Mohon tunggu...
Alexander Timbul Sibarani
Alexander Timbul Sibarani Mohon Tunggu... Guru - Guru Pengabdi

Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian berkembangnya teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Banjir, Bencana Alam, dan Percepatan Regenerasi/Peremajaan Alam akibat Tangan Manusia

2 Februari 2021   22:45 Diperbarui: 2 Februari 2021   23:16 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di awal Tahun 2021 Indonesia diterpa berbagai musibah, dimulai tanggal 9 Januari 2021, jatuhnya pesawat Sriwijaya Air Sj 182 penerbangan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta menuju menuju Bandara Internasional Supadio, Pontianak Kalimantan Barat dengan korban jiwa puluhan orang. Disusul di antara tanggal 12-18 Januari 2021 Banjir dan longsor di Kalimantan Selatan, tanggal 14 Januari 2021 Gempa Bumi di Mamuju Sulawesi Barat dan Tanggal 16 Januari 2021 Banjir di Sulawesi Utara.

Di antara tanggal 12-18 Januari 2021 Kalimantan Selatan mengalami musibah Banjir dan longsor. Curah hujan yang tinggi dan lebat dimulai dari tanggal 12 Januari sampai 14 Januari dini hari mengakibatkan 7 Kabupaten/kota di Kalimantan Selatan terendam banjir di antaranya Kota Banjar Baru, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tapin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan dan Kabupaten Tabalong.

Kabupaten yang terparah dari banjir di Kalimantan Selatan adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan ibukota Barabai. Dimana sampai melumpuhkan kecamatan Barabai sebagai pusat pemerintahan dan pusat perekonomian. Di Kecamatan Barabai Sendiri ketinggian air mencapai 2 Meter. Selain Kecamatan Barabai, Kecamatan Hantakan dan Kecamatan Barabai juga mengalami kerusakan terparah. Ada beberapa desa yang mengalami longsor sampai mengakibatkan terisolir karena jalan yang menghubungkan terputus total.

Banjir di tahun ini juga mengakibatkan longsor. Berbeda dengan banjir di tahun-tahun sebelumnya di luar prediksi. Biasanya kalau di Kecamatan Hantakan mengalami Banjir, perjalanan air bisa sampai 6 jam ke Kecamatan Barabai. Tapi tidak ditahun ini, perjalanan air sangat singkat hanya sekitar 4 jam sudah mencapai Kecamatan Barabai. Dan tidak disangka-sangka di kecamatan Barabai daerah yang tidak pernah mengalami banjir ikut merasakan banjir juga di tahun ini.

Dari 13 Kecamatan yang ada di Hulu Sungai Tengah 9 Kecamatan mengalami banjir.

Kecamatan Barabai lumpuh total sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian. Pelayanan publik terganggu dan bahkan di tutup sementara. Dan pada tanggal 15 Januari sampai dengan 27 Januari di Kalimantan Selatan oleh Gubernur ditetapkan sebagai tanggal darurat banjir. Yang artinya apa, kegiatan di fokuskan untuk penanganan banjir seperti evakuasi, penyaluran bantuan dan pembersihan gedung-gedung pemerintahan dan swasta, pasar dan sekolah-sekolah.

Tidak terkecuali SMA Negeri 1 Barabai mengalami banjir dan juga di jadikan pengungsian masyarakat lingkungan dekat sekolah untuk menyelamatkan diri dari banjir.

Di SMA Negeri 1 Barabai sendiri mengakibatkan fasilitas sekolah kerusakan bisa di katakan di atas 80 persen untuk Meja, Kursi dan Alat Elektronik dan buku Pelajaran mencapai 100 persen yang ada di lantai 1. Untuk lantai 2 fasilitas sekolah tidak terkena banjir. Dan di Kalimantan Selatan sendiri mulai tanggal 15 Januari 2021 sampai tanggal 27 Januari 2021 diberlakukan Tanggap Darurat Banjir. Dimana kegiatan tersebut mengakibatkan pelayanan publik terganggu atau ditutup dan di fokuskan untuk proses evakuasi dan penanganan banjir.

Dari bencana Banjir di Kalimantan Selatan ini bisa dilihat bahwa daerah-daerah yang terkena banjir, banyak hutan yang hilang akibat pembalakan liar ataupun pembalakan oleh pengusaha HPH, dan tambang-tambang yang tidak memperhatikan alam yang hancur. Dampak dari hilangnya hutan ini adalah tanah tidak mampu lagi menahan diri karena pohon-pohon yang akarnya menahan tanah dari gerusan air hujan.

Kalau dilihat sebenarnya alam tanpa kita sadari bisa meremajakan/meregenerasi dirinya sendiri. Ada bencana alam lima tahunan, lima puluh tahunan ataupun ratusan tahun. Dan yang paling sering terjadi saat ini adalah justru bencana alam terjadi tahunan.

Percepatan peremajaan/regenerasi diri sendiri oleh alam ini justru dibantu oleh tangan-tangan jahil manusia itu sendiri. Akibatnya adalah terjadinya pemanasan global, Karena hutan-hutan gundul di sebagian dunia. 

Dan perkembangan teknologi dalam pembangunan juga efek domino yang kita rasakan. Pembangunan gedung-gedung pencakar langit di seluruh dunia dilakukan dengan cara menggali sampai ke perut bumi untuk mendapatkan titik keras penahan gedung. Pengeboran tambang minyak yang mencapai ratusan meter perut bumi dan lain sebagainya.

Belajar dari semua itu kita hanya bisa berharap bahwa kita dapat merawat bumi ini walaupun teknologi semakin maju. Karena memang secara kodratnya bumi bisa meremajakan/regenerasi dirinya sendiri.

Kesombongan manusia atas pencapaian kemajuan teknologi menyebabkan Sang pencipta murka seakan menyuruh alam secara cepat meremajakan/meregenerasi dirinya.

Pengusaha tidak lagi memikirkan untuk memperbaiki alam yang rusak, hanya memikirkan keuntungan perusahaan dan keuntungan pribadi.

Menambang dan merambah hutan yang menghancurkan paru-paru dunia yang berada di Pulau Kalimantan. Yang menderita adalah warga Kalimantan sendiri.

Semoga bencana dapat menyadarkan kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun