Edward Said mengkritik perspektif Barat tentang masyarakat Arab yang menghapus banyak perbedaan yang membedakan orang Arab dari orang lain. Sejarah menunjukkan bahwa tren penurunan Arab selama berabad-abad tidak diubah oleh kolonialisme Barat atas wilayah Arab, yang dimulai dengan pendaratan Napoleon di Mesir pada tahun 1798. Namun, dari perspektif Teori Post-Kolonial dan Orientalisme, perang ini lebih dari sekedar konflik peradaban. Ini adalah hasil dari penjajahan dan penindasan terus-menerus yang dilakukan oleh negara-negara Barat dan sekutunya terhadap rakyat Gaza. Orientalisme memberi kita perspektif tentang cara Barat melihat dan memperlakukan Timur Tengah sebagai "yang terbelakang", seringkali dengan cara yang merendahkan dan merusak.
Oleh karena itu, konflik di Gaza dapat dilihat sebagai gambaran dari dinamika kekuasaan pasca-kolonial, di mana Israel memiliki kekuatan militer dan politik yang signifikan atas Palestina dengan dukungan dari negara-negara Barat. Selain itu, dapat dilihat dari perspektif Teori Pasca-Kolonial dan Orientalisme Edward Said, di mana konflik terjadi antara narasi kolonial yang sudah ada dan keinginan bangsa yang terus berjuang untuk otonomi dan pengakuan. Ini adalah perjuangan yang tidak hanya tentang batas dan tanah; itu juga tentang identitas, representasi, dan hak untuk menentukan masa depan sendiri di dunia yang sering didominasi oleh kekuatan-kekuatan besar. Perjuangan ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk menghapus narasi kolonial dan menciptakan pemahaman sejarah dan politik modern yang lebih inklusif dan adil.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI