Mohon tunggu...
Imamuddin
Imamuddin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Guru Sekolah dasar Universitas Muhammadiyah Malang

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

IMM Gerakan Creative Minority Berkelanjutan di Abad 21

8 Maret 2024   06:00 Diperbarui: 8 Maret 2024   06:31 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"...Tentu boleh saja berbangga dengan IMM.
Namu, tidak cukup sampai di situ..."

IMM Sebagai Gerakan Perubahan

Gerakan mahasiswa di Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai agen

perubahan sosial dan politik. Di satu sisi, gerakan mahasiswa diidentifikasi sebagai

kekuatan politik yang memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan publik dan gerakan

sosial. Namun, di sisi lain, gerakan mahasiswa juga dipandang sebagai gerakan moral

yang bertujuan untuk mengembangkan kritis dan etika dalam tindakan mereka. Bahkan

hingga saat ini, belum ada pernyataan maupun informasi yang jelas tentang bentuk

partisipasi mahasiswa Indonesia terhadap masalah politik.

Dalam konteks ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) merupakan salah

satu organisasi mahasiswa yang memiliki peran penting dalam membentuk gerakan

moral di kalangan mahasiswa. IMM Didirikan pada 14 Maret 1969 dengan misi untuk

mengembangkan potensi kritis, intelektual, dan spiritual mahasiswa dalam mewujudkan

cita-cita persahabatan dan kemanusiaan yang lebih tinggi. Seperti yang tertuang dalam

tujuan IMM yaitu terbentuknya ilmuwan Islam yang berakhlak mulia dalam rangka rangka

mencapai tujuan persyarikatan Muhammadiyah. Terwujudnya tujuan tersebut, tertuang

dalam Tiga Kompetensi Dasar (Trikoda) IMM yaitu religiusitas, intelektualitas, dan

humanitas yang wajib dimiliki setiap kader IMM. Hal tersebut diharapkan dapat

mengembangkan mahasiswa yang berakhlak mulia, progresif, terampil, berkepribadian

kuat serta peduli pada kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, IMM lebih memilih fokus

pada kegiatan keagamaan dan sosial yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup

masyarakat.

Sebagai seorang kader, boleh saja berbangga dengan IMM. Namun, tidak boleh

merasa cukup sampai di situ karena IMM belum sepenuhnya mencapai Tingkat kejayaan.

Untuk itulah, perjuangan kader masih sangat dibutuhkan agar eksistensi IMM tetap

bertahan 10 tahun, 100 tahun bahkan selamanya di bumi ini masih ada. Selama napas

berhembus, selama bumi nadi berdenyut, dan selama jantung berdetak selama itu pula

IMM akan terus ada sebagai organisasi Islam yang selalu menyebarkan dakwa-dakwah

amar ma'ruf nahi munkar. IMM sebagai organisasi perjuangan mahasiswa yang memiliki

amanah untuk melaksanakan peran dan fungsi mahasiswa sebagai agen of change,

soscial of control dan moral force.

Berbicara mengenai tiga peran mahasiswa, IMM pun mengaplikasikannya pada

trilogi gerakan yang bergerak di ranah ketuhanan (spiritual), kemahasiswaan (intelektual),

dan kemasyarakatan (humanitas). Ketiga gerakan tersebut seharusnya berjalan

seimbang. Namun, realitasnya yang terjadi pada kader-kader IMM yaitu bergerak

pincang, Tidak bisa dinafikan bahwa di beberapa wilayah tertentu di Indonesia,

pergerakan IMM hanya mendominasi di satu atau dua gerakan saja.

Sebagai contoh, bahwa banyak kader IMM yang tidak mampu beradaptasi dengan

perkembangan zaman, seperti; berekspresi di media sosial (entertainment). Mungkin

banyak yang beranggapan hal ini adalah sesuatu yang sepele dan tidak berpengaruh

dalam arah gerakan, tetapi anggapan itu salah besar. Selain berlandaskan al-Quran dan

as-Sunnah, IMM dengan organisasi Islam harus mengetahui cara dalam menyampaikan

berdakwahnya salah satunya adalah melalui Digitalisasi.

Gerakan Kreatif Minority yang berkelanjutan di abad 21

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah merupakan organisasi perkaderan dan

pergerakan yang secara integral memiliki arah gerak tujuan yang hampir serupa dengan

muhammadiyah, kemudian melalui nilai-nilai agama yang melekat diiringi semangat

tajdid (pembaruan). Sederhananya, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bertumpu secara

keseluruhan pada apa yang dinamakan sebagai Ideologi. Ideologi menjadi seperangkat

nilai-nilai luhur dalam organisasi yang perlu ditafsirkan dan dioperasionalkan, sehingga

mampu menjadi lokalitas dari perkaderan sekaligus gerakan Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah.

Sejalan dengan perintah agama dalam menuntut ilmu menjadi fondasi hal yang

kokoh untuk membangun dan mengembangkan suatu peradaban, seminimal mungkin itu

dimulai dari internal Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Melalui tradisi yang kuat untuk

menyapa realitas dan memotret realitas untuk kemudian merespon segala persoalan

yang ada. Tentu di abad-21 melalui masifnya arus modernitas dan perkembangan

teknologi, wajah penindasan sudah menjadi hal yang ghaib, sedang berlangsung namun

wajah penindasan hadir di balik dari realitas yang tersuguhkan dalam realitas empirik.

Karena itu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sangat memerlukan alat metodologi

hingga operasional yang konkret dalam membaca sekaligus menanggapi penindasan

yang sedang berlangsung di abad sekarang.

Dalam menapaki lintasan perjuangan, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sudah

harus mampu menafsir ulang nalar ideologi dalam realisasinya membentuk model

kepemimpinan. Tentang hari ini, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah mengalami

beberapa patologi dalam internalnya sendiri, hal ini diuraikan dalam dua hal;

Pertama, mengalami ketidakseiringan dalam jalannya gerakan sosial dan

kaderisasi (kapasitas internal), hal ini kemudian menyeret organisasi terlalu jauh

tanpa mempertimbangkan aspek kaderisasi. Hal ini imbas dari sikap inkonsistensi

terhadap konsep yang sudah dirumuskan.

Kedua, memudarnya tradisi keilmuan yang berbasis realitas sosial, budaya literasi

yang terlampau lamban menjadi penghambat dalam membawa konstelasi

keilmuan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah dekat dengan realitas sosial.

Gerakan Kader Raushan Fikr, Kreatif

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pertama sebagai organisasi perkaderan, dan

kedua sebagai organisasi pergerakan. Dalam perjalanannya gerakan perlu dimaknai

sebagai agenda besar yang memegang teguh nilai, prinsip dan cita-cita sebagai jalan

juang yang selalu dipegang teguh untuk tetap berada dalam arah yang jelas. Demikian

pula dengan seluruh gerakan mahasiswa hari ini ilmu sarat akan nilai ditiap

pergerakannya, sebab hal ini yang menjadi khas di dalam tubuh Ikatan Mahasiswa

Muhammadiyah.

Jika berangkat dari tujuan IMM, "mengusahakan terbentuknya akademisi Islam

yang berakhlak mulia dalam rangka tercapainya tujuan Muhammadiyah", bisa diartikan

bahwa IMM dalam hal ini memiliki peran ganda dengan keberadaannya.

Pertama, ialah membentuk akademisi Islam, dimaknai sebagai aspek kaderisasi

internal IMM.

Kedua, ialah tercapainya tujuan Muhammadiyah, dimaknai sebagai gerakan

sosial kemasyarakatan.

Demikian Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu membawa gerakannya

sampai pada tahap keselarasan antara gerakan dan kaderisasi.

Paradigma Kader Raushan Fikr merupakan upaya untuk membentuk kesadaran

gerakan pemikiran yang tercerahkan, yang berangkat dari tafsiran nilai-nilai ideologi,

internal IMM Raushan Fikr, saat ini memerlukan pergeseran kesadaran dari

unconsiusnes motives (motivasi tak sadar) menuju discursive-practical consiusnes

(kesadaran diskursif praktis). Dalam artian, kedudukan ideologi perlu ditafsirkan hingga

sampai pada tataran kesadaran dalam gerakan ber-IMM

Nilai etis profetik mampu menjadi bingkai dalam membangun paradigma kader

Raushan Fikr, kreatif, meminjam apa yang digagas oleh Abdul Halim Sani dalam bukunya

Manifesto Gerakan Intelektual Profetik menerangkan bahwa kesadaran intelektual

profetik harus memiliki kesadaran akan diri, alam, dan Tuhan dengan menisbatkan

semua potensi yang dimiliki sebagai pengabdian untuk kemanusiaan dan dijiwai dalam

segala dimensi kehidupan sebagai upaya beribadah kepada Allah SWT.

Harapannya intelektual kader Raushan Fikr mampu menjadi artikulator dalam

gerakan pemikiran yang tercerhkan dengan memiliki gagasan baru, dengan peran salah

satunya menjadi critical-oppositional intelektual terhadap tatanan yang mapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun