Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Penulis - Kangen, dan ingin kembali bercerita dengan para kompasianer

Lahir di Gorontalo, beristrikan orang Kalimantan Selatan, dan kini tinggal di Jawa Tengah, memberi saya banyak ruang untuk mellihat dan menikmati hidup yang berwarna dan beragam, berpindah-pindah dari satu dunia ke dunia yang lain. Warna-warna dunia itu kadang tidak bisa diwakili oleh foto maupun video. Hanya kata yang mampu mengekspresikan suasana batin dan pergolakan pikiran yang tak pernah diam. Dan kompasiana memberi ruang yang luas untuk mengungkapkan suasana batin itu melalui kata-kata.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ingin Hidup 1000 tahun Lagi? Ya Menulislah

18 Agustus 2023   09:58 Diperbarui: 18 Agustus 2023   10:06 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kms.al-azhar.or.id/wp-content/uploads/2021/08/testimoni-mutiara-hikmah-buya-hamka-1.png

Dalam diam, tiba-tiba menyelinap bisikan,

"Sebagai doktor, tulisanmu cuma bisa seperti ini? Memalukan...!"

"Untuk apa menulis? Tulisan seperti ini sudah banyak berserakan di internet."

"Ketika google, tanya di ChatGPT, urusan selesai. Tidak ada orang tertarik lagi baca tulisan ini"

"Dari pada menulis, mendingan lihat instagram, nonton youtube, baca grup-grup whatsapp, facebook, atau yang lain"

Kalimat-kalimat sepele ini pada kenyataannya sudah membuat saya berhenti menulis.

Padahal itu semua hanya bisikan perasaan semata. Tidak ada satu pun yang benar-benar terucapkan.

Tapi kalau Buya Hamka, benar-benar tuduhan ulama genit dan cabul akibat buku romannya itu terucapkan dari banyak orang yang menyerang beliau. Bisa kita baca biografi beliau dan terlihat jelas dalam filmnya tentang hal itu.

Beliau memang menulis novel itu untuk masyarakat umum, yang paham tentang nilai-nilai melalui untaian cerita cinta yang menyentuh hati. Buku ajaran agama? mereka tidak tertarik untuk membacanya.

Ketika akhirnya saya berhenti benar-benar menulis, maka yang rugi adalah diri saya sendiri. Hilang tanpa jejak, berlalu waktu tanpa tabungan kebaikan.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun