Sungguh disadari bahwa berpolitik di satu sisi merupakan seni, tapi di sisi lain merupakan strategi pemenangan dalam sebuah peperangan politik untuk meraih banyak suara dan simpati publik. Tidak heran, apa pun akan dilakukan untuk memenangkan peperangan ini. Segala sumber daya dikerahkan dan dikeluarkan, mulai dari intervensi kekuasaan hingga uang pun digelontorkan secara besar-besaran.
Di sinilah seorang politikus atau sebuah partai politik dan penyelenggara pemilu diuji, apakah tahapan ini bisa dilewati dengan bersih. Kita tentu saja berharap pragmatisme politik tidak dikedepankan, karena potensi penyalahgunaan kekuasaan dan pembusukan politik (political decay) sangat besar.
Mari kita membudayakan politik yang bersih sedari dini meskipun upaya ini menjadi hal yang paling berat di negeri ini. Paling tidak kita harus konsisten dengan komitmen demokrasi bangsa ini, serta dapat melahirkan kepemimpinan yang trasformatif, visioner dan senantiasa kita membangun kepemimpinan yang demokratis -- partisipatif.
Pemimpin sepatutnya selalu memberikan bimbingan dan arahan yang positif sekaligus mendorong adanya umpan balik bagi rakyatnya. Pemimpin juga harus selalu mampu membangkitkan kesetiaan rakyat terhadap bangsa dan negara, membangun moral dan karakter, serta meningkatkan kualitas proses politik bagi kepentingan masa depan demokrasi Indonesia. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H