita.      

Saat berpisah dengan Trump, pimpinan-pimpinan DPR itu masing-masing membawa bingkisan. Saya kira mereka amat senang. Mungkin itu juga salah satu motif tersembunyi. Pertanyaannya adalah: apakah beberapa hadiah itu cukup dibagikan kepada dua ratusan juta jiwa masyarakat Indonesia mengingat mereka ke New York membawa lembaga negara sebagai perwakilan Bangsa Indonesia? Ataukah itu hanya dinikmati sendiri?

Pertanyaan terakhir saya ajukan bukan berarti saya meminta bagian dari hadiah itu. Tentu itu tidak logis walaupun saya merasa berhak untuk itu. Maksudnya adalah bahwa para pimpinan DPR itu jelas menunjukan ketidak-konsistenannya. Mengatasnamakan bangsa Indonesia dalam berbagai kesempatan sekaligus mengambil kesempatan bagi diri sendiri dalam kesempitan.

Terakhir, menyangkut petisi yang sekarang beredar untuk memberhentikan para petinggi itu dari jabatannya, saya kira wajar-wajar saja. Tetapi persoalannya tidak sesederhana itu. Saya justru melihat adanya rivalisme politik yang tidak pernah dewasa (saling membunuh) dalam dinamika persoalan dasar fenomena politik kita hari ini. Dan kehadiran para pimpinan DPR dalam konferensi pers Donald Trump adalah sebuah titik kecil rivalisme akut di Indonesia yang kebetulan saja tertangkap kamera video di New York, Amerika Serikat.

Jogja, 6 September 2015

Weren Talia   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun