Rudi Corens (78 tahun), seorang kurator, seniman, kolektor, dan mantan dosen Universitas Gajah Mada berkebangsaan Belgia yang telah menetap di Jogja sejak 1991 ini secara langsung telah memberikan sumbangsih besar di bidang edukasi, seni, dan budaya bagi bangsa Indonesia. Berawal keinginannya untuk menggali budaya mulai dari jaman kolonial mengantarkannya lebih jauh kepada kecintaannya terhadap warisan budaya nusantara, terutama yang berkaitan dengan dunia anak.
1. Museum
Kecintaannya kepada dunia anak dan didukung koleksinya yang melebihi 900 jenis mainan, Rudi Corens berinisiatif untuk mendirikan museum yang bertujuan untuk melindungi warisan dunia anak yang semakin lama semakin tergerus oleh modernisasi. Bekerjasama dengan Dyan Anggraini, kepala Taman Budaya Yogyakarta, maka museum anak Kolong Tangga resmi dibuka pada 2 Februari 2008. Dengan adanya museum ini maka diharapkan pengunjung baik anak-anak maupun masyarakat umum dapat menimba pengetahuan sekaligus nilai-nilai budaya dan turut menjaga kelestariannya. Orang tua sebagai pilar diharapkan dapat menanamkan pesan dan nilai positif kepada anak-anaknya.
Keberadaan dongeng yang kini tergusur oleh media tak bergerak (komik) dan media bergerak (film) juga tak luput dari perhatian Rudi. Di museum ini pula kita dapat menikmati visualisasi dongeng dan mainan anak yang berhubungan dengan cerita rakyat tradisional (salut juga buat Kompasianer yang mengadakan program PARADOKS).
2. Koleksi
Jenis koleksi di museum anak Kolong Tangga ini juga memberi nilai lebih, karena koleksinya pun tak hanya berasal dari nusantara namun juga koleksi dari mancanegara. Koleksi dari nusantara yang paling sepele semisal koleksi gambar yang belakangnya ada rambu-rambu lalu lintas (saat saya kecil, koleksi gambar seperti ini merk yang terkenal adalah merk Gunung Kelud, hehee) pun ada disini. Otok-otok, baling-baling, gasing, dan permainan sederhana peninggalan nenek moyang kita dulu pun tak mau ketinggalan mejeng disini.
Koleksi mainan mancanegara terutama yang dari jaman dulu pun juga banyak, mulai dari boneka berbahan kain, boneka kayu, mainan alat-alat rumah tangga model Eropa yang biasa dipakai untuk masak-masakan pun banyak di museum ini. Rudi pun melengkapi pula koleksinya dengan sesuatu yang berbau percampuran antara Jawa dan Eropa, misalkan batik Pekalongan yang motifnya menggambarkan kisah si Topi Merah, dongeng srigala yang menyamar sebagai nenek tua, maupun dongeng-dongeng Eropa lainnya.
3. Kegiatan
Museum anak Kolong Tangga ini juga memiliki bengkel (workshop) layaknya seperti galeri-galeri seni lain di Jogja, letaknya pun tak jauh dari museum. Di bengkel ini memproduksi beraneka kerajinan tangan, mainan anak, dan barang-barang seni lainnya. Kegiatan yang digelar di museum tiap akhir pekan pun membuat museum dipadati oleh anak-anak. Ditengah gempuran game elektronik, kegiatan di museum ini bagai sebuah oase yang menawarkan tempat bagi anak-anak untuk menikmati dunia permainan yang aktif sembari mendalami kekayaan warisan budaya bangsa sendiri.
Kegiatan lain yaitu "The Museum Comes to Visit You" ditujukan untuk mengunjungi pasien anak di rumah sakit.
4. Pameran
Rudi Corens juga pernah mengadakan pameran celengan dengan tajuk "Simpan Satu Rupiah" yang digelar di Bentara Budaya Jakarta pada 17-26 Maret 2011 lalu. Tak kurang dari 200-an koleksi celengan dipamerkan, dari celengan yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Rudi berpendapat bahwa celengan bukan sekedar alat penyimpan kumpulan koin, melainkan juga menjadi media ekspresi dari masa ke masa, makanya Rudi pun menyayangkan maraknya celengan dari plastik yang secara tidak langsung melenceng dari ekspresi itu sendiri.
"Setiap masa memiliki caranya sendiri, seperti mainan bocah yang merefleksikan dunia orang dewasa. Bentuk celengan juga dipengaruhi tingkat penemuan pada setiap peradaban" tutur Rudi Corens.
5. Donasi
Bagi yang memiliki mainan dan ingin menyumbangkan mainannya, bisa langsung menghubungi museum anak Kolong Tangga yang beralamat di :
Taman Budaya Yogyakarta
Jl. Sriwedani no.1
Yogyakarta 55122
Telp. (0274) 523512
* * * * * * *
sumber :
- museumindonesia.com
- bentarabudaya.com
- tempointeraktif.com
- kompas.com
- liputan6
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H