Mohon tunggu...
Brian Marpay
Brian Marpay Mohon Tunggu... Dosen - STT Jaffray

》Katib 📚✒

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cinta Segitiga (Rut 1-4)

14 Februari 2019   19:30 Diperbarui: 15 Februari 2019   00:41 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Restu datangnya dari orang yang mempunyai peran penting dalam sebuah hubungan, yakni orangtua kita. Di sisi lain, ada otoritas yang lebih besar dari peran orangtua, yakni Tuhan. Pada ayat 13, kalimat: "atas karunia Tuhan" - וַיִּתֵּ֙ן יְהוָ֥ה  - (nayyiten YHWH) - to give LORD, menjelaskan/ menggambarkan persetujuan Tuhan atas hubungan tersebut. Dalam terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) untuk Ruth 4:13, "Maka Boas pun mengambil Rut menjadi istrinya. TUHAN memberkati Rut sehingga ia hamil lalu melahirkan seorang anak laki-laki". Ini menjelaskan adanya restu dari otoritas tertinggi, dalam hal ini Tuhan yang telah melegalkan hubungan tersebut.

Hasil dari ketaatan Rut dalam konteks ini, ialah bahwa ia hidup benar di hadapan Tuhan dalam membangun/ membina hubungan dengan Boas yakni, Rut masuk hitungan dari garis keturunan Daud - Yusuf - Yesus. Rut menjadi tokoh yang dihormati dalam agama Yahudi sebagai orang yang terhisap masuk atau dengan kata lain Rut masuk ke dalam silsilah Daud. Rut juga dianggap nenek moyang Mesias - Yahudi, yaitu sebagai nenek buyut Daud, raja Israel. Karena Yesus Kristus lahir dari Maria, istri Yusuf yang berasal dari keturunan Daud. Sedangkan bagi agama Kristen, Rut adalah nenek moyang Yesus sang Mesias (Matius 1:5-6).

Konklusi

Sejak Boas PDKT hingga dipersatukan dalam ikatan pernikahan, mereka telah mendapat afirmasi dan restu dari orangtua maupun Tuhan atas hubungan tersebut.  Bahwa cinta/ kasih segitiga yang terbangun antara Rut - Boas - Tuhan atau Rut & Boas - yang berelasi terhadap sesama (Naomi selaku orangtua) - Tuhan.

Jadi dari uraian di atas, cinta segitiga bukan menjelaskan adanya orang ke tiga yang masuk, merongrong serta merusak sebuah hubungan. Akan tetapi lebih kepada relasi yang jelas yang terbangun antara pasangan yang saling mencintai, yang jika diibaratkan dengan segitiga maka terdiri atas tiga sisi bangun yang saling berhubungan antara satu titik ke titik lainnya. 

img-20190214-wa0015-5c65a65dbde575125b29ee76.jpg
img-20190214-wa0015-5c65a65dbde575125b29ee76.jpg
Dengan demikian cinta segitiga jika disimpulkan dari perspektif Rut 1-4, maka kita akan menemukan sebuah konsep teologis yang di dalamnya tersirat muatan afirmasi, baik dari orangtua maupun Tuhan. Pada akhirnya jika disederhanakan lagi, maka kita akan menemukan hubungan horisontal dengan sesama maupun hubungan vertikal dengan Tuhan, yakni melibatkan Tuhan dalam sebuah hubungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun