Tak mungkin kita pakai satu balok kalau tak mau roda tergelincir, minimal dua balok, sebagaimana saran sang sopir. Bahkan untuk amannya, sopir meminta papan tambahan untuk di taro atas balok. Anda bisa menghitung berapa rupiah yang harus kami keluarkan pada mereka. Kami ingat betul, sewaktu pertama memasuki distrik ini, di lintasan itu tergolong bagus, taka da kubangan berarti.
Nego lama tak berbuah hasil, kalau menunggu terus awan hujan sudah menggelayut. Kalau sampai kehujanan, perjalanan kita akan lebih terhambat. Bisa bisa kita tidur di perjalanan.  Taka ada  pilihan, kami akhirnya mengalah. Total untuk 4 mobil Rp.4 juta.
![Terjebak; Kondisi jalan menuju Distrik Bokondini (asepburhanudin)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/11/dsc-6498-5732800e347b6119048b456a-5732a6bfb67e61da1122c5ae.jpg?t=o&v=555)
Sementara lahan mereka belum bisa menghasilkan jenis tanaman itu. Akhirnya, Â untuk memenuhi kebutuhan, mereka harus membeli jauh ke kota, itu pun dengan harga tinggi. Untuk 1 kg beras sekitar rp. 50.000, atau hampir 10 kali lipat dari harga beras di kota umumnya. Sehingga, jalan pintasnya, ya menghalangi pintasan jalan.
![Rehat sejenak: Setelah beberapa jam jalan kaki berkesempatan berfoto sejenak dengan warga Distrik Ilaga, Kab. Puncak (dok. asepburhanudin)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/05/11/win-1698-57328061709773ab049c3ba6-5732a6dc6423bd5305bfc32b.jpg?t=o&v=555)
Pemagaran permanen jalan bisa ditemui di Distrik Wunin, Kanggime  di Tolikara, serta di Ilaga Kab. Puncak (Asep Burhanudin)