Jiwa Yang Besar
Tak ada hentinya beliau menulis, menulis, dan menulis tanpa kenal lelah.
Nasehat beliau yang terus abadi, "Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah."
Buya Hamka menjadikan Surat Kabar Pedoman Masyarakat sebagai alat perjuangan. Dan itu tak lelah dilakukan hingga di zaman pendudukan Jepang hingga kantor Pedoman Masyarakat disegel pemerintah, papan namanya diturunkan.
Dengan 84 karya buku yang beliau tinggalkan, Buya Hamka menjadi tokoh ulama yang kini terus hidup di hati kaum muslimin.
Dan kalau kalau hari ini atau besok mati, apa karya yang sudah bisa saya tinggalkan?
Obsesi untuk dikagumi, viral, masyhur, menghentikan segala macam produktifitas. Dari awal sampai akhir niatnya riya, mendapatkan perhatian orang lain. Seperti orang-orang itulah, yang sekali posting tulisan langsung dilike ribuan orang. Atau orang yang jarang posting di medsos, tapi buat buku. Sekali terbit langsung mega best seller.
Sudah capek menulis kalau ternyata tidak bisa viral, untuk apa tulis?
Buat capek saja...!
Sudah capek menulis tapi jangan-jangan jelek dan dicemooh orang lain. Mendingan tidak usah menulis...!
Memiliki jiwa Wal yakhfna laumata l'im (tidak takut dengan celaan orang) seperti Buya Hamka ternyata tidak mudah...