Hal ini tentu saja membuat geram hampir semua Pasoepati, mengingat bahwa musim lalu pihak pengurus Persis Solo begitu menelantarkan para pemain dengan nunggak gaji dan segala permasalahan lainnya. Pasoepati-lah yang setia mendukung dan membesarkan hati para pemain untuk tetap mengakhiri kompetisi musim lalu, bahkan antara pemain dan Pasoepati pun makan bersama hanya dengan nasi bungkus, demi sebuah solidaritas. Kemana pengurus saat itu? Entah apa yang dilakukan, yang jelas para pemain diperas tenaga nya untuk menyelesaikan musim lalu, sedangkan Pasoepati tetap selalu berada di dekat para pemain.
Aroma tak sedap dualisme ini sebelumnya tercium dengan diadakannya rapat gelap-gelapan antara pengurus klub dengan 26 klub anggotanya. Inilah yang juga menjadi satire Pasoepati kepada pengurus, entah ke-26 klub itu siapa dan darimana, tahu-tahu koq bisa ikut memberikan suara. Kemana mereka saat para pemain nunggak gaji? Kemana mata mereka saat Pasoepati patungan hanya demi membeli nasi bungkus untuk dimakan bersama para pemain?
Menilik tulisan-tulisan PSK sebelumnya, makin kentara bahwasanya permasalahan sepakbola di tanah air tak lain dan tak bukan dikarenakan PENGURUS (klub, pengda, pengprov) yang bikin ribut dan tak pernah sekalipun melibatkan peran suporter sebagai faktor utama demokrasi di persepakbolaan negeri ini.
* * * * * * * * *
~~{[["P.S.K"]]}~~
Pengamat Sepakbola Koplaksiana
oleh : Bubup Prameshwara, SH
(Specialis Humor)
Peraih gelar Humoris Causa dari UGM (Universitas Genteng Merah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H