[caption caption="Caption: www.anneahira.com"][/caption]
Bekasi, AnggaBratadharma (23/1/2016) - Ilmu Komunikasi memiliki peranan penting dalam menjabarkan secara detil bagaimana menyampaikan pesan, yang nantinya diharapkan ada kesamaan makna antara komunikator dengan komunikan. Proses pembuatan pesan ini beragam dan tentunya dengan ragam tujuan atau kepentingan dari terjadinya sebuah komunikasi.
Secara umum, ada beberapa jenis komunikasi bila merujuk dari Ilmu Komunikasi yakni komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa, dan lain sebagainya. Pada tiap jenisnya, ada sejumlah teori yang dibangun untuk memberikan arah agar komunikasi yang dilakukan sesuai dengan kegunaan dan kapasitanya.
Bisa dikatakan, keilmuan jurnalistik merupakan turunan dari Ilmu Komunikasi. Sebab, jurnalistik identik dengan penggunaan media dalam menyalurkan isi pesannya sehingga masuk ke ranah komunikasi massa. Biasanya yang menggunakannya adalah media massa dan ditujukan kepada masyarakat.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (Rakhmat, seperti yang dikutip dari Komala, dalam karnilh, dkk. 1999), yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa.
Berbicara media massa maka sekarang ini bentuk dari media massa telah mengalami perubahan cukup signifikan. Apabila dulu hanya sekadar radio, televisi, dan surat kabar maka sekarang ini muncul media baru atau new media. Media baru ini biasanya dikenal dengan sebutan media online.
Bahkan, perkembangan teknologi informasi yang begitu hebat telah memunculkan bentuk dan jenis dari pemberitaan media massa. Apabila dahulu mementingkan sifat pemberitaanya tidak terlalu cepat sehingga ada waktu untuk pewarta melakukan cek dan ricek terhadap suatu pemberitaan, maka sekarang yang dikedepankan adalah kecepatan.
Namun, benarkah kecepatan menjadi hal mutlak yang perlu dimiliki oleh media online di Indonesia. Lalu pertanyaanya, apakah sudah dilakukan cek dan ricek, sudahkah melakukan keakuratan dalam membuat berita, sudahkah memikirkan dampak positif terhadap peristiwa yang diberitakan, dan lain sebagainya.
Tidak ditampik sekarang ini media online sering menuai kontroversi karena terkadang isi beritanya tidak mementingkan keakuratan dan sekadar meneruskan 'ludah' narasumber atau hanya menjadi pelapor dari sebuah peristiwa yang tengah terjadi seperti kebakaran, ada terorisme, dan semacamnya, tanpa melakukan kritik membangun atau analisa pemberitaan dari suatu peristiwa.
Tidak jarang, media online justru memberitakan sebuah hal yang tidak penting. Berita yang terkadang narasumbernya dipertanyakan keabsahannya, malah kadang peristiwa yang diberitakan tanpa disertakan narasumber. Padahal, narasumber menjadi indikator penting dalam sebuah berita karena sifatnya memperkuat berita.
Namun, dengan perkembangan jaman sekarang ini, kecepatan akan memberikan informasi yang memuat berita memang menjadi hal utama yang dibutuhkan oleh para pembaca. Disinilah tantangan para pewarta media online dan perusahaan media massa yang bergerak di media online menjawab dengan solusi berkualitas dan menekan terjadinya gagal paham.