Mohon tunggu...
Bergas Satrio Wicaksono
Bergas Satrio Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Politik yang menyukai pembahasan ideologi, sejarah, teori politik, dan pop culture.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konflik Gaza: Dinamika Orientalisme hingga Pasca-Kolonialisme

4 April 2024   12:30 Diperbarui: 4 April 2024   12:44 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Edward Said mengkritik perspektif Barat tentang masyarakat Arab yang menghapus banyak perbedaan yang membedakan orang Arab dari orang lain. Sejarah menunjukkan bahwa tren penurunan Arab selama berabad-abad tidak diubah oleh kolonialisme Barat atas wilayah Arab, yang dimulai dengan pendaratan Napoleon di Mesir pada tahun 1798. Namun, dari perspektif Teori Post-Kolonial dan Orientalisme, perang ini lebih dari sekedar konflik peradaban. Ini adalah hasil dari penjajahan dan penindasan terus-menerus yang dilakukan oleh negara-negara Barat dan sekutunya terhadap rakyat Gaza. Orientalisme memberi kita perspektif tentang cara Barat melihat dan memperlakukan Timur Tengah sebagai "yang terbelakang", seringkali dengan cara yang merendahkan dan merusak.

Oleh karena itu, konflik di Gaza dapat dilihat sebagai gambaran dari dinamika kekuasaan pasca-kolonial, di mana Israel memiliki kekuatan militer dan politik yang signifikan atas Palestina dengan dukungan dari negara-negara Barat. Selain itu, dapat dilihat dari perspektif Teori Pasca-Kolonial dan Orientalisme Edward Said, di mana konflik terjadi antara narasi kolonial yang sudah ada dan keinginan bangsa yang terus berjuang untuk otonomi dan pengakuan. Ini adalah perjuangan yang tidak hanya tentang batas dan tanah; itu juga tentang identitas, representasi, dan hak untuk menentukan masa depan sendiri di dunia yang sering didominasi oleh kekuatan-kekuatan besar. Perjuangan ini menunjukkan kebutuhan mendesak untuk menghapus narasi kolonial dan menciptakan pemahaman sejarah dan politik modern yang lebih inklusif dan adil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun