Inilah tantangan berat bagi BKKBN untuk menanamkan Revolusi Mental, terlebih sebentar lagi dunia global akan menghadapi Bonus Demografi. Dimana pada saatnya tiba masa itu, bangsa ini akan menggantungkan harapannya pada orang-orang di usia produktif untuk berkarya demi kemajuan dan kesejahteraan bangsa ini. Sangat tepat bila BKKBN mampu membaca bahwasanya Revolusi Mental harus ditanamkan melalui 8 fungsi keluarga. Keluarga (usia anak-anak) inilah yang nantinya akan mencapai usia produktif bila tiba waktunya bangsa ini menghadapi Bonus Demografi. Sebagai Kepala Keluarga, tentu yang bertanggung jawab dalam membina, mendidik, dan mensejahterakan anggota keluarganya. Dan BKKBN sangat jeli bahwasanya harus giat mensosialisasikan 8 fungsi keluarga demi terciptanya keluarga yang sejahtera dan menciptakan generasi penerus yang mampu mewujudkan kemajuan bangsa ini. 8 Fungsi Keluarga, yaitu :
- Fungsi Agama
- Fungsi Perlindungan
- Fungsi Cinta & Kasih Sayang
- Fungsi Ekonomi
- Fungsi Reproduksi
- Fungsi Pendidikan
- Fungsi Lingkungan
- Fungsi Sosial & Budaya
Dalam sosialisasi, BKKBN mempunyai slogan yang diharapkan mampu mengedukasi masyarakat akan arti pentingnya Keluarga Berencana. Dalam sosialisai tentunya slogan ini bisa berulang kali digelorakan guna memacu semangat masyarakat.
- Salam 2 Jari, dengan mengacungkan 2 jari (telunjuk & tengah) yang dijawab dengan berseru "Dua Anak Cukup"
- Salam 3 Jari, atau yang biasa disebut Salam GenRe (Generasi Berencana) dengan mengacungkan 3 jari (jempol & telunjuk membentuk lingkaran) yang berarti Zero Tolerance terhadap Free Sex, Napza, HIV/AIDS, dan dijawab dengan berseru "Saatnya yang muda yang berencana. Sehat, Cerdas, Ceria."
- salam 5 jari, yang dijawab dengan berseru MERDEKA !!!
Di akhir rangkuman singkat ini, seyogyanya kita memahami bahwa sekeras apapun pemerintah (BKKBN) menyerukan program dengan segala fasilitas dan edukasinya, tentu tak akan berjalan sebagaimana mestinya bila tak ada peran serta masyarakat. Untuk itu kita sebagai masyarakat harus bisa membantu program ini agar nanti sekian tahun ke depan kita masih berkesempatan untuk melihat Generasi Emas Bangsa Indonesia. Berawal dari mana? Tentunya dari keluarga kita sendiri ;)
3. Tahukah Anda Bahwa........
Untuk ulasan pada poin ketiga ini saya ingin sedikit berbagi hal mengenai BKKBN yang mungkin belum disinggung atau baru sedikit disinggung pada kesempatan Kompasiana Nangkring karena terbatasnya waktu sehingga narasumber belum bisa menjelaskan secara menyeluruh tentang hal-hal yang berkaitan dengan BKKBN. Karena tempat saya nongkrong tiap hari (Mako BNN Sukoharjo) bersebelahan dengan kantor BKKBN Sukoharjo, jadi saya sedikit-sedikit juga paham mengenai BKKBN. Seperti contoh yang sudah disinggung sedikit mengenai BKKBN yang akan mengadakan lomba membuat jingle, video, dll. Dan ulasan pada poin ketiga ini akan saya kemas dalam bentuk pertanyaan sederhana. Salam GenRe ;)
- Tahukah anda bahwa ada mata uang logam tempo dulu yang berlogo Keluarga Berencana?
- Tahukah anda bahwa iklan layanan masyarakat yang dibintangi oleh Bambang Pamungkas, ternyata beliau mempunyai 3 anak?
- Tahukah anda bahwa peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) XXII di Jawa Tengah diadakan di Sukoharjo pada 6 Agustus 2015?
- Tahukah anda bahwa BKKBN mempunyai pegawai di tiap tingkat Kecamatan?
- Tahukah anda bahwa BKKBN di beberapa daerah bahkan pegawai ada di tingkat Kelurahan?
- Tahukah anda bahwa BKKBN mempunyai sepeda motor branding warna biru dengan logo 2 jari (fasilitas transportasi) yang ada di tiap Kecamatan?
- Tahukah anda bahwa BKKBN selalu bagi-bagi kondom gratis bagi Pasutri?
- Tahukah anda bahwa BKKBN menyediakan konsultasi kontrasepsi bagi Pasutri?
- Tahukah anda bahwa BKKBN bisa bersinergi dengan badan pemerintah yang lainnya dalam mensosialisasikan program?
- Tahukah anda bahwa BKKBN menggandeng "Wayang Kampung Sebelah", kesenian asli Solo untuk melakukan sosialisasi?
4. Pertanyaan, Kritik, dan Saran
Langsung saja pertanyaan, kritik, dan saran akan saya satukan dalam ulasan poin terakhir ini. Maklum, ketika tempo hari di Kompasiana Nangkring ada sesi tanya jawab, saya tidak berkesempatan menyampaikannya. Apalagi sebenarnya saya sudah menyiapkan satu lagu untuk saya bawakan sebagai hiburan pada acara tersebut, karena tema lagunya cocok untuk acara Kompasiana Nangkring Bersama BKKBN. Jadi disinilah saya akan menyampaikan "uneg-uneg" saya, dan semoga saja ada dari pihak BKKBN yang sudi kiranya menanggapi.
BKKBN mempunyai tenaga pegawai hingga tingkat Kecamatan, namun upaya jemput bola menyasar bertatap muka dengan masyarakat belum begitu terasa. Contohnya, jarang saya melihat ada sosialisasi dari BKKBN sampai ke desa-desa. Kalau pun ada, paling acara resmi yang diadakan di Kelurahan dengan mengundang perwakilan warga. Wajar bila hanya perwakilan saja yang diundang, karena memang pada jam kerja banyak para kepala keluarga (warga) yang sedang bekerja. Jadi terasa kurang menyeluruh menjangkau masyarakat di tingkat paling bawah (bertatap muka di tingkat RT/RW), padahal BKKBN mempunyai tenaga penyuluh yang notabene adalah PNS yang digaji oleh negara. Bukan mengenai "digaji oleh negara" yang ingin saya kritisi, namun, tenaga pegawai di tingkat bawah (terutama penyuluh) kurang bisa berinovasi dalam mensosialisasikan program-program BKKBN.
Pertanyaan saya adalah :
"Apakah tenaga pegawai BKKBN hanya terbatas sampai berakhirnya jam kerja PNS saja?"
Mengapa saya bertanya seperti ini, hal ini didasari perbandingan dengan kami para Relawan Anti Narkoba di BNN Sukoharjo. Dari sekian banyak relawan, pasti bisa mengatur jadwal waktu senggang masing-masing personel sehingga kapanpun diminta penyuluhan selalu siap 24 jam. Penyuluhan pun dilakukan di tingkat paling mendasar di bawah seperti, arisan RT (biasanya malam hari), arisan pemuda-pemudi/karang taruna (biasanya malam juga), arisan ibu-ibu PKK, di sekolah-sekolah memberikan penyuluhan kepada murid-murid (bisa pagi/siang), atau bahkan pernah diundang untuk pembekalan siswa-siswi dalam Masa Orientasi Siswa (tengah malam). Itu baru penyuluhan, belum kegiatan lainnya seperti mengajar (Kejar Paket B/C) bagi anak-anak putus sekolah, dan kegiatan lainnya. Dan dari kesemua kegiatan tersebut kami lakukan sebagai relawan, alias tidak ada yang menggaji. Saya berharap BKKBN dengan kepegawaiannya yang tentunya lebih sistematis dan terstruktural, bisa melakukan lebih baik lagi daripada para kami para relawan yang hanya memanfatkan waktu luang demi kegiatan positif seperti itu. Karena bagi kami menyasar langsung sampai ke tingkat paling bawah adalah hal vital yang mutlak perlu dilakukan, sehingga Revolusi Mental dapat digaungkan langsung kepada individu-individu yang diharapkan akan mengedukasi untuk mengerti, memahami, dan menerapkan 8 Fungsi Keluarga demi mewujudkan keluarga (masyarakat) yang sejahtera.
MERDEKA !!!!!
Twitter : @BubupTweet
[caption caption="Kompasiana Nangkring"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H