Besok (21/12) adalah jadwal laga sepakbola Divisi Utama-nya PT Liga Indonesia antara tuan rumah Persiku Kudus melawan Persis Solo yang akan ditayangkan langsung oleh stasiun televisi Antv. Mengenai prediksi dan preview laga ini tentu saja sangat sulit diprediksi, sesulit menarik kesimpulan yang terjadi antara Januari-Desember tentang sepakbola tanah air.
Baiklah, kali ini memang gue sengaja tidak ngebahas soal pertandingan tersebut, karena disini gue akan coba menjabarkan investigasi asal-asalan versi PSK (sekali lagi gue ulang, investigasi asal-asalan versi PSK) mengenai konflik dualisme di tubuh Persis Solo. Mungkin yang belum tahu mengenai Persis Solo, kini klub kebanggaan kota Solo dan sekitarnya ini tengah terjadi kemelut sama seperti halnya PSMS, Persija, Arema, maupun Persib. Kemelut ini tentu saja berujung pada pilihan yang terjadi karena dualisme liga yang tengah terjadi di persepakbolaan yang kita cintai ini (kalo masih ngaku cinta sich). Secara berkesinambungan terus menerus, Pasoepati (pasukan soeporter paling sejati) selalu menjaga dan mengawal apapun kegiatan olahraga yang ada di kota Solo, utamanya adalah sepakbola. Bahkan saat ada LPI dulu, Pasoepati sama-sama memberikan dukungan kepada Persis Solo yang berlaga di Divisi Utama PSSI dan Solo FC yang berlaga di LPI. Dukungan kepada kedua klub ini nyaris sepadan, menunjukkan antusiasme sepakbola di "Kota Bengawan" ini.
Belajar dari pengalaman, DPP Pasoepati turut bicara mengenai konflik yang terjadi di sepakbola tanah air. Pernyataan resmi terwujud saat beberapa hari yang lalu digelar rapat anggota Pasoepati yang diadakan di Monumen Pers, Solo. Akhirnya, tanpa ada silang pendapat yang berarti, DPP Pasoepati menyatakan dukungan untuk Persis Solo berlaga di Divisi Utama (championship) yang resmi dibawah PSSI, dan tidak mengakui Persis Solo versi Paulus. Berikut adalah pernyataan dari hasil rapat yang dipimpin oleh Presiden DPP Pasoepati, Bimo Putranto, dikutip dari pasoepati.net :
LIGA PT. LIGA PRIMA INDONESIA SPORTINDO (PT. LPIS)
Liga ini diadakan atas sepengetahuan ketua umum PSSI. Ketua umum PSSI sendiri terpilih melalui kongres dan diakui oleh pemerintah Indonesia. Ketua umum PSSI juga diakui oleh AFC dan FIFA.
Keuntungan :
- Nasib masa depan para pemain terjamin aman karena mengacu pada PSSI, AFC dan FIFA.
- Untuk pencarian sponsor lebih mudah karena liga Legal.
- Untuk perijinan lebih mudah dikarenakan kegiatan ini di bawah naungan pemerintah.
- Untuk pembiayaan sudah ada.
Kerugian : TIDAK ADA
LIGA PT. LIGA INDONESIA (PT. LI)
Liga ini diadakan dengan mengatas namakan insan/tokoh sepak bola yang sudah lama bercokol di PSSI sekian puluh tahun dan berkeinginan untuk mengadakan makar atau KLB di tubuh PSSI hasil kongres Solo.
Keuntungan : ???
Kerugian :
- Nasib para pemain pasti terkena sanksi organisasi. Dan ini menyebabkan terhambatnya karir pemain.
- Terpecahnya penikmat bola di Solo
* * *
Permasalahannya, para pengurus Persis Solo lebih merekomendasikan Persis Solo untuk berlaga di Divisi Utama versi PT LI. Hal ini ditegaskan kepengurusan setelah bertemu dengan Djoko Driyono dan mengatakan bahwa berlaga di DU PT LI akan mendapatkan dana awal sebesar 500 juta dari sebelumnya "menurut" Kongres Bali adalah sebesar 300 juta. Manajemen dibawah Paulus pun mengiyakan tawaran Djoko Driyono (ngiler duit, huekz), ditambah lagi ketum Persis Solo (nonaktif), FX Hadi Rudyatmo juga menyarankan Persis Solo mengikuti liga dibawah PT LI.
Hal ini tentu saja membuat geram hampir semua Pasoepati, mengingat bahwa musim lalu pihak pengurus Persis Solo begitu menelantarkan para pemain dengan nunggak gaji dan segala permasalahan lainnya. Pasoepati-lah yang setia mendukung dan membesarkan hati para pemain untuk tetap mengakhiri kompetisi musim lalu, bahkan antara pemain dan Pasoepati pun makan bersama hanya dengan nasi bungkus, demi sebuah solidaritas. Kemana pengurus saat itu? Entah apa yang dilakukan, yang jelas para pemain diperas tenaga nya untuk menyelesaikan musim lalu, sedangkan Pasoepati tetap selalu berada di dekat para pemain.
Aroma tak sedap dualisme ini sebelumnya tercium dengan diadakannya rapat gelap-gelapan antara pengurus klub dengan 26 klub anggotanya. Inilah yang juga menjadi satire Pasoepati kepada pengurus, entah ke-26 klub itu siapa dan darimana, tahu-tahu koq bisa ikut memberikan suara. Kemana mereka saat para pemain nunggak gaji? Kemana mata mereka saat Pasoepati patungan hanya demi membeli nasi bungkus untuk dimakan bersama para pemain?
Menilik tulisan-tulisan PSK sebelumnya, makin kentara bahwasanya permasalahan sepakbola di tanah air tak lain dan tak bukan dikarenakan PENGURUS (klub, pengda, pengprov) yang bikin ribut dan tak pernah sekalipun melibatkan peran suporter sebagai faktor utama demokrasi di persepakbolaan negeri ini.
* * * * * * * * *
~~{[["P.S.K"]]}~~
Pengamat Sepakbola Koplaksiana
oleh : Bubup Prameshwara, SH
(Specialis Humor)
Peraih gelar Humoris Causa dari UGM (Universitas Genteng Merah)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H