Dalam diam, tiba-tiba menyelinap bisikan,
"Sebagai doktor, tulisanmu cuma bisa seperti ini? Memalukan...!"
"Untuk apa menulis? Tulisan seperti ini sudah banyak berserakan di internet."
"Ketika google, tanya di ChatGPT, urusan selesai. Tidak ada orang tertarik lagi baca tulisan ini"
"Dari pada menulis, mendingan lihat instagram, nonton youtube, baca grup-grup whatsapp, facebook, atau yang lain"
Kalimat-kalimat sepele ini pada kenyataannya sudah membuat saya berhenti menulis.
Padahal itu semua hanya bisikan perasaan semata. Tidak ada satu pun yang benar-benar terucapkan.
Tapi kalau Buya Hamka, benar-benar tuduhan ulama genit dan cabul akibat buku romannya itu terucapkan dari banyak orang yang menyerang beliau. Bisa kita baca biografi beliau dan terlihat jelas dalam filmnya tentang hal itu.
Beliau memang menulis novel itu untuk masyarakat umum, yang paham tentang nilai-nilai melalui untaian cerita cinta yang menyentuh hati. Buku ajaran agama? mereka tidak tertarik untuk membacanya.
Ketika akhirnya saya berhenti benar-benar menulis, maka yang rugi adalah diri saya sendiri. Hilang tanpa jejak, berlalu waktu tanpa tabungan kebaikan.