Mohon tunggu...
Angga Bratadharma
Angga Bratadharma Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca dan Penulis More Info visit my blog : Bratadharma.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal "Konten Apa Ini" di Era Banjir Informasi

23 Januari 2016   16:16 Diperbarui: 2 Oktober 2016   11:07 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang yang namanya kesalahan bisa saja terjadi. Tetapi, informasi yang cepat memiliki dampak signifikan bagi seseorang dalam mengambil sebuah keputusan. Misalnya, media A memberitakan sebuah spekulasi dan memberi dampak terhadap jatuhnya harga saham yang bersangkutan di pasar modal. Hal semacam ini yang perlu diperhatikan sekali.

Karena itu, penyaring dari masing-masing redaksi baik di media seperti radio, televisi, surat kabar, atau media online menjadi penting keberadaanya. Disitulah layak atau tidak layaknya sebuah berita diputuskan untuk disebarluaskan kepada masyarakat, walau tidak ditampik ada agenda setting dari masing-masing perusahaan media atas kepentingan pemilik dan lain sebagainya.

Pada sisi lain, sekarang ini, mau tidak mau media online dihadapkan pada sengitnya persaingan 'pemberitaan' atau informasi yang beredar di sosial media. Hal ini yang membuat masyarakat kebanjiran informasi. Sebab, dengan perkembangan teknologi informasi, setiap orang yang memiliki smartphone bisa menjadi seorang 'reporter' atau biasa disebut citizen journalism.

Untuk diketahui, menyebarluaskan sebuah informasi yang memang memiliki nilai berita tidak sekadar menyebarkan saja. Secara dasar, media massa harus mampu mengedukasi, memberikan informasi yang benar, dan menghibur. Artinya, ada proses redaksi yang memang orientasinya harus ada keberpihakan kepada membangun masyarakat yang lebih baik lagi.

Akan tetapi, perkembangan sosial media dan media online ini telah mengubah cara pandang dan prilaku masyarakat Indonesia. Apalagi, perkembangan media online ini didukung oleh para masyarakat pencipta atau para ilmuwan yang menciptakan berbagai macam teknologi sehingga sekarang ini segala informasi yang ingin dicari bisa didapatkan dengan mudah hanya menggunakan smartphone yang sudah tersambung internet.

Namun, disinilah menjadi letak pro dan kontra. Sebab, merujuk pada diskusi para ahli komunikasi, media online menjadi sebuah kajian keilmuan yang masih diperdebatkan yakni apakah masuk ke dalam lingkup komunikasi massa ataukah menjadi ilmu tersendiri yang tentunya harus membangun kembali teori-teori yang mendukungnya.

Apabila dasarnya belum disepakati, maka sulit menentukan arah karena ada kebingungan untuk berangkat dari teori atau asumsi apa, apakah berangkat dari komunikasi massa ataukah dari kajian ilmu media massa. Hal ini yang membuat masyarakat kita dan mereka yang ada dibidangnya sulit melihat pakem-pakem mengenai berita di media online termasuk menyebarluaskan suatu berita atau informasi menggunakan sosial media.

Sebab, ada semacam gagal paham dari sebagian masyarakat kita dalam menggunakan informasi tersebut. Sebagian masyarakat ini terlalu lama diterpa oleh informasi yang terkadang tidak ditelaah atau dikritisi secara mendalam apakah baik untuk disebarkan atau dihentikan ketika mendapatkan informasi itu. Hal ini yang sering luput dari masyarakat kita.

Media memiliki peranan yang begitu hebat ketika bersanding dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan, tidak ada orang yang bisa hidup tanpa berkomunikasi, baik secara langsung maupun tidak langsung atau menggunakan media. Bahkan, hampir seluruh masyarakat pasti membutuhkan sebuah informasi.

Ambil contoh kasus ledakan yang terjadi di kawasan Thamrin, dekat Sarinah, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu. Saat itu, ketika ledakan terjadi dan jatuh sejumlah korban jiwa, banyak dari masyarakat kita justru mengabadikan dengan handphone dan menyebarluaskan tanpa bertanggung jawab. Kasus semacam itu tampaknya sudah menjadi hal yang terus berulang-ulang.

Kemudahan dari yang disediakan teknologi informasi memang mau tidak mau membuat masyarakat kita bisa menjadi seorang 'reporter'. Tapi, yang terlupakan itu adalah tidak adanya penyaringan dari redaksi 'reporter' sehingga penyebarluasan informasi atau gambar menjadi sedikit berbahaya karena tidak menjalankan fungsi dan tugasnya sebagai seorang reporter sebenarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun