Budi dan teman-teman gym-nya mempunyai satu prinsip: “Plastik jauh lebih praktis, murah, dan dapat digunakan berulang kali sebagai botol minuman”. Alhasil Budi dan teman-temannya sangat sering menggunakan botol minum berbahan plastik. Suatu hari, Budi yang sedang membaca media sosial, menemukan bahwa plastik dapat terurai menjadi mikroplastik dan mempengaruhi kesehatan organ reproduksi pria. Budi yang terkejut pun akhirnya membeli botol stainless steel dan berniat ingin membagikan informasi ini ke teman-temannya saat di gym. Agar tidak diejek oleh temannya, Budi pun berkata kepada mereka, “Inilah kunci kejantanan aku”, sembari menunjukkan botol minum barunya, lantas teman-temannya yang melihat Budi lalu tertawa terbahak-bahak. Setelah mereka puas tertawa, Budi lalu dengan sabar menjelaskan tentang efek mikroplastik terhadap kesehatan pria. Akhirnya, teman-teman Budi mengerti tentang bahaya mikroplastik dan berniat untuk mengganti botol minuman plastik mereka.
Mungkin bagi teman-teman yang membaca cerita pendek di atas merasa bingung tentang definisi dari mikroplastik? Mikroplastik adalah partikel plastik yang sangat kecil dan dapat ditemukan pada barang-barang yang digunakan dalam kehidupan sehari hari seperti botol plastik, kantong plastik, bahkan dalam pakaian berbahan polyester. Mikroplastik juga dapat dengan mudah ditemukan di lingkungan seperti di laut dan tanah, bahkan juga dapat ditemukan dalam makanan serta minuman yang dikonsumsi sehari-hari. Data dari Environmental International tahun 2022 menunjukkan bahwa mikroplastik terdeteksi pada 17 individu dari total 22 individu yang melakukan tes darah di Belanda. Oleh karena itu, para ilmuwan di seluruh dunia semakin gencar-gencarnya memperingati masyarakat untuk mengurangi pengurangan plastik karena dapat membawa dampak yang buruk bagi kesehatan. Teman-teman mungkin sekarang bertanya-tanya apa dampak buruk dari mikroplastik dan bagaimana langkah yang bisa kita lakukan untuk mengurangi pencemaran mikroplastik? Mari kita kupas tuntas dalam artikel ini.
Berdasarkan ukurannya, mikroplastik adalah partikel plastik yang memiliki ukuran kurang dari 5 milimeter dan cukup sulit untuk dilihat dalam keadaan mata telanjang. Mikroplastik dapat masuk kedalam tubuh kita melalui berbagai jalur seperti: mengonsumsi produk makanan yang terkontaminasi plastik, minuman berwadah plastik, dan penyebaran melalui udara. Secara historis, plastik pertama kali diperkenalkan pada tahun 1907 dengan tujuan untuk menjawab isu lingkungan terkait penebangan hutan dalam skala besar-besaran sebagai salah satu bahan pembuatan kertas. Sayangnya, penggunaan plastik secara massive dan tidak terkontrol menyebabkan plastik yang sebelumnya dianggap solusi untuk lingkungan, malah sekarang menjadi penyebab kerusakan dari lingkungan itu sendiri. Studi dengan judul “Plastics in the Ocean Statistics 2024” menyatakan 88% persen dari permukaan air laut sudah terkontaminasi oleh plastik, hal ini berimbas dengan tingginya jumlah makroplastik dan mikroplastik lautan dunia saat ini yang sudah mencapai kurang lebih 5,25 trilliun buah.
Riset menunjukkan seluruh dunia memproduksi kurang lebih 381 juta ton plastik setiap tahunnya dan akan diproyeksikan meningkat hingga tahun 2024. Sebuah penelitian dengan judul “Detection and characterization of microplastics in the human testis and semen” yang menggunakan sampel 6 testis dan 30 cairan air mani, menunjukkan adanya mikroplastik pada seluruh sampel. Sejauh ini memang belum ada bukti empiris bahaya yang ditimbulkan dari mikroplastik bagi tubuh manusia, terkhusus untuk alat reproduksi. Akan tetapi, apakah kita harus menunggu permasalahan timbul terlebih dahulu, barulah kita sadar dan peduli terhadap lingkungan kita terkhususnya plastik? Tentu jawabannya adalah “TIDAK”.
Permasalahan terkait plastik memerlukan sebuah kolaborasi yang holistik dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan juga masing-masing individu dari kita. Berikut adalah aksi-aksi yang bisa diambil sesuai dengan peran masing-masing:
- Pemerintah
- Membuat kebijakan:
- Pemerintah dapat menetapkan pajak atau biaya tambahan bagi perusahaan yang menggunakan plastik sekali pakai sehingga dapat mendorong produsen untuk mencari alternatif lain yang lebih ramah lingkungan. Pemerintah juga dapat membuat kebijakan yang mendukung pengurangan sampah plastik contohnya: Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 Tentang Penanganan Sampah Laut.
- Mengatur infrastruktur:
- Pemerintah perlu memastikan adanya infrastruktur pengumpulan sampah dan daur ulang material yang diperlukan untuk mengurangi sampah plastik.
- Promosi inovasi:
- Pemerintah dapat mempromosikan inovasi dalam penggunaan plastik yang lebih ramah lingkungan, seperti pengadaan mesin Pfund di Jerman yang dapat mengembalikan dana sesuai dengan jumlah produk plastik yang dikembalikan.
- Mengawasi dan mengelola:
- Pemerintah harus terus menerus mengawasi dan mengelola tingkat limbah plastik di lingkungan dan memberikan solusi dalam menanganinya.
- Menetapkan denda bagi pelaku pembuang plastik:
- Seperti di Singapore, pemerintah di sana menetapkan denda bagi masyarakatnya yang membuang sampah sembarangan. Oleh sebab itu, masyarakat menjadi lebih memperhatikan kebersihan lingkungan.
- Membuat kebijakan:
- Masyarakat
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!