Mohon tunggu...
Brooklyn Margracia
Brooklyn Margracia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa kedokteran

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Bahaya Self-Diagnosis: Ketika Internet Menjadi Dokter Anda

3 Juni 2024   17:25 Diperbarui: 4 Juni 2024   11:00 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Sosial media bersifat candu seperti obat-obatan terlarang dan narkoba. Tidak hanya bersifat adiktif tetapi juga seperti pandemi, informasi yang ada di dalamnya tersebar sangat cepat dan sangat luas hingga ke berbagai jenjang usia pengguna sosial media. Akibatnya, misinterpretasi dari informasi-informasi yang beredar mengakibatkan fenomena berupa echo chambers di mana orang-orang cenderung bergabung dengan pihak lain yang berkeyakinan sama untuk mendukung mindset self-diagnosis mereka. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan terjadi hal yang sebaliknya, akibat self-diagnosis, pengguna internet yang telah terpengaruh mengalami peningkatan kecemasan karena melihat banyak konten terkait gejala dan penyakit yang mereka anggap telah telah terjadi pada diri mereka. 

Pencegahan dan Penyelesaian Masalah Self-Diagnosis

Apabila kita menelisik masalah terkait Self-Diagnosis tersebut, tentu akibat yang ditimbulkan bukan hal yang dapat diabaikan. Manakala dibiarkan terus menerus terjadi, kondisi kesehatan masyarakat modern semakin tergerus dan mengakibatkan dekadensi angka harapan hidup yang sejauh ini memang telah mengalami penurunan akibat pola hidup dan pola makan yang tidak sehat. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang patut untuk ditekankan demi mencegah Self-Diagnosis ini, yakni : 

  1. Meningkatkan Literasi Kesehatan. Sehubungan dengan langkah preventif yang dapat diambil untuk mencegah self-diagnosis, maka input informasi tentang kesehatan bagi masyarakat harus diperbaiki dan ditingkatkan. Hal ini dimulai dengan memperbaiki pendidikan kesehatan di sekolah hingga penggunaan platform edukasi online yang mampu menyajikan informasi medis yang kredibel dan valid. 

  2. Memperkuat Peran Tenaga Kesehatan Profesional. Tidak dapat dipungkiri, tenaga kesehatan memiliki peran yang signifikan terkait masalah self-diagnosis yang menjamur di kalangan masyarakat. Demi memperkuat peran tenaga medis profesional tersebut, komunikasi yang efektif dari dokter serta penggunaan layanan telemedicine perlu ditingkatkan. Kedua hal tersebut menjadi ujung tombak pencegahan self-diagnosis karena memperkuat komunikasi antara pasien dengan dokter sehingga tidak terjadi "main diagnosis sendiri" 

  3. Pelibatan Inisiatif Pemerintah dan Sektor Swasta. Dengan regulasi yang tepat dari pemerintah terkait informasi kesehatan yang dapat dan diizinkan untuk dipublikasikan secara online sehingga dengan demikian apa yang tersebar di media sosial dan dibaca oleh masyarakat luas sifatnya sudah terverifikasi dengan baik dan sesuai dengan regulasi pemerintah. Adapun sektor swasta dalam hal ini dapat berkontribusi melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada edukasi kesehatan dan memberikan akses mudah dan terjangkau bagi masyarakat untuk konsultasi medis. 

Masalah self-diagnosis ini tidak hanya perlu untuk dicegah, tetapi juga diselesaikan bilamana memang sudah terjadi dan mengakibatkan hal-hal yang berdampak bagi kesehatan masyarakat. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, berikut beberapa hal yang dapat diperhatikan : 

  1. Memberikan Dorongan untuk Konsultasi Medis yang Tepat. Pasca melakukan self-diagnosis, individu yang sedang mengalami sakit cenderung mengabaikan perihal konsultasi dan pemeriksaan ke tenaga medis profesional karena tidak ada yang mengingatkan dan memberitahunya. Oleh karena itu, memberikan dorongan kepada pasien bisa meningkatkan probabilitas pasien untuk sadar dan mau pergi melakukan pemeriksaan ke tenaga medis profesional. 

  2. Melakukan Pendekatan Psikologis. Tidak jauh berbeda dengan pemberian dorongan, pendekatan psikologis ini dapat melalui bantuan yang diberikan kepada pasien agar dapat menghadapi kecemasan atau ketakutan akibat informasi yang mereka temukan sendiri secara online. Dengan memberikan bantuan berupa pendekatan psikologis, pasien dapat mengatasi rasa takut dan cemasnya, serta memberanikan diri untuk melakukan pemeriksaan yang sebenarnya. 

  3. Pengembangan Studi dan Media Edukasi Medis. Tentu saja salah satu penyelesaian dari masalah self-diagnosis ini perlu direkatkan pada akar masalahnya yang bergantung pada media edukasi dan studi mengenai self-diagnosis ini sendiri. Media edukasi medis yang tepat guna dan tepat sasaran akan meningkatkan literasi masyarakat dan membuka mata pelaku self-diagnosis sekaligus pasien yang harus segera melakukan pemeriksaan ke tenaga medis profesional. 

Pengalaman Pribadi dan Refleksi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun