Mohon tunggu...
Brina👸
Brina👸 Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Just a girl

Menulislah sebab kegelisahan yang kamu rasa. Sebab tidak semua orang mampu mengerti ucapanmu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Harus Pulang

23 Maret 2020   22:55 Diperbarui: 23 Maret 2020   22:54 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai lelaki yang telah ditakdirkan Tuhan berjumpa denganku kala itu. Hari berganti terasa begitu cepat. Secepat saat aku melihatmu pergi dari pandanganku.

Tak banyak cerita uang kamu utarakan. Tak banyak waktu untuk saling bertatap. Bahkan untuk hal yang lebih dari itu. Hanya sebuah senyum yang terukir di wajahmu yang pernah hadir pada masanya.

Rindu terpasung dalam raga. Temu tak jua menjadi nyata. Hanya usaha dan doa yang kuharap menjadi nyata.

Malam ini, masih tentangmu. Banyak hal yang membuatku kembali pada kisah silam. Tatkala kita masih berada di tempat yang sama.

"Aku mau pulang" katamu.

Bayanganku hanya ada pada sebuah tempat yang bahaya. Tempat dimana banyak orang takut untuk mendatanginya. Lalu, kamu ingin segera pulang dengan alasan yang tidak kamu utarakan padaku.

Bagaimana mungkin aku membiarkan kamu pergi. Sedangkan di luar sana sangat berbahaya. Adalah waktu dimana kamu harusnya diam di rumah.

Dengan berbagai alasan yang kuharap kamu segera membatalkan rencanamu. Mengingat betapa khawatirnya aku. Tanpa aku peduli sebenarnya siapa aku untukmu.Malamnya sesuai permintaanmu. Aku berdoa semoga kamu baik baik saja.

Aku tahu, kamu adalah lelaki tangguh. Kamu diciptakan tangguh untuk melewati cobaan yang Tuhan berikan padamu. Namun, jika keadaannya seperti ini. Semua banyak resikonya.

Pagi hari saat aku terbangun dan selesai menunaikan kewajiban. Segera kuambil handphone dan melihat beberapa notif.

Bertemu denganmu adalah salah satu cita-citaku. Kebahagiaan yang juga sangat aku nantikan.

"Aku enggak jadi pulang, Mama suruh aku batalkan semuanya" katamu.

Ada rasa lega dalam hati. Syukur tiada henti kupanjatkan. Namun, mengapa di siang harinya kamu tetap memilih untuk pulang.

Percayalah, ketika perhatian perempuan kamu abaikan. Ia sungguh merasa sangat tidak berarti. Tak banyak kata kuungkapan padamu. Namun besar harapanku ketika kamu datang dengan keadaan sehat seperti sedia kala.

Semoga kebaikan menyertaimu, my beloved.

Brina
Ruangkata, 23 Maret 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun