Mohon tunggu...
Brian Rivan Assa
Brian Rivan Assa Mohon Tunggu... Guru - Elementary School Teacher | Job 42:2

Menulis sebagai Katarsis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wonderful Indonesia, Tempat bagi Semua Orang untuk Menikmati "World of Wonderful"

13 Maret 2021   16:38 Diperbarui: 13 Maret 2021   16:55 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di negara yang terkenal memiliki 4 musim seperti Eropa dan Amerika, ketika memasuki bulan Desember, orang-orang sudah harus bersiap beralih dari musim gugur dan menyambut datangnya musim salju, dimana suhu bisa mencapai minus 40 derajat celsius. 

Itu adalah saat dimana tumbuh-tumbuhan mati, kecuali pohon cemara. Itu adalah saat dimana darah bisa berhenti (membeku) hanya karena Anda keluar rumah tanpa pakaian khusus.

Musim salju adalah ketika manusia bertahan hidup dan beraktivitas yang mungkin untuk dilakukan, tanpa bisa berjalan jika tak ada bantuan peralatan dan teknologi. Juga, ada satu saat di mana salju akan menjadi badai. Badai salju. Terbanyang kan apa yang akan terjadi? Jika masih ingin hidup, maka jangan keluar rumah, sambil tetap berada dekat dengan ruangan berpemanas.

Lain Eropa, lain pula Timur Tengah yang terkenal dengan cuaca ekstrim padang gurun. Menurut Wikipedia, iklim gurun cenderung cerah dan kering sepanjang tahun. Iklim seperti ini selain terdapat di Timur Tengah, juga ditemukan di wilayah Afrika Utara, bagian barat laut india, dan banyak lagi negara lain.
Tercatat suhu rata-ratanya di atas 43-46 derajat celcius. Dan yang terekstrim dapat mencapat 56,7 derajat celcius. Gak kebanyak sih, akan jadi seperti apa saya ini kalau berada di tengah gurun.

Hanya ada beberapa jenis pohon yang bisa hidup dalam suhu di atas 40 derajat celcius. Keringat saya saja bisa langsung menguap bersama cairan tubuh saya. Dan keberadaan air adalah persolan hidup dan mati.

Saya sungguh tidak mengerti ketika masih ada orang yang masih tidak bersyukur bisa hidup dan menikmati alam Indonesia.

Di saat orang Eropa dan Amerika seperti terasing dengan dunia luar, kita masih tertawa hangat dengan keluarga dan sahabat karena masih bisa melihat dan merasakan hangatnya sinar matahari.

Siapa yang berani bercelana pendek, pakai kaos dan sandal jepit lalu jalan-jalan di Amerika saat musim salju, atau jalan-jalan di padang gurun saat siang lagi terik-teriknya, bakal tahu sendiri resikonya.

Di sini, di negaramu, kapan saja, mau siang mau malam, Anda bisa jalan-jalan. Kaosan tanpa alas kaki. Mau hujan mau panas, gak urusan. Dijamin aman.

Di Eropa dan Amerika, buah-buahan yang akan Anda temukan paling banter Apel, anggur, sunkist, atau pear. Di Timur Tengah paling ketemunya kurma, kismis, kacang arab, atau buah zaitun.

Di Indonesia? Saking banyaknya Anda tak akan sanggup menyebut semua jenis buah dan sayur-sayuran, umbi-umbian, kacang-kacangan, bunga-bunga, dan rempah. Di Amerika Serikat dan Eropa, Anda akan ketemu sandwich, hot dog, hamburger. Itu-itu saja yang divariasi. Paling banter steak, es krim dan keju. Di Timur Tengah? Roti, daging dan daging dan daging lagi.

Di Indonesia? Dari Sabang sampai Merauke, mungkin ada ratusan ribu varian makanan. Ada puluhan jenis soto, varian sambal, olahan daging, ikan dan ayam tak terhitung macamnya.

Setiap wilayah ada jenisnya. Kue basah, kue kering ada ribuan jenis. Varian bakso saja sudah sedemikian banyak. Belum lagi singkong, ketan, gula, kelapa bisa menjadi puluhan jenis nama makanan. Dan tepian jalan dari Sabang sampai Merauke adalah garis penjual makanan terpanjang di dunia. Saking panjangnya, saya tidak bisa menghitung penjual makanan berbagai jenis dan rasa serta kelezatannya.

Di Indonesia, Anda dapat mendengar bunyi lonceng gereja, suara orang sedang bernyanyi di gereja, pengajian, shalawatan, dangdut, koplo, sampai ecrek-ecrek orang ngamen. Semua tumpah-ruah disini.

Di Eropa, Amerika Serikat, Timur Tengah? Belum tentu Anda bisa menemukan itu. Kecuali setel youtube sambil pakai headset.

Saya ingin menulis betapa kayanya Indonesia dari segala sisi. Hasil buminya, cuacanya, orang-orangnya yang cerdas, kreatif dan bersahabat, budayanya, toleransinya dan guyonannya, murah senyum. Keindahan tempat-tempat wisatanya dan seterusnya. Saya tidak mungkin mampu menulis itu semua sekalipun air laut menjadi tintanya. Saking tak terbilang kenikmatan anugerah Tuhan yang Mahakuasa bagi Indonesia yang kita cintai ini.

Jika Anda tidak mampu mensyukuri semuanya itu, berarti hanya ragamu yang hidup, tetapi jiwamu sudah mati.

Pesan moral:

Janganlah merusak atau menghancurkan hanya karena keinginan berkuasa dan keserakahan, ketamakan tiada batas. Janganlah kehangatan persaudaraan tiap anak Bangsa yang dicontohkan oleh embah, opa-oma, kakek-nenek, opung kita dihancurkan hanya karena kita merasa paling benar dan paling pintar.

Jangan merusak apa yang sudah Tuhan rancangkan bagus dan indah. Baik alam lingkungan, sistem nilai, budaya asli, kebersihan dan semacamnya.

Maka kenikmatan apa lagi yang hendak kita dustakan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun