Tetapi jika pinjaman baru digelontorkan untuk roll over pinjaman lama, apalagi diinvestasikan pada perusahaan yang menggarap proyek  gagal di satu sisi dan mereka  menolak untuk mengakui kegagalan , apalagi mengakui sedang berada diambang kebangkrutan disisi lain, inilah situasi buruknya. Ancaman kredit macet yang bergulir terus akan menahan produktivitas China di masa depan, sama dengan yang dialami Jepang ketika perusahaan-perusahaan zombie membuat gelembung utang di negara itu meledak di awal 1990-an.
Faktanya, sampai sekarang, kualitas kredit di China terlihat tidak begitu baik. Namun seburuk apa persisnya, tidak ada yang mengetahui sama sekali, bahkan ada yang beranggapan situasinya lebih buruk dari yang dilaporkan. Jadi kalangan yang pesimis mungkin ada benarnya. Tapi bagaimanapun, masalah utang China tentu saja menjadi masalah yang tak terelakkan, sehingga pertanyaanya adalah apakah ini akan menimbulkan bahaya besar? Saya kira, masalah muncul ketika terdapat distorsi yang disebabkan oleh pinjaman yang buruk. Sehingga keluar dari kemerosotan tidak lagi cukup dengan hanya memotong atau meningkatkan utang atau memangkas suku bunga, tapi pemerintah harus menjamin bahwa sistem keuangan mempunyai nyali membiarkan perusahaan yang buruk untuk mati sebagaimana layaknya dan mengalokasikan modal untuk perusahaan yang sehat dan baik. Sanggupkah Tiongkok mengambil langkah tegas itu? Mari kita tunggu
[caption caption="Sumber: The Fiscal Times"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H