Mohon tunggu...
Bubup Prameshwara
Bubup Prameshwara Mohon Tunggu... Operator - Uyeah

Kadang saya memikirkan apa yg terjadi di indonesia ini, sungguh bikin "miris". Tapi kadang saya juga merasa tak ada gunanya memikirkan apa yg sedang saya pikirkan :O

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membangun Generasi Emas Indonesia, Generasi yang Berencana

3 September 2015   08:32 Diperbarui: 3 September 2015   08:32 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pria        : "Bapak kamu Pejabat BKKBN ya?"
Wanita  : "Koq tau....?"
Pria      : "Karena kamu bikin aku jadi kepikiran Keluarga Berencana sama kamu"

#eaaa

Celoteh-celoteh semacam contoh diatas seringkali saya lontarkan ketika sedang mengikuti acara yang diadakan oleh Kompasiana, dengan harapan mampu mencairkan suasana. Seperti saat mengikuti Kompasiana Modis di Gedung Kompas Gramedia Surabaya bersama Ibu Tri Risma Harini, seringkali saya melontarkan joke-joke disela pembicara sedang menyampaikan materi, bahkan ketika acara Kompasiana Nangkring di Bank Indonesia cabang Surabaya, malah saya "battle" dengan Dedy Gigis selaku comic yang menghibur Kompasianer yang hadir dengan ber-Stand Up Comedy. Karena imej orang yang suka menulis adalah terkesan serius dan kaku, maka dari itu setiap ada kesempatan bertemu dengan sesama rekan penulis, saya tak mau terbawa suasana untuk terlalu serius. Dan saat acara Kompasiana Nangkring bersama BKKBN yang diselenggarakan di Paragon Hotel, Solo, tempo hari saya serasa "mati kutu" karena dari sekian banyak Kompasianers yang hadir terlihat serius sekali. Sekian prolog dari saya, dan marilah kita menuju ke tema utama kita "Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga".

Setelah berkali-kali jauh-jauh dari Solo mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kompasiana di Jakarta maupun Surabaya, akhirnya ada kesempatan juga mengikuti acara yang diadakan oleh Kompasiana di Solo. Meskipun acara yang diadakan berubah-ubah waktu dikarenakan menyesuaikan jadwal para pembicara yang hadir, saya tetap antusias menunggu kepastian acara tersebut. Akhirnya sudah fix bahwa acara akan diadakan pada Kamis, 20 Agustus 2015 di Ball Room Red Saphire, Paragon Hotel, Solo, mulai pukul 9 pagi. Baiklah, dalam kesempatan kali ini saya akan mengulasnya dalam 4 poin utama.

[caption caption="Kompasiana Nangkring"][/caption]

1. Kompasiana Nangkring bersama BKKBN

Karena ada keperluan mendadak yang tidak bisa ditinggalkan, maka rencana saya untuk hadir lebih awal pada pukul 8 sesuai obrolan malam sebelumnya dengan beberapa Kompasianers Solo (Komposono) dengan beberapa admin Kompasiana, akhirnya pun harus tertunda. Ketika saya datang memasuki ruangan tempat diadakannya acara, ehh ternyata kedatangan saya berbarengan dengan tarian pembuka yang disuguhkan untuk mengawali acara ini. Dan tentunya keterlambatan saya ini berimbas pada hilangnya kesempatan untuk saling tegur-sapa atau berkenalan dengan Kompasianers yang hadir. Saya pun kemudian mengambil tempat duduk di bangku deretan belakang, dengan cahaya yang temaram (halahhh).

Beruntung, saya belum terlambat mengikuti inti acara kali ini. Pada inti acara diawali dengan pembukaan diantaranya oleh Bapak Dr Surya Chandra Surapaty MPh PhD, selaku Ketua BKKBN Pusat. Kemudian sambutan oleh Bapak Basuki Anggoro Heksa, selaku perwakilan dari Pemkot Solo dikarenakan Pjs. Walikota Solo, Bapak Budi Suharto berhalangan hadir. Selanjutnya 4 narasumber tampil bergantian untuk menyampaikan materi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Tampil pertama sebagai narasumber adalah Bapak Soleh Amini Yahman, M.si. PSi. Narasumber pertama ini bisa dibilang sebagai "paket komplit", karena kesehariannya dikenal sebagai dosen, motivator, agamawan, dan juga sekaligus sebagai blogger. Kemudian narasumber kedua adalah budayawan yang sudah tak asing lagi di telinga kita, Arswendo Atmowiloto. Sedangkan dua narasumber berikutnya adalah dari BKKBN yakni: Bapak Dr Sudibyo Alimoeso MA, selaku Deputi Keluarga Sejahtera dan Pembangunan Keluarga (KSPK) BKKBN, dan Bapak dr Abidinsyah Siregar DHSM MKes, selaku Deputi Bidang Advokasi Penggerakan dan Informasi BKKBN.

Yang menarik dari acara Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN di Solo ini adalah, pihak penyelenggara (Kompasiana) mengutamakan "kearifan lokal" alias menunjuk Mbak Niken Satyawati (Kompasianers Solo) sebagai moderator pada diskusi kali ini. Dan seperti acara-acara Kompasiana yang lain, tak lengkap rasanya bila tak ada live tweet competition dan kuis untuk memeriahkan acara. Selesai acara dan makan siang, biasanya saya masih tetap bertahan di lokasi untuk ngobrol sesama Kompasianers, namun karena Komposono (Kompasianers Solo) pada pukul dua siang ternyata juga ada agenda lain, maka jurus SMP (sudah makan pulang) yang kami andalkan paska selesainya acara ini :p

2. Rangkuman "Menanamkan Revolusi Mental Melalui 8 Fungsi Keluarga"

Bicara mengenai Revolusi Mental, tentu kita tak lepas dari pidato Presiden Ir. Soekarno pada tahun 1957 mengenai pentingnya "National Character Building". Hal ini pula yang sejalan dengan apa yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi bahwa "Karakter Bangsa Indonesia seharusnya bisa menjadi modal bagi kesejahteraan masyarakat". Lantas bagaimana mewujudkan masyarakat yang sejahtera?

Masyarakat dalam lingkup yang paling kecil adalah keluarga, jadi tugas pokok mewujudkan kesejahteraan harus diawali dari lingkup yang paling kecil terlebih dahulu. Nilai-nilai pendidikan karakter harus ditanamkan mulai dalam keluarga, yang meliputi :

  • Olah Pikir
  • Olah Hati
  • Olah Raga
  • Olah Rasa/Karsa

Pemerintah harus hadir dalam mewujudkan keluarga sejahtera, maka dari itu Program Keluarga Berencana wajib mendapat perhatian serius dari pemerintah. Peran serta pemerintah makin serius ketika Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendapatkan payung hukum melalui UU No.52 Tahun 2009.

Inilah tantangan berat bagi BKKBN untuk menanamkan Revolusi Mental, terlebih sebentar lagi dunia global akan menghadapi Bonus Demografi. Dimana pada saatnya tiba masa itu, bangsa ini akan menggantungkan harapannya pada orang-orang di usia produktif untuk berkarya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini. Sangat tepat bila BKKBN mampu membaca bahwasanya Revolusi Mental harus ditanamkan melalui 8 fungsi keluarga. Keluarga (usia anak-anak) inilah yang nantinya akan mencapai usia produktif bila tiba waktunya bangsa ini menghadapi Bonus Demografi. Sebagai Kepala Keluarga, tentu yang bertanggung jawab dalam membina, mendidik, dan mensejahterakan anggota keluarganya. Dan BKKBN sangat jeli bahwasanya harus giat mensosialisasikan 8 fungsi keluarga demi terciptanya keluarga yang sejahtera dan menciptakan generasi penerus yang mampu mewujudkan kemajuan bangsa ini. 8 Fungsi Keluarga, yaitu :

  1. Fungsi Agama
  2. Fungsi Perlindungan
  3. Fungsi Cinta & Kasih Sayang
  4. Fungsi Ekonomi
  5. Fungsi Reproduksi
  6. Fungsi Pendidikan
  7. Fungsi Lingkungan
  8. Fungsi Sosial & Budaya

Dalam sosialisasi, BKKBN mempunyai slogan yang diharapkan mampu mengedukasi masyarakat akan arti pentingnya Keluarga Berencana. Dalam sosialisai tentunya slogan ini bisa berulang kali digelorakan guna memacu semangat masyarakat.

  • Salam 2 Jari, dengan mengacungkan 2 jari (telunjuk & tengah) yang dijawab dengan berseru "Dua Anak Cukup"
  • Salam 3 Jari, atau yang biasa disebut Salam GenRe (Generasi Berencana) dengan mengacungkan 3 jari (jempol & telunjuk membentuk lingkaran) yang berarti Zero Tolerance terhadap Free Sex, Napza, HIV/AIDS, dan dijawab dengan berseru "Saatnya yang muda yang berencana. Sehat, Cerdas, Ceria."
  • salam 5 jari, yang dijawab dengan berseru MERDEKA !!!

Di akhir rangkuman singkat ini, seyogyanya kita memahami bahwa sekeras apapun pemerintah (BKKBN) menyerukan program dengan segala fasilitas dan edukasinya, tentu tak akan berjalan sebagaimana mestinya bila tak ada peran serta masyarakat. Untuk itu kita sebagai masyarakat harus bisa membantu program ini agar nanti sekian tahun ke depan kita masih berkesempatan untuk melihat Generasi Emas Bangsa Indonesia. Berawal dari mana? Tentunya dari keluarga kita sendiri ;)

3. Tahukah Anda Bahwa........

Untuk ulasan pada poin ketiga ini saya ingin sedikit berbagi hal mengenai BKKBN yang mungkin belum disinggung atau baru sedikit disinggung pada kesempatan Kompasiana Nangkring karena terbatasnya waktu sehingga narasumber belum bisa menjelaskan secara menyeluruh tentang hal-hal yang berkaitan dengan BKKBN. Karena tempat saya nongkrong tiap hari (Mako BNN Sukoharjo) bersebelahan dengan kantor BKKBN Sukoharjo, jadi saya sedikit-sedikit juga paham mengenai BKKBN. Seperti contoh yang sudah disinggung sedikit mengenai BKKBN yang akan mengadakan lomba membuat jingle, video, dll. Dan ulasan pada poin ketiga ini akan saya kemas dalam bentuk pertanyaan sederhana. Salam GenRe ;)

  • Tahukah anda bahwa ada mata uang logam tempo dulu yang berlogo Keluarga Berencana?
  • Tahukah anda bahwa iklan layanan masyarakat yang dibintangi oleh Bambang Pamungkas, ternyata beliau mempunyai 3 anak?
  • Tahukah anda bahwa peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII di Jawa Tengah diadakan di Sukoharjo pada 6 Agustus 2015?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN mempunyai pegawai di tiap tingkat Kecamatan?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN di beberapa daerah bahkan pegawai ada di tingkat Kelurahan?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN mempunyai sepeda motor branding warna biru dengan logo 2 jari (fasilitas transportasi) yang ada di tiap Kecamatan?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN selalu bagi-bagi kondom gratis bagi Pasutri?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN menyediakan konsultasi kontrasepsi bagi Pasutri?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN bisa bersinergi dengan badan pemerintah yang lainnya dalam mensosialisasikan program?
  • Tahukah anda bahwa BKKBN menggandeng "Wayang Kampung Sebelah", kesenian asli Solo untuk melakukan sosialisasi?

4. Pertanyaan, Kritik, dan Saran

Langsung saja pertanyaan, kritik, dan saran akan saya satukan dalam ulasan poin terakhir ini. Maklum, ketika tempo hari di Kompasiana Nangkring ada sesi tanya jawab, saya tidak berkesempatan menyampaikannya. Apalagi sebenarnya saya sudah menyiapkan satu lagu untuk saya bawakan sebagai hiburan pada acara tersebut, karena tema lagunya cocok untuk acara Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN. Jadi disinilah saya akan menyampaikan "uneg-uneg" saya, dan semoga saja ada dari pihak BKKBN yang sudi kiranya menanggapi.

BKKBN mempunyai tenaga pegawai hingga tingkat Kecamatan, namun upaya jemput bola menyasar bertatap muka dengan masyarakat belum begitu terasa. Contohnya, jarang saya melihat ada sosialisasi dari BKKBN sampai ke desa-desa. Kalau pun ada, paling acara resmi yang diadakan di Kelurahan dengan mengundang perwakilan warga. Wajar bila hanya perwakilan saja yang diundang, karena memang pada jam kerja banyak para kepala keluarga (warga) yang sedang bekerja. Jadi terasa kurang menyeluruh menjangkau masyarakat di tingkat paling bawah (bertatap muka di tingkat RT/RW), padahal BKKBN mempunyai tenaga penyuluh yang notabene adalah PNS yang digaji oleh negara. Bukan mengenai "digaji oleh negara" yang ingin saya kritisi, namun, tenaga pegawai di tingkat bawah (terutama penyuluh) kurang bisa berinovasi dalam mensosialisasikan program-program BKKBN.

Pertanyaan saya adalah :
"Apakah tenaga pegawai BKKBN hanya terbatas sampai berakhirnya jam kerja PNS saja?"

Mengapa saya bertanya seperti ini, hal ini didasari perbandingan dengan kami para Relawan Anti Narkoba di BNN Sukoharjo. Dari sekian banyak relawan, pasti bisa mengatur jadwal waktu senggang masing-masing personel sehingga kapanpun diminta penyuluhan selalu siap 24 jam. Penyuluhan pun dilakukan di tingkat paling mendasar di bawah seperti, arisan RT (biasanya malam hari), arisan pemuda-pemudi/karang taruna (biasanya malam juga), arisan ibu-ibu PKK, di sekolah-sekolah memberikan penyuluhan kepada murid-murid (bisa pagi/siang), atau bahkan pernah diundang untuk pembekalan siswa-siswi dalam Masa Orientasi Siswa (tengah malam). Itu baru penyuluhan, belum kegiatan lainnya seperti mengajar (Kejar Paket B/C) bagi anak-anak putus sekolah, dan kegiatan lainnya. Dan dari kesemua kegiatan tersebut kami lakukan sebagai relawan, alias tidak ada yang menggaji. Saya berharap BKKBN dengan kepegawaiannya yang tentunya lebih sistematis dan terstruktural, bisa melakukan lebih baik lagi daripada para kami para relawan yang hanya memanfatkan waktu luang demi kegiatan positif seperti itu. Karena bagi kami menyasar langsung sampai ke tingkat paling bawah adalah hal vital yang mutlak perlu dilakukan, sehingga Revolusi Mental dapat digaungkan langsung kepada individu-individu yang diharapkan akan mengedukasi untuk mengerti, memahami, dan menerapkan 8 Fungsi Keluarga demi mewujudkan keluarga (masyarakat) yang sejahtera.

MERDEKA !!!!!

Twitter : @BubupTweet

[caption caption="Kompasiana Nangkring"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun