Mohon tunggu...
Brilliant Jozuna Kurniawan
Brilliant Jozuna Kurniawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PWK UNEJ

Masih Belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pembangunan Desa Endogen: Kampung Wisata Tani di Kota Batu

22 November 2022   06:01 Diperbarui: 22 November 2022   07:04 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

3. Keberdayaan Masyarakat

Kemudian pada tahun 2015, Bappenas mempertajam Indeks Pembangunan Daerah (IPD) dengan mengeluarkan konsep Indeks Pembangunan Daerah model 2014. Model Indeks Pembangunan Daerah tahun 2014 lebih menekankan pada fungsi pemetaan yang berdasar pada potensi desa dan data administrasi wilayah dengan desa sebagai unit dasarnya. Pada tahun 2015, dengan berakhirnya MDG's yang berganti dengan konsep baru yaitu SDG's. Konsep SDG's dibentuk dengan mempertimbangkan berbagai isu krusial yang dapat berpengaruh terhadap kondisi global, seperti deplesiasi sumber daya alam, perubahan iklim, lingkungan yang rusak, terganggunya ketahanan pangan dan energi, perlindungan sosial, serta pembangunan yang harus berpihak pada kaum miskin. Dengan ini, mengindikasikan bahwa masyarakat dunia semakin menghargai aspek-aspek sosial, budaya dan juga lingkungan. Oleh karena adanya SDG's yang menjadi isu keberlanjutan pembangunan, pemerintah meningkatkan perhatian pada keseimbangan pencapaian tujuan pada aspek ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Dengan demikian dilakukan modifikasi dari model IPD tahun 2014 dengan mengembangkan konsep instrumen Indeks Pembangunan Desa Endogen (IPDE). Modifikasi indeks pembangunan desa ini dimaksudkan untuk memperjelas lagi kontribusi proses endogenisasi terhadap indeks pembangunan desa sehingga indikator yang digunakan perlu lebih berbasis pada komunitas di dalam desa dengan rentang pengukuran dalam satu kwartal. Indeks Pembangunan Desa Endogen (IPDE) memiliki beberapa komponen utama yang diperhatikan antara lain:

1.pertumbuhan ekonomi desa

2.Angka Kebahagiaan

3.Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Dengan mengukur dampak dari endogenisasi dengan membandingkan antara sebelum dan sesudah aksi endogenisasi dilaksanakan di desa tersebut.

PEMBANGUNAN ENDOGEN PADA SEKTOR PARIWISATA

Pendekatan pembangunan endogen berasumsi bahwa setiap potensi lokal yang ada pasa suatu daerah perlu dikelola oleh masyarakat setempat secara langsung mulai dari otoritas yang mengelola dan bertanggung jawab hingga kewenangan lokal yang juga harus terlibat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sumber daya yang ada dengan masyakarat di tempat itu tisak dapat dipisahkan. Sehingga pada pembangunan desa endogen ini, Pemerintah sebagai sektor publik dalam hal ini bertindak sebagai stimulan. Salah satunya pada sektor pariwisata, pengelola pariwisata setempat perlu membangun pariwisata sesuai kearifan lokal, dengan melakukan promosi dan infrastruktur teknis yang memadai. Namun, hal yang lebih penting untuk diperhatikan adalah terkait infrastruktur dan lingkungan sosial pada kawasan pariwisata. Penggunaan konsep endogen pada pariwisata atau biasa disebut pariwisata endogen bertujuan untuk membangun pariwisata daerah yang turut melibatkan masyarakat setempat dalam mengelola pariwisata yang ada. Dengan pariwisata yang berdasar pada konsep pembangunan endogen dimaksudkan agar pola pikir dan perilaku wisatawan berubah, dengan mempromosikan nilai sosial di daerah tersebut seperti saling pengertian antara masyarakat setempat dan wisatawan yang berkunjung. Bukan hanya itu, melibatkan masyarakat setempat juga dapat memberikan pengalaman baru bagi para wisatawan dengan melakukan atraksi budaya serta menunjukkan keramahan masyarakat dan lingkungan setempat.

PEMBANGUNAN DESA ENDOGEN PADA KAMPUNG WISATA TANI TEMAS

Pada pembangunan desa endogen di Kampung Wisata Tani dengan menjadikan Badan Keswadayaan Masyarakat Temas sebagai pengelola kegiatan pariwisatanya ada 4 komponen utama yang harus diperhatikan, antara lain:

1.Kepemimpinan. Kepemimpinan harus mudah dalam membangun hubungan dan kepercayaan pada anggota lain serta mendukung anggota lain untuk bekerjasama. Dengan demikian pengelolaan dapat menjadi lebih efektif dengan tumbuhnya rasa saling respek antara pemimpin dan anggota yang lain. Selain itu pemimpin juga harus selalu mengembangkan diri dengan melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh dinas agar dalam pengelolaan wisata dapat berjalan dengan optimal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun