Mohon tunggu...
Ronny P Sasmita
Ronny P Sasmita Mohon Tunggu... Analis Ekonomi Politik Internasional Financeroll Indonesia -

Penyeruput Kopi, Provokator Tawa, dan Immigrant Gelap di Negeri Kesunyian

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Meraba Harga Minyak Dunia 2016

7 Maret 2016   08:17 Diperbarui: 7 Maret 2016   08:26 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang tidak terkait langsung ini biasanya kerab disebut dengan spekulan seperti yayasan pensiun, yayasan atau perusahaan lain yang mengelola dana (endowment funds), dan lain-lain. Transaksinya dikenal dengan sebutan transaksi non-commercial oleh commodity futures trading commission. Imbasnya, harga minyak kemudian tidak hanya dipengaruhi oleh demand dan supply di pasar fisik, tapi juga oleh dinamika sektor keuangan, seperti perubahan suku bunga Federal Reserve, perubahan nilai tukar dan lain-lain.

Faktor keempat yang mempengaruhi harga minyak adalah persediaan (inventory). Negara-negara maju yang bergabung dalam IEA mewajibkan anggotanya untuk menumpuk persediaan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi terputusnya pasokan minyak. Kemudian masing-masing anggota diwajibkan menyimpan persediaan minyak dan produk turunannya, seperti bensin dan diesel setara dengan volume yang diperlukan minimal 90 hari dari net-impor minyak. Nah, kelebihan pasokan belakangan ini memiliki arti bahwa level persediaan yang ada di masing-masing negara anggota IEA sudah jauh di atas persyaratan minimum 90 hari. Mau tak mau, kondisi ini akan mengirim sinyal kepada pasar yang kemudian akan ikut menggerakan harga untuk waktu mendatang.

Pendek kata, dari ketiga skenario diatas dan dinamika faktor-faktor yang mempengaruhi harga tersebut, probalbilitas untuk skenario kedua sangat tinggi. Balapan memompa minyak dari perut bumi antara OPEC dan Amerika sampai hari ini tak terbendung. Rencana negosiasi pengurangan output sekira 5% antara Rusia dan OPEC pun tak jua menuai kepastian. Harga mungkin saja bisa terjun lebih jauh, tapi saya kira, rata-rata pergerakan tahunan masih akan berada pada median US$ 30-40 per barel. Karena jika harga harus diproyeksikan diatas angka median ini, nampaknya dunia belum mempunyai faktor-faktor pendorong yang cukup, termasuk kesepakatan freezing out put antara OPEC, Rusia, dan beberapa negara penghasil minyak lainya yang diperkirakan tidak akan terlalu mengangkat harga (akan saya bahas dikesempatan lain soal kesepakatan pembekuan output OPEC dan Rusia ini di lain tulisan). Bahkan ancaman terganggunya pasokan akibat ketegangan di Timur Tengah pun tak mampu mendorong harga ke atas. Lihat saja imbas serangan Saudi ke Yaman atau pemutusan hubungan diplomatik Saudi dan Iran, implikasi harga yang muncul tercatat sangat kecil, kemudian harga kembali meluncur bebas.[caption caption="www.beritaenam.com"]

[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun