Tugas orang dewasa adalah menciptakan suasana yang memungkinkan anak-anak untuk berfilsafat, guna mengembangkan kemampuan  dan kedalaman berpikirnya. Suasana ini harus diciptakan tidak hanya  di sekolah, baik sekolah dasar maupun taman kanak-kanak, tetapi juga  di dalam keluarga. Orang tua harus bekerja sama sepenuhnya dalam  dialog dengan guru di sekolah, maupun dengan orang-orang yang  memiliki otoritas untuk menentukan sistem pendidikan di Indonesia.
Yang kedua, minat anak juga harus dipahami sepenuhnya. Seperti disinggung sebelumnya, proyek filsafat untuk anak tidak memberikan obyek untuk berpikir, melainkan metode untuk berpikir. Obyek berpikirnya, dengan demikian, bisa ditentukan oleh anak itu sendiri. Anak  yang suka musik akan mudah untuk diajak berpikir filosofis tentang  musik, karena itu langsung terkait dengan minatnya. Oleh karena itu,  orangtua dan guru harus menyediakan waktu, kesabaran serta kesadaran untuk mendengar secara sungguh-sungguh minat dan bakat anak.
Letak kesalahan pendidkan dan sistem yang ada adalah sekolah tidak mendukung metode pembelajaran yang menciptakan berfikir kritis[i]. Kelalaian sekolah tersebut membiarkan kebodohan yang terjadi selama ini. Bulying, pelecehan dan penindasan menjadi rumah yang ada di tempat pendidikan atau persekolah. Berfikir secara kritis adalah senjata untuk menjatuhkan prinsip -- prinsip egosentris, kaum penindas dan sistem pendidikan yang tidak relevansi.