Nama : Brilian Bintang Suprianto
NIM : 42321010108
Dosen Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak
Universitas Mercubuana
Platon melanjutkan pemikiran Sokrates menimpa cerminan manusia. Dia berkomentar kalau manusia merupakan makhluk rasional. Dia mempunyai teori tentang rasio selaku bagian jiwa manusia yang sanggup menguasai kenyataan serta kebenaran sejati. Manusia menyadari dirinya sendiri, dunia di luar dirinya secara abstrak ataupun konkret dengan rasionya. Antropologinya mempunyai konsentrasi pada jiwa Manusia ialah ke- dua- an, bukan kesatuan yang majemuk. Perihal tersebut bisa diucap selaku citra manusia yang dualistis.
Bagi Platon, jiwa telah terdapat serta hidup dalam dunia" idea" saat sebelum bergabung dengan badan. Jiwa dipenjarakan dalam badan. Tetapi hakekat jiwa merupakan aktif serta kreatif. Platon mempunyai pembagian guna jiwa manusia yang ialah hirarki, ialah diawali dari paling tinggi ke terendah: rasional, emosional, serta apetitif. Rasio" wajib memerintah" 2 faktor lain yang terletak di bawahnya. Platon menggambarkan rasio( logistikon) selaku sais kereta perang, emosional( thumos) serta apetitif( epithumia) selaku 2 kuda yangmemiliki derap tidak terkontrol, semacam ditafsirkan dalam mitos menimpa kereta bersayap lengkap dengan sais serta sejoli kuda penariknya
Pikiran- pikiran Plato tidak sukar buat dimengerti. Pemikiran Plato tentang kemanusiaaan diucap esensialisme, kalau manusia itu memiliki esensi, serta esensi itu merupakan jiwa. Hakikat manusia merupakan jiwanya, tubuh ini cuma perwujudan dari jiwa. Tubuh tidak dapat dijadikan pedoman, hendak namun cuma ciri dari indikasi jiwa. Apa sih jiwa itu? Dalam bukunya Plato, Politeia, Jiwa itu aktifitasnya terdapat tetapi sesuatunya tidak terdapat. Suatu yang bergerak, menggerakkan dirinya sendiri serta termanifestasikan melalui tubuh. Ia menggerakkan dirinya sendiri, auto kineton. Jiwa merupakan kompleksitas seluruh gerakan internal. Jiwa itu terdapat 3 faktor serta didominasi oleh satu faktor, 3 faktor tersebut merupakan epithumia, thumos, serta logostikon.
Epithumia
Epithumia bagi Plato merupakan nafsu- nafsu primitif manusia yang wajib lekas dipadati tanpa dapat tawar- menawar. Nafsu- nafsu ini ialah insting yang sangat sulit buat tunduk pada ratio( ide budi). Plato mengatakan kalau watak epithumia itu irasional, tidak tunduk pada ide budi sehingga secara fisiologis epithumia terletak pada bagian perut ke dasar jauh dari kepala.
Nafsu- nafsu semacam Seks, makan, minum, serta duit ialah bagian dari epithumia. Bagi Plato nafsu- nafsu ini bermanfaat untuk keberlangsungan hidup manusia tetapi manusia jadi tidak sehat bila cuma mengejar pemenuhan atas nafsu- nafsu tersebut tanpa memahami rasa puas. Perilaku semacam ini cuma hendak menghancurkan manusia itu sendiri.