Mohon tunggu...
Brigitta Raras
Brigitta Raras Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

80% terdiri dari caffeine

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Keindahan Festival Budaya Betawi

18 Desember 2020   17:50 Diperbarui: 18 Desember 2020   17:52 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Budaya Betawi/ Beritajakarta.id)

Pagelaran atau festival budaya, sudah menjadi hal yang tidak asing dilakukan oleh berbagai daerah. Hal tersebut dilaksanakan sebagai salah satu upaya untuk melestarikan dan memperlihatkan sebuah identitas yang dimiliki oleh daerah tersebut. Menurut Fong (dalam Samovar, dkk., 2017, h. 244) identitas budaya merupakan identifikasi komunikasi sebagai sistem simbolis, baik secara verbal maupun nonverbal. Identitas budaya tersebut memiliki rasa saling memiliki, saling berbagi tradisi, warisan serta norma yang sama.

Salah satu daerah yang tetap berupaya melestarikan budaya lokal dan mempertahankan identitas budayanya adalah kota Tangerang, yang mana mayoritas penduduknya ialah bersuku Betawi. Kota Tangerang kerap kali mengadakan Festival Betawi dalam rangka menunjukkan kekayaan lokal dan masyarakat dapat mengetahui budaya tersebut.

Wali Kota Tangerang menuturkan bahwa jangan sampai anak-anak kita lebih memahami budaya Tik Tok dibanding budayanya sendiri (Irfan, 2018). Globalisasi yang terjadi memang mendukung adanya keragaman budaya, namun hal tersebut jangan sampai mengikis bahkan menghilangkan nilai-nilai tradisional serta identitas sebuah budaya (Samovar, dkk., 2017, h. 261). Menjadi sebuah hal yang positif, jika kita mengetahui budaya dari berbagi daerah bahkan negara lain. Namun demikian, kita tidak boleh larut dalam budaya negara lain hingga melupakan budaya asal daerah kita.

Maka dari itu, upaya warga Tangerang dan Pemerintah Kota untuk mencegah lunturnya nilai-nilai tradisional, salah satunya dengan mengadakan dan meramaikan Festival Betawi tersebut. Selain memperkenalkan dan melestarikan budaya suku Betawi, adanya Festival Betawi tersebut juga dapat memperkuat hubungan antar warga agar semakin kompak serta guyub dalam melestarikan nilai-nilai budaya lokal.

Sebuah identitas budaya juga dapat terlihat dalam keterlibatan acara peringatan. Adanya keterlibatan individu dalam sebuah peringatan atau acara tertentu dapat mengidentifikasi identitas budaya orang tersebut (Samovar,dkk., 2017, h. 260). Keramaian warga yang menghadiri acara  festival Betawi tersebut menunjukkan dirinya sebagai bagian dari suku Betawi. Para pengujung biasanya tidak hanya dari Kota Tangerang, numun juga berasal dari daerah sekitarnya seperti Kabupaten Tangerang, Tangerang selatan, Jakarta bahkan Kota Bogor.

Suku Betawi memang tidak hanya didominasi oleh warga Jakarta dan Tangerang saja, di berbagai daerah sekitar lainnya juga terdapat masyarakat yang bersuku Betawi dan menghadiri Festival Betawi tersebut. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya dalam menunjukkan identitas budaya mereka dan menjaga budaya khas Betawi agar tetap terjaga keberadaannya. Identitas seseorang salah satunya dipengaruhi oleh budaya, di dalam budaya orang tersebut menjalankan berbagai aktivitas bersama (Samovar,dkk., 2017 dkk, h. 259).

Adanya masyarakat yang melakukan dan meramaikan Festival Betawi ini, merupakan sebuah aktivitas bersama dalam membangun identitas budaya. Warga Kota Tangerang dan sekitarnya dipengaruhi budaya dengan adanya pelaksanaan Festival Betawi dan akhirnya menjadi sesuatu yang tertanam dalam diri mereka untuk tetap menjalankan dan meramaikan Festival Betawi di tahun-tahun berikutnya.

Festival Betawi ini sebagai bentuk melestarikan identitas budaya dan juga membangun serta mempererat relasi antar warga. Samovar, dkk (2017, h. 259) menjelaskan bahwa dengan melakukan interaksi dengan orang lain kita menciptakan dan membentuk identitas budaya. Dapat terlihat dalam Festival Betawi sebagian masyarakat akan berinteraksi dan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Betawi. Hal ini menunjukkan adanya identitas diri mereka sebagai masyarakat suku Betawi. Tindakan tersebut menjadi salah satu dalam melakukan dan melestarikan identitas budaya.

Masyarakat yang menampilkan berbagai kebudayaan seperti, Pencak Silat, Tari Jaipongan, Palang Pintu, Gambus, dan sebagainya dalam Festival Betawi tersebut atau bahkan di luar festival juga turut membangun dan melakukan identitas budaya mereka. Mereka memperkenalkan dan memperlihatkan identitas budaya mereka sebagai masyarakat suku Betawi dengan menampilkan budaya khas Betawi.

(Pencak Silat/republika.co.id)
(Pencak Silat/republika.co.id)
Budaya dapat menampilkan ciri khas tertentu yang mengidentifikasi individu sebagai bagian dari kelompok agama tertentu. Dalam hal ini sebuah budaya memperlihatkan atau menunjukkan identitas religius individu (Samovar, dkk., 2017, h 260). Budaya Pencak Silat atau disebut juga dengan Maen Pukulan yang dimiliki oleh masyarakat suku Betawi, bukan hanya untuk membela diri sendiri namun juga di hadapan Allah SWT. Adanya nilai tersebut juga menjadi ibadah bagi umat muslim dalam membentuk karakter anak bangsa (Irfan, 2018).

Seiring berkembang, Pencak Silat khas Betawi menjadi identitas budaya dan kehidupan beragama hingga memunculkan istilah sholat dan silat. Sholat dan silat tersebut merupakan ungkapan masyarakat Betawi dalam pengaplikasian ajaran Islam. Hal tersebut dikarenakan mayoritas masyarakat Betawi saat itu beragama Islam, maka dari itu muncul ungkapan ngaji, solat, dan silat.

Selain itu, pakaian peci dalam budaya Pencak Silat juga terlihat (Mawarni, 2020). Adanya peci atau kopiah yang identik dengan agama Islam, digunakan dalam atraksi Pencak Silat, khusunya bagi kaum laki-laki Dapat dikatakan dalam hal ini, biasanya individu yang melestarikan budaya Pencak Silat adalah beragama Islam. Menjadi hal lumrah, bahwa kebanyakan individu meyakini bahwa Pencak Silat atau Maen Pukulan biasanya dilakukan oleh umat Muslim yang bersuku Betawi. Hal tersebut  dikarenakan terdapat sisi historis pada masa lalu, yang mana warga suku Betawi adalah mayoritas memeluk agam Islam. Namun seiring dengan perkembangan zaman, tidak dapat dipungkiri banyak individu yang juga dapat melakukan Pencak Silat dan bukan beragam Islam.

Selain mementaskan beberapa atraksi budaya khas Betawi, dalam Festival Betawi juga menampilkan makanan khas suku Betawi. Berbagai ragam kuliner khas Betawi disajikan, seperti dodol Betawi, bir pletok, kerak telor, nasi ulam, nasi uduk,es selendang mayang dan berbagai sajian khas Betawi lainnya. Hal tersebut menunjukkan adanya identitas budaya suku Betawi dengan menyajikan berbagai santapan khas Betawi. Tindakan ini selain menunjukkan identitas budaya, juga sebagai pengenalan sajian khas Betawi agar masyarakat memahami bahwa makanan tersebut berasal dari suku Betawi. Jangan sampai mereka sering menyantapnya, namun tidak memahami dari mana asal makanan tersebut.

Selain itu, dengan semakin banyak individu mengetahui bahwa makanan tersebut berasal dari Betawi, juga dapat meminimalisasi adanya tindakan klaim dari daerah atau bahkan negara lain. Seperti yang kita pahami bersama, bahwa globalisasi akan mendukung keragaman budaya dan juga membangkitkan kembali identitas budaya lokal (Samovar, dkk., 2017, h. 261).

Dengan adanya proses globalisasi tersebut, segala informasi dapat meyebar dengan pesat secara mengglobal. Festival Betawi ini menjadi salah satu bentuk upaya dalam menyebarkan dan mengenalkan identitas budaya suku Betawi. Ditambah dengan adanya peliputan ke berbagai media terkhusus media daring, akan semakin banyak individu yang mengetahui, mengenal budaya khas Betawi. Dapat memunculkan peluang adanya budaya Betawi dikenal secara global. Selain itu, juga dapat mengantisipasi munculnya tindakan klaim budaya khas Betawi oleh daerah atau bahkan negara lain.

Pelaksanaan Festival Betawi ini menjadi sebuah acara yang memiliki nilai positif dalam upaya melestarikan, membangun, melaksanakan, dan menunjukkan identitas budaya. Sudah sepatutnya kita sebagai individu melestarikan dan menerapkan nilai-nilai tradisional dari budaya yang kita anut. Hal ini dijalani dalam rangka menjaga dan menghindarinya kelunturan nilai-nilai lokal yang ada sejak dulu. Sebagai indvidu, kita harus dapat beradaptasi dengan proses globalisasi, namun perlu diingat untuk tetap menjaga dan melestarikan budaya yang sudah ada.

Daftar Pustaka

Sumber berita : Irfan, A. (2018, 30 September). " Festival Betawi Lintas Budaya" Lestarikan Budaya Kota Tangerang.AntaraBanten.

Mawarni, E. (2020). Analisis Filsafat Kebudayaan Islam dalam Maen Pukulan Betawi. Skripsi. Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam. Fakultas Ushuluddin. UIN Jakarta.

Samovar, Larry A, Richard E. Porter, Edwin R. McDaniel, (2017). Communication Between Cultures. Boston: Cengage Learning US.

Sumber Gambar:

Budaya Betawi. 

Pencak Silat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun