Sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, saya juga turut prihatin terhadap fenomena self-diagnosis ini yang telah menjamur di masyarakat, bahkan di lingkungan pertemanan saya. Dalam beberapa kesempatan ketika mengalami gejala-gejala dasar seperti sakit kepala, demam ringan, dan nyeri di bagian sendi dan otot, Â saya penasaran dengan penyakit yang sedang saya alami dan berujung pada self-diagnosis setelah membaca informasi-informasi medis yang beredar di internet dan media sosial. Namun, setelah mempelajari gejala-gejala dasar tersebut dari sumber yang benar dan tepat disertai literatur dan konsultasi medis kepada tenaga medis profesional, kecemasan dan ketakutan yang awalnya melingkupi diri saya dapat teratasi. Pengalaman pribadi ini menjadikan saya lebih mampu merefleksikan dengan benar bahwa setiap penyakit memerlukan diagnosis yang tepat dengan tidak mencari informasi medis sendirian sehingga tidak melakukan self-diagnosis.Â
Kesimpulan
Self-diagnosis, atau mendiagnosis diri sendiri menggunakan informasi dari internet, telah menjadi kebiasaan umum di era digital. Meskipun akses informasi kesehatan secara online dapat memberikan pengetahuan dasar, self-diagnosis membawa risiko serius seperti misdiagnosis, peningkatan kecemasan kesehatan, dan keterlambatan dalam mencari bantuan profesional. Fenomena ini diperparah oleh pengaruh media sosial yang menyebarkan informasi medis tidak terpercaya dan narasi persuasif dari para influencer.
Untuk mencegah dan menyelesaikan masalah self-diagnosis, diperlukan peningkatan literasi kesehatan, peran aktif tenaga medis profesional, serta inisiatif dari pemerintah dan sektor swasta dalam menyediakan informasi medis yang terverifikasi. Selain itu, pendekatan psikologis dan dorongan untuk konsultasi medis yang tepat sangat penting untuk membantu individu yang sudah terlanjur melakukan self-diagnosis.
Pengalaman pribadi saya sebagai mahasiswa kedokteran menunjukkan bahwa mencari diagnosis medis yang tepat dari tenaga profesional adalah kunci untuk mengatasi kecemasan dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Refleksi ini menegaskan pentingnya menghindari self-diagnosis dan selalu mengutamakan konsultasi dengan dokter.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI