Mohon tunggu...
Bread4friends Sharing
Bread4friends Sharing Mohon Tunggu... profesional -

Lintong - penulis buku best seller motivasi bread for friends menyajikan nilai-nilai kehidupan positif yang diangkat dari fenomena sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

RELATIONSHIP MANAGEMENT BASED ON DALIHAN NA TOLU

25 Juni 2011   16:33 Diperbarui: 3 Juli 2016   08:11 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

RELATIONSHIP MANAGEMENT BASED ON DALIHAN NA TOLU

~ Sebuah pendekatan pengelolaan hubungan bisnis yang diangkat dari filosofi hidup Batak ~ *Oleh : Lintong Simaremare (Penulis buku-buku inspirasi Indonesia)

"Horas ma di hamu sude raja ni hula-hula nami, dison nunga rade be hami sude boru muna.“ (Welcome to the king of  'hula hula', We humbly greet & ready to serve you.“). Dalam adat Batak, kira-kira seperti itulah ucapan yang dikumandangkan seorang juru bicara pihak boru yang menyambut hula-hula yang sudah berada di depan tangga si baganding tua-nya (rumahnya).

Adat  Batak,  dalam  bentuk  apapun  dan  di  daerah  manapun,  serta  dengan tujuan apapun tidak terlepas dari dalihan na tolu.

Dalihan na Tolu adalah sebuah falsafah  hidup  yang  membawa  suatu  pesan  yang  menginginkan  agar  suatu hubungan  dilakukan  dalam  kemitraan  yang  harmonis  -  yaitu  suatu  hubungan yang saling memahami  antara satu  elemen  dengan elemen  lain dalam kehidupan sosial. Salah  satu  bentuk  hubungan  harmonis  yang  didinginkan  adalah  hubungan antara  seseorang  dengan  orang  yang  mempunyai  kepentingan  dengannya, contohnya hubungan dengan  keluarga  istri,  hubungan dengan keluarga menantu serta hubungan dengan saudara-saudara semarga. Jauh  sebelum  dikenal  istilah  triangle  marketing  yang  berbicara  tentang hubungan  antara  perusahaan  dengan  kastamer,  hubungan  perusahaan dengan karyawan  dan  hubungan  karyawan  dengan  kastamer,  telah  sejak  sekitar  400 tahun  lalu  (asumsi:  saat  ini  keturunan  marga  Batak  sudah  mencapai kira-kira 20 nomor dengan  masing-masing  selisih  umur  antara  orang  tua  dan  anaknya  sekitar  20 tahun),  adat  Batak  mengenal  dalihan  na  tolu  sebagai  falsafah  hidup  sekaligus sebagai fundamen keseluruhan kegiatan adat.

 

APA ITU DALIHAN NA TOLU ?

Dalihan  na  tolu  adalah  suatu  filosofi  yang  diambil  dari  gambaran  tolu  dalihan (tumpuan  yang  tiga  -  tiga  batu  penyangga)  yaitu  berupa  tiga  tumpuan  yang seimbang  yang  diletakkan  di  atas  pemukaan  yang  datar  dan  ditata  sedemikian rupa  sehingga  jika  ditarik  garis  yang  menghubungkan  ketiga  titik  tersebut  akan membentuk  segitiga  sama  sisi  dengan  sudut  apit  masing-masing  120  derajat. Ketiga  batu  tersebut  dimaksudkan  sebagai  penyangga  yang  akan  difungsikan sebagai  tungku  dengan  menggunakan  susunan  kayu  bakar  diantara  masing-masing batu. Dalihan  na  tolu  secara  harfiah  berarti  tiga  tungku.  Hal  ini  bisa  dianalogikan dengan  tiga  tungku-masak  di  dapur  tempat  menjarangkan  periuk.  Maka  adat Batakpun  mempunyai  tiga  tiang  penopang  dalam  kehidupan,  yaitu  (1)  pihak semarga  (in  group),  (2)  pihak  yang  menerima  istri  (wife  receving  party),  (3) pihak yang memberi istri (giving party). (Nalom Siahaan, 1982:20). Letak  yang  ditata  sedemikian  rupa  dimaksudkan  untuk  menjaga  keseimbangan, dengan tujuan  agar wadah  memasak  berupa  kuali  atau periuk yang  disanggah  di atas tiga batu tersebut tidak akan jatuh saat proses penjerangan/memasak dilakukan. Berdasarkan penataan dalihan (tumpuan)  di permukaan datar,  maka dalihan na tolu dapat  diartikan  tolu  sahundulan (tiga  elemen  duduk  bersama)  dalam ”keseimbangan‘  dan  ”kesatuan‘. Dapat dibayangkan jika satu bangtu tidakberfungsi maka tidak akan terjadi posisi wadah yang tepat dan kokoh di atas tungku. Keseimbangan  yang  dimaksud  adalah  bahwa fungsi  dari  ketiga  elemen  tidak  berat  sebelah,  sedangkan  kesatuan  yang dimaksud  adalah  bahwa  ketiga  elemen  tidak  terpisahkan dalam artian harus  ketiganya berfungsi bersamaan. Sedangkan  dalam  konteks  adat,  salah  satu  contoh,  jika  salah  satu elemen  tidak sepakat  dan  bekerjasama  dalam  suatu  melaksanakan  suatu  acara,  maka  sebuah perhelatan  adat  tidak  layak  dilakukan  atau  tidak  bisa  dipertanggungjawabkan atau  hasilnya  justru  akan  menjadi  pembicaraan  negatif  di  masyarakat  (family bad image). Dalihan  na  tolu sebagai  fundamental  keseluruhan  adat  Batak  mengajarkan bagaimana  hubungan  yang  seimbang  dalam  marhula-hula (marga  istri,  marga ibu,  marga  ibu  dari  ibu,  marga  ibu  dari  ayah  serta  marga  mertua  laki-laki dari putra  kita),  mardongan-tubu atau  biasa  juga  disebut  dongan  sabutuha (marga yang sama dengan kita) dan hubungan marboru (marga menantu laki-laki). Hal  lain  yang  tidak  kalah  menarik  dari  dalihan  na  tolu bahwa  ketiga  elemen  - baik hula-hula, dongan  tubu maupun boru hanya sebuah posisi  yang sementara, dimana  seseorang  bisa  diposisikan  sebagai  hula-huladongan  tubu atau  boru tergantung pesta adat - perhelatan yang dihadapinya. Posisi  sementara  yang  dimaksud di atas adalah misalnya  seseorang  bisa  menjadi hula-hula dalam satu perhelatan tetapi di acara yang  lain posisinya  bisa  menjadi boru atau  dongan  tubu. Seseorang  menjadi  hula-hula jika  yang  mengadakan perhelatan  adalah  marga  dari  menantu  laki-lakinya.  Dia  akan  menjadi  boru jika yang mengadakan perhelatan adalah marga dari ibunya. Sedangkan  posisinya  akan  jadi  dongan  tubu  jika  yang  mengadakan  perhelatan adalah  saudara  semarga  dengan  dia.  Sehingga  dapat  diartikan,  Batak, sebagaimana dalam adatnya tidak mengenal seseorang dengan strata yang abadi – namun menganggap setiap posisi seseorang sangat dependen terhadap situasi. Lebih jelasnya, ketiga  posisi  dalam  dalihan na  tolu disebut  bukan  abadi  atau  bukan  juga  kasta karena setiap orang Batak pada gilirannya akan  mengalami ketiga posisi tersebut tergantung perhelatan yang dihadapinya dan kepentingannya sebagaimana disebut di atas. Dalam  sebuah  acara  adat,  seorang  dirut  perusahaan  kelas  duniapun  harus  siap bekerja  di  dapur untuk  melayani  keluarga pihak  istri  yang  level posisi hula-hulanya walaupun kebetulan orang tersebut hanya seorang  staf  dalam  perusahaan yang kebetulan dipimpin si dirut tadi.  Itulah  realitas  kehidupan sosial  orang  Batak  yang  sesungguhnya.  Dalihan  na  tolu adalah  falsafah  hidup yang  mengajarkan  demokrasi  dengan  mengedepankan  nilai-nilai  universal  dan sampai  saat ini  masih  satu-satunya fundamen  yang mendasari segala  adat dalam suku Batak. Posisi  seseorang  sifat dan waktunya  sementara  - bukan kasta,  sebab  dalam dalihan na tolu mengajarkan setiap orang memahami posisinya yang sangat temporer dalam setiap  keadaan,  ada saatnya  dituntut untuk  mampu menjadi  pihak  yang dilayani, pihak  yang  melayani  dan  pihak  yang  mendukung  pelayanan  sesuai  dengan posisisinya yang tergantung pada perhelatan yang dihadapinya. SIFAT HUBUNGAN ANTAR ELEMEN Sifat  hubungan  yang diminta dalam  menghadapi ketiga elemen menurut  dalihan na  tolu berpegang  pada  tiga  kaidah  yang  dipakai  tergantung  pada  elemen  yang dihadapinya.  Ketiga  sifat  itu  adalah  berupa  cara  yang  berbeda-beda  yang penggunaannya disesuaikan tergantung siapa yang dihadapi. Jika  caranya  berbeda  beda,  maka  ada  tiga  cara  yang  harus  digunakan:  somba marhula -hula (sifat  menghormati  hula-hula)  dengan  tujuan  mendapat doa restu atas keselamatan  dan  kesejahteraan,  elek  marboru (sifat  mengayomi  boru)  dengan tujuan  khusus  mendapatkan  berkat atas dukungan boru,  dan  manat  mardongan  tubu (sifat  berhati-hati dan menghargai dongan tubu) dengan tujuan menghindari perseteruan dalam sebuah kerjasama. Filosofi untuk  menghadapi  tiga  elemen  dalam  dalihan na tolu ini  relevan  dengan bagaimana  membangun  hubungan  dengan  tiga  elemen  sebagaimana  yang dipesankan dalam ilmu dasar bisnis yang disebut triangle of marketing. Triangle marketing (segitiga yang ditarik melalui tiga titik) : kastamer, karyawan dan manajemen mengajarkan  bagaimana  seharusnya  hubungan  antara perusahaan  dengan  kastamer, hubungan antara perusahaan dengan karyawan dan hubungan karyawan dengan kastamer dijalankan. Triangle marketing menginginkan ketiga hubungan tersebut berdampak positif terhadap pengelolaan perusahaan  yang  dimulai  dari  pengelolaan  hubungan yang baik antar Perusahaan, Kastamer dan Karyawan. Menurut saya sebagai penulis artikel ini, dalam hal ini penulis juga berlatar belakang pendidikan marketing dan sebagai seorang magister dalam marketing strategik, pesan  dalam dalihan na tolu lebih luas dan lebih dalam dari pengajaran  triangle marketing.  Jika  diteliti  lebih  jauh  tentang  pesan  dalihan  na  tolu,  setiap  orang yang  semakin  memahaminya, khususnya orang Batak akan semakin  diperkaya  oleh  adanya ilmu dalihan na  tolu -  sebuah  ilmu  kuno  yang  mungkin  sudah  ada  sebelum  abad  ke-17  dan sangat  layak  dipertimbangkan  untuk  digunakan  dalam  mengelola  perusahaan modern  abad  21  saat  ini. Hal  lain  yang  menarik  adalah  bahwa  dalihan  na  tolu bukan  berbicara  hubungan  searah  tetapi  hubungan  timbal  balik  antar  setiap elemen di dalamnya dengan segala tindakan antisipatif dan reaktif yang timbul dalam setiap kegiatan yang dilakukan bersama. Relevansi dalihan na tolu dalam pengelolaan hubungan perusahaan Hubungan  dengan  hula-hula  dapat  diibaratkan  sebagai  hubungan  perusahan dengan pihak-pihak tertentu baik itu internal maupun eksternal. IMPLEMENTASI ILMU DALIHAN NATOLU DALAM BISNIS Bentuk  implementasi  dalihan  na  tolu dalam  manajemen  modern  saat  ini  sangat relevan dengan cara mempersepsikan satu elemen dalam hubungan bisnis sebagai  sebagai  hula-hula  yaitu  raja,  boru,  atau  dongan  tubu.  Jika  manajemen atau  karyawan  menganggap  kastamer  adalah  hula-hula  (raja),  maka  sifat  yang muncul barang tentu adalah rasa hormat dan melayani dengan setulus hati. Jika  manajemen  menganggap  karyawan  adalah  boru yang  dalam  konteks  adat Batak  bahwa  boru  membantu  menyukseskan  segala  misi  hula-hula,  maka  sifat yang  muncul  dari  manajemen  ke  karyawan  otomatis  adalah  menyayangi, memperhatikan  dan  mengayomi  karyawannya.  Sedangkan  jika  manajemen menganggap  karyawan  atau  karyawan  menganggap  karyawan  lain  sebagai dongan  tubu,  maka  sifat  yang  muncul  adalah  saling  menjaga  perasaan  dan menghargai mitra kerja. (RS; 2007, Milis UkkSU) KONSEKUENSI PELANGGARAN DALIHAN NA TOLU Dalihan  na  tolu bukan  aturan  sekedar  aturan  yang  dibuat  oleh  raja-raja  Batak zaman  dulu tanpa konsep yang jelas dan mendasar. Sampai  sekarang,  nyata  betul  konsekuensi  jika  falsafah tersebut  tidak  dijalankan.  Sebagai  bukti,  jika  seseorang  melakukan  kesalahan karena  tidak  somba kepada  hula-hulanya,  maka wajib  hukumnya  boru meminta maaf  dengan  melakukan  tindakan  konsolidatif  berupa  suatu  acara  khusus. Seseorang (pihak boru) akan menemui hula-hulanya dengan  membawa  makanan  tertentu sebagai lambang yang mempunyai makna khusus dengan cara penyajian khusus sebagai bentuk rasa hormatnya. (Catatan: Dulu menggunakan daging babi yang utuh pada masa Batak masih belum mengenal agama sampai masa homogenitas penganut agama Kristen. Saat ini telah disesuaikan agar tidak bertentangan dengan agama dan keyakinan tertentu). Tidak  berbeda  dengan  hula-hula yang melakukan tindakan konsolidatif menunjukkan  sifat elek (mengayomi) dengan  menyuguhkan dekke (ikan) sebagai lauk untuk disuguhkan bagi boru-nya. Demikian juga dengan seseorang yang mengalami konflik serius karena tidak manat menghadapi dongan tubunya, maka forum dongan tubu yang terdiri  dari saudara semarganya  akan  mendamaikannya,  atau  jika  tidak  maka  tidak  menutup kemungkinan bahwa hubungan persaudaraan tidak akan harmonis sehingga akan mengganggu segala perhelatan yang mungkin dilakukan di kemudian hari. Tindakan  recovery terhadap  atas  perselisihan  baik  antara  hula-hula  dengan boru,  maupun antar dongan tubu tersebut dipastikan akan menyelesaikan segala perkara  yang  pernah  ada  sekaligus  dianggap  bahwa  semua  perselisihan  sudah selesai dan diterima masing-masing pihak dengan status ‘beres‘. Secara adat maka pihak yang telah mendapatkan ‘permintaan maaf’ tadi tidak akan bisa mempersoalkan kesalahan yang telah terjadi sebab secara adat telah dilunasi. Menurut penulis, hal ini adalah ajaran yang luar biasa tentang penyelesaian perselisihan. Adat Batak ini mencerminkan pemahaman bahwa tidak ada masalah atau perselisihan yang tidak bisa diselesaikan. Dengan  menggunakan  falsafah  dalihan  na  tolu  dalam  mengelola  hubungan bisnis  saat ini,  maka  jika  perusahaan  mempunyai  kesalahan  terhadap  hula-hula (kastamernya),  misalnya  pada  saat  perusahaan  tidak  memenuhi  service  level agreement yang  dijanjikannya  maka  dalam  rangka  memperbaiki  hubungan dengan  kastamernya,  sebaiknya  manajemen  atau  karyawan  mengunjungi kastamernya  untuk  meminta  maaf  sekaligus  memberikan  sesuatu  yang  sifatnya kompensatif  agar  terjadi apa yang disebut dengan winning  back  the  customer  heart (memenangkan kembali hati kastamer). Demikian  juga  jika  seorang  karyawan  melakukan  kesalahan  terhadap manajemen,  maka  sepantasnyalah  si  karyawan  meminta  maaf  dan  memberikan hasil pekerjaan yang  lebih  baik  lagi ke  depannya  serta manajemen  membuka diri dengan  menyambut  dan  memberikan  petunjuk  yang  bisa  jadi  acuan  perbaikan kinerja berikutnya bagi karyawannya. Sedangkan  jika  terjadi  konflik  antar  sesama  karyawan,  maka  sepantasnya  ada keterlibatan  karyawan  lain  untuk  mendamaikan  agar  sesama  karyawan  dapat seiring sejalan. IMPLEMENTASI TIGA SIFAT HUBUNGAN DALIHAN NA TOLU DALAM BISNIS Tiga  sifat  hubungan  dalam  dalihan  na  tolu  sebagaimana  yang  telah  berulang- ulang dijelaskan sebelumnya  adalah somba; elek dan manat. Ketiga  kata tersebut ternyata  mempunyai  karakter  yang  sangat  dalam  dan  luas.  Ibarat  istilah teknologi  perangkat  lunak,  maka  ketiga  kata tersebut  ibarat  tiga  file  yang  masih format  zip  dan  sesungguhnya  makna  di  dalamnya  akan  kelihatan jelas dan luas jika  di-ekstrak (diuraikan) satu persatu. Secara  singkat  akan  dibahas  makna  di  setiap  sifat  hubungan  tersebut  dan bagaimana  memanfaatkannya  sebagai  ilmu  dalam  mengelola  suatu  hubungan bisnis. Pertama,  kata ‘somba‘ mengandung  makna  ‘rasa  hormat‘  yang  tinggi  yang didasari  atas  kesadaran  bahwa  seseorang  wajib  dihormati  karena  dia  adalah orang  yang  mempunyai  otoritas  ‘pemberi  restu‘  ;  ‘pemberi  ijin‘  maupun ‘pembuka pintu berkah‘ bagi orang yang menghormatinya. Implementasinya  dalam  hubungan  adat  Batak  adalah  sedemikian  seriusnya seseorang  menghadap  hula-hula  dengan  mempersembahkan  sesuatu  yang terbaik.  Mulai  dari  cara  berbicara  dengan  menggunakan  bahasa  yang  paling sopan (Catatan: Batak mengenal tingkatan bahasa), menyiapkan tempat duduk yang lebih terhormat saat duduk bersama, dan memohon restu secara khusus atas segala sesuatu yang direncanakan. Rasa  hormat  yang  dimaksud  juga  sangat  terlihat  bagaimana  orang  Batak  selalu mengusahakan  kunjungan ke hula-hulanya pada momen istimewa seperti halnya tahun baru atau hari keagamaan. Bahkan  pada  saat  seorang  orang  Batak  sudah  mencapai  kesejahteraan  dan kehormatan  tertinggi  sekalipun  (telah  menikahkan  semua  anak-anaknya),  dia akan  meminta  pengesahan  adat  berupa  hak  mendapat  ulos  dengan  derajat tertinggi  dari  hula-hulanya.    Namun  untuk  memperoleh  ulos  tersebut,  maka wajib  hukumnya  membuat  suatu  acara  untuk  menunjukkan  rasa  hormatnya dengan  menjamu  dan  menghadiahi  sebagian  dari  kesejahteraan (hartanya) kepada  hula-hulanya.  Jika  acara  itu  belum  dilaksanakan  sampai  akhir  hayat seseorang,  maka  keturunannya  dianggap  mempunyai  hutang  dan  keturunannya akan melaksanakannya untuk orangtuanya. Bentuk  implementasi  somba  tersebut  sangat baik  digunakan dalam  menghadapi kastamer.  Sebuah  perusahaan  perlu  merumuskan  bagaimana  melakukan komunikasi  yang  menempatkan  kastamer  dalam  posisi  yang  lebih  tinggi; bagaimana  membuat  customer  room  yang  nyaman;  meminta  dukungan  dan restu  kastamer  atas  suatu  program  perusahaan;  merumuskan  bentuk penghargaan ke kastamer dan bahkan mengalokasikan sebagian dari keuntungan untuk  bisa  dinikmati  oleh  kastamer.  Sedangkan  pengesahan  kesuksesan seharusnya datang dari kastamer, bukan atas pengakuan perusahaan tersebut. Kedua,  kata ‘elek‘ mengandung  makna  persuasif  dalam  memimpin  atau mengarahkan  seseorang  untuk  ikut  membantu  mensukseskan  misi  suatu  pihak dalam  adat  Batak.  Karena  pada  prinsipnya  seorang  orang  Batak  menyadari sepenuhnya  bahwa  dia  membutuhkan  bantuan  dari  pihak  lain  (dalam  hal  ini boru) secara khusus, terutama saat pelaksanaan suatu kegiatan. Sebagai  contoh  dalam  menghadapi  hula-hulanya,  seseorang  akan  mengajak, membujuk,  mengayomi  borunya  agar  membantu  mempersiapkan  segala sesuatunya  agar  pada  saat  menghadap  hula-hula  maka  segala-sesuatunya berjalan  lancar  dan  tidak  mengecewakan  bahkan  harus  membuat  hati  hula-hulanya senang. Bentuk implementasi elek tersebut dalam manajemen  perusahaan adalah dengan ditunjukkannya  cara-cara  pengelolaan sumber daya  manusia  sebagai  capital  dan bukan  sekedar  aset  perusahaan.  Mulai  dari  memberikan  pengayoman  dalam melaksanakan  berbagai  hal,  mendukung  kreativitas  positif  yang  muncul  sampai menunjukkan penghargaan atas prestasi yang telah ditunjukkannya. Selain itu  termaktub  juga bahwa manajemen yang lebih condong dilakukan tidak sekedar memberi komando tetapi dititik beratkan kepada peran pemimpin dalam mengajak  karyawannya  memberi  hasil  terbaik.  Perlakuan  itu  akan  membuat karyawan merasa memiliki tanggung jawab memberikan pelayanan yang prima. Ketiga, kata ‘manat‘ mengandung makna berhati-hati dalam  melangkah,  hal itu terutama  dialamatkan  kepada  orang-orang  terdekat  (saudara)  kita.  Dalihan  na tolu mengisaratkan bahwa kekurang hati-hatian bisa mengakibatkan  perseteruan sehingga hubungan persaudaraan bisa hancur dan berantakan. Implementasi kata  manat  dapat  dilihat  bagaimana kelompok  orang  Batak selalu membuat  urun  rembug  lebih  dulu  dengan  semua  saudara-saudaranya  untuk mendapat kata sepakat dalam merencanakan sesuatu yang menyangkut adat. Sedangkan  bentuk  implementasi  manat  tersebut  dalam  manajemen  perusahaan adalah  bagaimana  menunjukkan  sikap  menghargai  sesama  karyawan  maupun sesama  manajemen.  Sikap  saling  menghargai  satu  unit  dengan  unit  lain  dalam suatu  proses  internal  sangat diharapkan  untuk mendapatkan  soliditas  kerja  saat ini.  Tentunya  setiap  unit  dimaksud  menyadari  sepenuhnya  apa  yang  menjadi tanggung jawabnya. Dapat  dibayangkan  bagaimana  mudahnya  melaksanakan  suatu  program perusahaan  jika  masing-masing  unit  internal  dalam  suatu  perusahaan memberikan kontribusi sesuai dengan tanggung jawabnya sejak dari awal. SIMPULAN Dalihan  na  tolu adalah  falsafah  hidup  orang  Batak  yang  sangat  relevan diterapkan  dalam  hubungan  bermasyarakat  bahkan  di  zaman  sekarang  ini. Dalihan  na  tolu  mengajarkan  sifat-sifat  hormat,  pengayoman  dan  saling menghargai antar beberapa elemen dalam suatu hubungan sosial. Ketiga  sifat  hubungan  dalam  dalihan  na  tolu dimaksudkan  bersama-sama memperoleh  kehormatan,  kesejahteraan dukungan dan  berkat  serta  menghindari  perseteruan. Pesan-pesan  berupa  makna  yang  terkandung  dalam  dalihan  na  tolu tersebut dapat ditiru  untuk  dikonversikan dalam mengelola  hubungan  perusahaan  zaman modern  terutama  hubungan  perusahaan  dengan  kastamer,  hubungan manajemen dengan karyawan maupun hubungan kerja antar karyawan.

 

________ *Lintong Paluhutan Simaremare, S.T.(Tel), M.M.(Mark) adalah karyawan BUMN, pengusaha dan penulis beberapa buku best seller 'bread for friends', 'pieces of keys at work',  'bread for reflection', 'bread for venus'.

Videolink: http://www.youtube.com/lintongsimaremare

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun