Mengenai teknologi informasi bahwa ada sebuah tantangan yang kemudian ditawarkan yang harus dihadapi pada dinamika zaman kekinian yakni berkurangnya interaksi sosial, kepedulian, kecenderungan menjadi individualis, budaya kekerasan, hilangnya rasa empati, lahirnya model komunikasi yang tidak sehat, dan kemudian akulturasi budaya yang tidak sesuai dengan norma model transnasional yang mencoba menginjeksikan budaya-budaya luar menjadi bagian dari budaya bangsa merupakan tantangan tersendiri.Â
Sehingga perihal duta-duta tadi mengisi ruang-ruang yang berada pada media sosial dan menerapkan konsep moderasi beragama.Â
Selanjutnya karena menjadi bagian penting dalam penanaman nilai-nilai moderasi beragama, Kemenag bekerja sama dengan Kementerian lain termasuk Kementerian Kominfo memutus situs yang memuat ruang-ruang radikalisme. Fakta pada hari ini banyak orang terjebak ekstrimisme diawali dengan pola komunikasi dengan menggunakan perangkat-perangkat teknologi termasuk di dalamnya adalah media internet. Sehingga Kemenag menciptakan dan mendominasi ruang-ruang Islam moderat. Seorang yang gemar membaca memiliki pengetahuan yang memadai mesti ditunjang literatur keagamaan yang lengkap.Â
Tidak sekedar membahas tentang ruang-ruang keagamaan, tetapi juga dilengkapi dengan kemampuan untuk membaca teks dalam media media sosial yang berbasis teknologi berupa literasi numerasi, sains, finansial, digital, dan terakhir adalah literasi budaya. Dengan literasi ini diproyeksi akan tercipta insan-insan yang pintar.Â
Karena asumsi yang digunakan bahwa ekstrimis adalah rata-rata mereka yang tidak memiliki prestasi yang bagus atau tidak pintar dalam membaca.Â
Uuntuk memperkokoh model literasi moderasi beragama sebetulnya tentang bagaimana kemudian menciptakan insan-insan yang memahami agama secara baik karena ekstrim kanan atau memiliki pemahaman agama yang salah itu perlu ditarik pada ruang tengah. Kasus lain, pada sisi ekstrim kiri juga perlu ditarik karena orang liberal pun memiliki derajat sama untuk ditarik pada ruang tengah. Secara prinsip, moderasi beragama ibarat sebuah magnet yang menarik pendulum pemahaman keagamaan dari ekstrim kanan menuju garis tengah dan dari ekstrem kiri menuju tengah sehingga melalui didapat orang-orang yang toleran dan harmoni. Maka wujud Indonesia maju dan bermartabat itu akan dapat dicapai dengan baik.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI