Mohon tunggu...
brigitta anin
brigitta anin Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

pelajar sma

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pipin Anak Pintar

17 Desember 2024   06:47 Diperbarui: 17 Desember 2024   06:45 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dengan tegas bapak pun menjawab "Tidak, mau dapat uang darimana Pin? Untuk makan saja masih kurang apalagi untuk membiayai kamu sekolah! Sudah kamu sebaiknya meneruskan menjadi petani saja saat sudah besar! Tidak usah sekolah, gak penting!".

Mendengar hal itu, Pipin yang awalnya menahan air matanya kuat kuat, sekarang mulai melepaskan air mata nya dan air itu mulai membanjiri pipi Pipin. Pipin berjalan keluar rumah, sambil sesegukan. Ia hanya ingin bersekolah dan mempunyai cita cita, namun kenapa begitu susah? Melihat Pipin menangis, Hein mulai berteriak

"Hey kampung, kau menangis karena tidak bisa sekolah ya? Haduh kasiannya, dasar bodoh!".

Mendengar hal itu Pipin tidak terima, ia mulai mengatakan 

"Kau berbicara dengan siapa? Dengan siapa kau mengatai bodoh? Aku tidak merasa tersinggung, karena aku bukan orang bodoh".

"Kau yang bodoh! Kau tidak dapat bersekolah. Karena kau hanyalah orang miskin yang ditampung di antara orang orang Belanda." Seru Hein.

"Setidaknya, aku bisa menghasilkan sesuatu! Aku bisa memainkan gamelan, aku bisa menari, aku bisa menyanyi! Tidak seperti kau yang hanya bisa menjadi budak sekolah, kerjanya hanya menghafal!" Bela Pipin.

Resolusi :

Hati Hein tergores, ia merasa sakit hati oleh semua ucapan Pipin. Padahal, Hein juga tidak ingin hidup seperti ini. Ia tidak ingin bersekolah dibawah paksaan orangtuanya. Hein juga ingin dapat mengeksplorasi dirinya seperti Pipin yang dapat melakukan apa saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun