Mohon tunggu...
Brillian BintangSuprianto
Brillian BintangSuprianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Brillian Bintang Suprianto - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

K09_Epithumia, Thumos, Logistikoan Platon untuk terhindar dari Kejahatan dan Korupsi

29 Oktober 2022   04:13 Diperbarui: 29 Oktober 2022   04:14 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Modul 9  Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB 

Nama : Brilian Bintang Suprianto

NIM : 42321010108

Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Universitas Mercubuana

Platon melanjutkan pemikiran Sokrates menimpa cerminan manusia. Dia berkomentar kalau manusia merupakan makhluk rasional. Dia mempunyai teori tentang rasio selaku bagian jiwa manusia yang sanggup menguasai kenyataan serta kebenaran sejati. Manusia menyadari dirinya sendiri, dunia di luar dirinya secara abstrak ataupun konkret dengan rasionya. Antropologinya mempunyai konsentrasi pada jiwa Manusia ialah ke- dua- an, bukan kesatuan yang majemuk. Perihal tersebut bisa diucap selaku citra manusia yang dualistis.

Bagi Platon, jiwa telah terdapat serta hidup dalam dunia" idea" saat sebelum bergabung dengan badan. Jiwa dipenjarakan dalam badan. Tetapi hakekat jiwa merupakan aktif serta kreatif. Platon mempunyai pembagian guna jiwa manusia yang ialah hirarki, ialah diawali dari paling tinggi ke terendah: rasional, emosional, serta apetitif. Rasio" wajib memerintah" 2 faktor lain yang terletak di bawahnya. Platon menggambarkan rasio( logistikon) selaku sais kereta perang, emosional( thumos) serta apetitif( epithumia) selaku 2 kuda yangmemiliki derap tidak terkontrol, semacam ditafsirkan dalam mitos menimpa kereta bersayap lengkap dengan sais serta sejoli kuda penariknya

Pikiran- pikiran Plato tidak sukar buat dimengerti. Pemikiran Plato tentang kemanusiaaan diucap esensialisme, kalau manusia itu memiliki esensi, serta esensi itu merupakan jiwa. Hakikat manusia merupakan jiwanya, tubuh ini cuma perwujudan dari jiwa. Tubuh tidak dapat dijadikan pedoman, hendak namun cuma ciri dari indikasi jiwa. Apa sih jiwa itu? Dalam bukunya Plato, Politeia, Jiwa itu aktifitasnya terdapat tetapi sesuatunya tidak terdapat. Suatu yang bergerak, menggerakkan dirinya sendiri serta termanifestasikan melalui tubuh. Ia menggerakkan dirinya sendiri, auto kineton. Jiwa merupakan kompleksitas seluruh gerakan internal. Jiwa itu terdapat 3 faktor serta didominasi oleh satu faktor, 3 faktor tersebut merupakan epithumia, thumos, serta logostikon.

Epithumia

Epithumia bagi Plato merupakan nafsu- nafsu primitif manusia yang wajib lekas dipadati tanpa dapat tawar- menawar. Nafsu- nafsu ini ialah insting yang sangat sulit buat tunduk pada ratio( ide budi). Plato mengatakan kalau watak epithumia itu irasional, tidak tunduk pada ide budi sehingga secara fisiologis epithumia terletak pada bagian perut ke dasar jauh dari kepala.

Nafsu- nafsu semacam Seks, makan, minum, serta duit ialah bagian dari epithumia. Bagi Plato nafsu- nafsu ini bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia tetapi manusia jadi tidak sehat bila cuma mengejar pemenuhan atas nafsu- nafsu tersebut tanpa memahami rasa puas. Perilaku semacam ini cuma hendak menghancurkan manusia itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun