Mohon tunggu...
Brigita Devin Vania
Brigita Devin Vania Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Menjelajahi Ketidakpastian: Cara Gen Z Mengembangkan Talenta di Era VUCA

13 Juni 2024   13:41 Diperbarui: 24 Juni 2024   14:05 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pramudianto (2023)

Tak bisa dipungkiri, pandemi Covid-19 telah membawa perubahan yang signifikan terhadap perilaku dan gaya hidup manusia hingga perubahan lingkungan yang dikenal sebagai VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity). Di era VUCA, ketidakpastian menjadi salah satu tantangan yang mewarnai dinamika kehidupan, salah satunya bagi kesiapan Gen Z untuk memasuki dunia kerja. 

Ditambah dengan adanya kemajuan teknologi menjadikan dunia yang telah berubah, sedang berubah, dan terus berubah untuk mengejar ketidakpastian yang ada. Oleh karena itu, tuntutan sebenarnya tidak hanya bagi generasi Z, namun juga bagi generasi lain yang masih harus bergerak menjadi bagian dalam setiap perkembangan zaman. Namun, pada artikel kali ini, kita secara khusus akan membahas bagaimana cara bagi Gen Z untuk menghadapi era ini.

Faktanya, di era VUCA ini mereka yang adaptif dan inovatif lah yang mampu bertahan atau bahkan mendapatkan posisi penting dalam suatu Perusahaan atau dunia kerja. Karena seseorang dengan kompetensi tersebut akan lebih mudah memahami permasalahan dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi perubahaan yang terjadi. 

Sehingga, sudah menjadi rahasia umum jikalau hal tersebut menjadi salah satu poin atau kriteria penting dari sebuah Perusahaan dalam melakukan recruitment untuk mencari pekerja. Seperti halnya makna dari kalimat yang disampaikan oleh seorang Profesor Manajemen dan Pemasaran di Lousiana State University.

It is not the strongest of the species that survives, nor the most intelligent that survives. It is the one that is most adaptable to change. - Leon C. Megginson, 1963.

Pernyataan di atas menjelaskan implikasi dari era VUCA yang kini memunculkan dampak negatif salah satunya dalam isu kesehatan mental yaitu stres atau depresi. Hal ini terjadi akibat dari kurangnya kemampuan individu dalam beradaptasi menghadapi perkembangan teknologi (Damri, 2023). 

Gangguan stres itu juga dikenal sebagai Technostress, yaitu penyakit modern akibat dari ketidakmampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap teknologi komputer. Oleh karena itu, disrupsi digital ini mengharuskan Gen Z untuk belajar beradaptasi dan berdampingan dengan teknologi agar dapat bertahan, terhindar dari stress, hingga dapat memberikan kontribusi dalam dunia kerja. 

Menghadapi disrupi digital, Gen Z perlu mengatasi situasi baru ini dengan cara yang sehat. Perlu memaknai VUCA yang bukan lagi Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity, namun menjadi Vibrant, Ubiquitous, Collaborative, Agile (Pramudianto, 2023). Mari kita bahas satu per satu, Vibrant atau bersemangat, ini berarti kita memberikan getaran positif atau dengan kata lain mengisi energi orang lain melalui tindakan yang penuh rasa hormat untuk menyebarkan getaran tersebut (Dutton, 2003). Selanjutnya, Ubiquitous atau ada di mana-mana, yang memiliki arti seseorang dapat bekerja dari manapun dan kapanpun, yang menjadi tren saat ini yaitu Work From Anywhere (WFA).

Kemudian, terdapat Collaborative atau kolaborasi, dikutip dari Kumparan.com, kolaborasi adalah kegiatan bahu membahu atau kerja sama antar karyawan untuk mencapai tujuan bisnis yang disepakati bersama. Kolaborasi ini dinilai efektif karena dapat menyatukan berbagai ide-ide dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dan yang terakhir yaitu Agile atau Lincah atau juga Tangkas, adalah kemampuan seseorang untuk mengantisipasi dan secara proaktif memanfaatkan perubahan guna mencari peluang (Petermann & Zacher, 2020).

Konsep lain dari VUCA yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu dipahami oleh Gen Z untuk implementasinya di dalam dunia kerja. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengembangkan talenta dan mempersiapkan diri dengan baik. Perlu diketahui, saat ini pemilihan karyawan atau pekerja bukan hanya dilihat berdasarkan skill, namun juga talenta yang bisa didevelop ke berbagai sisi. Oleh karena itu, di bawah ini, kita akan membahas mengenai cara yang dapat dilakukan oleh Gen Z untuk mengembangkan talenta secara lebih lengkap.

  • Menumbuhkan Jiwa yang Tangguh dan Fleksibel

Yang paling utama adalah menumbuhkan jiwa yang Tangguh dengan sikap berani mengambil resiko terhadap sesuatu hal yang baru. Berani keluar dari comfort zone merupakan salah satu hal yang sulit, apalagi dengan adanya ketidakpastian yang akan terjadi ketika kita berada diluar zona nyaman. 

Namun, sebagai Gen Z yang Tangguh, harus berani belajar dari kegagalan dan menerima bahwa ketidakpastian adalah bagian dari kehidupan. Selain itu, perlu menanamkan jiwa yang terbuka dan fleksibel terhadap perubahan dan yang terjadi. Menumbuhkan jiwa Tangguh dan fleksibel ini dilakukan sebagai cara untuk meningkatkan daya saing yang menjadi salah satu tuntutan dalam dunia kerja (Zahir dkk, 2016).

  • Meningkatkan Keterampilan Digital

Gen Z dikenal dengan generasi yang sangat dekat dengan teknologi, meski tidak dapat menguasai semuanya, alangkah baiknya untuk mempelajari dan menguasai teknologi yang berhubungan dengan bidang pekerjaan yang diminati. 

Penguasaan teknologi ini akan membantu Gen Z untuk meningkatkan produktivitas dan mempermudah pekerjaan. Meningkatkan keterampilan melalui literasi digital ini menjadi salah salah satu faktor yang mendorong Gen Z untuk memiliki kesiapan kerja yang tinggi (Putri & Supriansyah, 2021).

 Oleh karena itu, memanfaatkan teknologi untuk belajar dengan mengakses informasi dan kursus online menjadi cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan talenta. Selain itu, melatih komunikasi melalui platform online untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan keterampilan digital juga tak kalah pentingnya. 

  • Membangun Kemampuan Berfikir secara Kreatif dan Inovatif

Untuk membangun cara berfikir yang kreatif dan inovatif, Gen Z perlu memperluas pengetahuan dengan banyak belajar untuk mengumpulkan informasi atau wawasan baru. Kebiasaan tersebut akan membantu menumbuhkan kemampuan berfikir yang out of the box, jadi jangan takut untuk mencoba ide-ide baru yang terkesan jauh dari jangkauan kita. 

Selanjutnya, cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan berlatih untuk memecahkan masalah, untuk mengembangkan talenta adalam berfikir, Gen Z harus mau melakukan brainstorming dan terbuka terhadap ide atau pendapat dari orang lain. Ini juga akan melatih kepribadian Gen Z yang mau menerima masukan yang diberikan. Sehingga pada akhirnya, Creative and Inovative Thinking pada era VUCA ini sangat berorientasi sebagai pemaksimalan kualitas serta keterampilan sumber daya manusia (Sabrina, 2021).

  • Meningkatkan Keterampilan Kolaborasi dan Komunikasi

Penting bagi Gen Z untuk berlatih bekerja sama dalam tim. Hal tersebut dapat dimulai dengan aktif mengikuti kegiatan kelompok, proyek tim, dan organisasi untuk mengasah kemampuan kolaborasi. Selain itu, meningkatkan keterampilan komunikasi dengan berlatih berbicara dan menulis secara efektif. Kemampuan berkomunikasi yang baik sangat penting dalam menyampaikan ide dan berinteraksi dalam dunia kerja.

Selanjutnya, belajar memberikan dan menerima kritik dengan baik. Karena, kritik yang membangun adalah alat penting untuk perkembangan pribadi dan profesional. 

Dengan menguasai kerjasama tim, komunikasi yang efektif, dan kemampuan menerima kritik, Gen Z akan lebih siap menghadapi tantangan di tempat kerja dan mengembangkan talenta diri. Perlu untuk diketahui, aspek kolaborasi dan komunikasi yang dijelaskan juga menjadi penilaian kompetensi terhadap karyawan pada suatu Perusahaan.

  • Merawat Kesehatan Mental dan Fisik

Tanpa disadari kesehatan mental dan fisik Gen Z juga menjadi salah satu perhatian Perusahaan atau HR (Human Resource) dalam pemilihan karyawan. Disrupsi digital yang terjadi membuat sumber daya manusia harus paham dalam setiap perkembangan yang ada, tidak bisa dipungkiri, meski digitalisasi mempermudah aksesibilitas, di sisi lain juga berimplikasi pada tuntutan kerja yang kian bertambah pula. Oleh karena itu, penting juga untuk memperhatikan kesiapan Kesehatan kita saat memasuki dunia kerja. 

Mengelola stres dengan baik juga sangat penting, sehingga cobalah untuk menemukan cara-cara sehat guna mengatasi stres, seperti mendengarkan musik, membaca buku, atau menghabiskan waktu bersama orang-orang terkasih. Dengan memperhatikan aspek kesehatan mental dan fisik dapat meningkatkan kualitas hidup dan menjadikan Gen Z lebih siap menghadapi tantangan sehari-hari dalam dunia kerja.

Pada akhirnya, sebagai Gen Z yang hidup berdampingan dengan teknologi, era VUCA ini tidak hanya bisa dipandang sebagai disrupsi digital yang membawa pengaruh buruk. Tetapi melalui percepatan dan perubahan teknologi yang membawa ketidakpastian tersebut, perlu kita maknai sebagai awal untuk mulai menjelajahi talenta diri. Mulai dari kesiapan mental hingga mengembangakan keterampilan digital untuk mempersiapkan diri mencapai kesuksesan.

Referensi

Brod, C. 1984. Technostress: The human cost of thecomputer revolution. Addison Wesley PublishingCompany.

Damri, R. (2023, November). Rintangan Tak Terduga Berujung Stres: Peran Psikologi Positif pada Kesehatan Mental di Era VUCA. In Proceeding Conference On Psychology and Behavioral Sciences (Vol. 2, No. 1, pp. 301-333).

Dutton, J. E. (2003). Energize your workplace: How to create and sustain high-quality connections at work (Vol. 5). John Wiley & Sons.

Petermann, M. K., & Zacher, H. (2020). Agility in the workplace: Conceptual analysis, contributing factors, and practical examples. Industrial and Organizational Psychology, 13(4), 599-609.

Pramudianto. (2023). Check Point: Bagaimana Budaya Mampu Melejitkan Kinerja Perusahaan. PT Elex Media Komputindo.

Putri, R. Y., & Supriansyah, S. (2021). Pengaruh literasi digital terhadap kesiapan kerja generasi z di sekolah menengah kejuruan. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(5), 3007-3017.

Sabrina, R. (2021). Manajemen sumber daya manusia: unggul, kreatif, dan inovatif di era revolusi industri 4.0. Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, 22(2), 216-222.

Zahir, A., Srirahayu, A., & Ali, B. (2016, May). Pengembangan karakter mahasiswa melalui praktek dunia kerja. In Prosiding Seminar Nasional (Vol. 2, No. 1, p. 636).

https://www.darwinproject.ac.uk/people/about-darwin/six-things-darwin-never-said/evolution-misquotation.

https://kumparan.com/berita-terkini/teknik-kolaborasi-dalam-dunia-kerja-dan-cara-meningkatkannya-21Yu80qUddc/full

Brigita Devin Vania

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun