Mohon tunggu...
Hotgantina S
Hotgantina S Mohon Tunggu... Guru - Hidup untuk berbagi. Berbagi untuk hidup.

Pengajar yang terus belajar. Suka makan coklat, minum teh dan mendengar suara gitar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4 Cara Sekolah Meningkatkan Budaya Membaca

20 September 2016   23:05 Diperbarui: 21 September 2016   12:31 811
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya sungguh malu bercampur prihatin saat membaca berita tentang minat membaca Indonesia yang sangat rendah di mata dunia. Indonesia berada di urutan ke 60 dari 61 negara!1Hmm…menyedihkan bukan? Padahal menurut pengamatan saya, banyak sekali waktu yang bisa digunakan untuk membaca. Tetapi, di negara kita ini, orang lebih berminat membaca status/curhatan di media sosial daripada menambah pengetahuan lewat buku-buku. Banyak orang khususnya kaum muda lebih memilih menghabiskan waktu dengan menonton drama asing sampai subuh daripada melahap isi buku.

Sebenarnya, kurangnya minat membaca khususnya di kalangan muda, apalagi yang berdomisili di perkotaan, bukan karena fasilitas tapi kurangnya kesadaran dan budaya baca buku. Untuk yang tinggal di perkotaan, mereka pasti sangat mudah menemukan buku, baik membeli atau pun meminjam di perpustakaan. Nah, kesadaran dan budaya membaca buku inilah yang perlu ditingkatkan.  

Sebagai pendidik, saya merasa bertanggung jawab untuk meningkatkan minat baca khususnya dikalangan siswa-siswi saat ini. Salah satunya dengan menulis artikel ini. Saya mengajar di salah satu sekolah swasta di Cikarang. Menurut saya, metode yang kami gunakan di sekolah ini sangat bagus untuk meningkatkan budaya membaca di kalangan murid-murid sekolah dasar. Berikut empat metode yang kami gunakan:

1. Metode SSR (Sustained Silent Reading)

Sustained Silent Reading atau Membaca Diam (dalam hati) Berkelanjutan adalah cara yang sangat efektif untuk meningkatkan minat baca. Anak-anak membawa buku cerita setiap hari dan membacanya pada saat mata pelajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Sebelum proses belajar-mengajar dimulai, anak-anak diberikan waktu selama 15-20 menit untuk membaca buku. Kemudian, mereka  menulis laporan membaca yang berisi judul buku dan jumlah halaman yang dibaca selama waktu yang diberikan. Lalu, guru memeriksa atau memberikan paraf. Setelah selesai membaca satu buku, siswa-siswa menulis reading log atau ringkasan buku berisi tokoh-tokoh, alur, latar tempat dan waktu serta ulasan singkat sesuai buku yang dibaca. Hal ini diberikan untuk memastikan apakah anak tersebut benar-benar membaca buku yang dibawa saat SSR.

2. Metode Home Reading

Home reading atau membaca di rumah adalah suatu kegiatan membaca yang dilakukan di rumah. Caranya bisa dua. Pertama, anak-anak membaca buku yang ditugaskan, kemudian orang tua harus mengawasi di rumah dan memberikan laporan kepada guru.  Kedua, anak-anak ditugaskan untuk membaca buku cerita singkat kepada orang tuanya. Kemudian, orang tua juga melaporkan kepada guru apakah tugas membaca yang diberikan terlaksana dengan baik.Tentu saja, cara ini tak hanya meningkatkan minat baca pada anak-anak saja, tetapi orang tua juga.

3. Metode Reading Challenge

Metode reading challenge atau tantangan membaca sedang saya terapkan dalam kelas saat ini dan sedang berjalan. Caranya adalah siswa-siswi ditantang untuk membaca 15 buku selama satu semester (Juli-Desember) dan membuat laporan atau reading log. Tiga murid pertama yang berhasil membaca 15 buku akan mendapat hadiah buku bacaan dari gurunya. Sementara, murid yang berhasil membaca 15 buku di urutan selanjutnya akan mendapat hadiah lain seperti alat tulis atau pembatas buku. Ya, metode ini harus sedikit rela berkorban untuk membeli hadiah-hadiahnya. Namun, untuk Indonesia yang lebih maju, saya tertantang melakukannya. Nah, sebagai guru, saya tidak hanya menyuruh murid. Saya juga ikut tantangan membaca 15 buku dalam satu semester ini. Nah, cara ini sangat efektif untuk meningkatkan minat baca siswa dan guru.

4. Metode Book Week atau Pekan Buku

Metode yang terakhir ini adalah kegiatan tahunan. Tetapi, menurut saya, cara ini juga ampuh untuk mendorong anak-anak untuk membaca buku lebih banyak lagi. Di sekolah kami, setiap bulan Februari-Maret diadakan Pekan Buku untuk bahasa Indonesia dan Book Week untuk bahasa Inggris. Kami melakukan acara ini berselang-seling, misalnya dua tahun lalu tentang bahasa Indonesia. Tahun lalu, bahasa Inggris. Saat Pekan Buku dua tahun lalu, kami membuat pekan buku tentang Gajah Mada khususnya pada Sumpah Palapa dan kerajaan Majapahit.  Selama kegiatan ini, anak-anak diberikan waktu 3 x 15 menit untuk membaca setiap harinya selama sepekan dengan tanda (bell) unik yang dibunyikan untuk memulai dan mengakhiri kegiatan membaca. 

Tentu saja buku yang dibaca berkaitan dengan bahasa Indonesia dan juga cerita rakyat. Tahun lalu, kami memilih tema Sports untuk tema Book Week, kami pun mengupas tokoh pesepak bola dunia, Ricardo Kaka. Dan, selama acara ini berlangsung, anak-anak harus membaca buku dalam bahasa Inggris 3 x 15 menit per harinya selama sepekan. Uniknya, semua orang yang bekerja di sekolah kami harus mengikuti kegiatan ini. Pada saat bel baca dibunyikan, maka kami harus berhenti bekerja dan membaca selama waktu yang ditentukan. Kelas yang paling banyak membaca buku akan diberikan hadiah. Untuk guru dan karyawan yang paling banyak membaca buku juga mendapat hadiah. Seru kan?

Nah, itulah beberapa cara untuk meningkatkan budaya baca buku yang bisa saya bagikan. Mungkin teman-teman punya cara lain dan saya harap menuliskannya juga untuk Indonesia yang lebih baik. Yang paling penting untuk memulai minat membaca adalah adanya kesadaran dari diri sendiri. Seperti pepatah berkata “Buku adalah jendela dunia.” Jika jendela tak dibuka, bisakah kita melihat dunia luar? Yuk, mari membaca! :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun