Tujuan dari kehidupan manusia di dunia ini adalah kebahagiaan. Seperti apa kebahagiaan yang diinginkan itu tergantung pada pribadi masing-masing dalam mendefinisikannya. Dalam ilmu filsafat misalnya, dikenal ada 3 istilah kebahagiaan. Yang pertama adalah Hedonisme atau dalam bahasa Yunani disebut "hedone" yang berarti kesenangan. Artinya kebahagiaan itu hanya berupa kenikmatan materi atau kesenangan dan jauh dari penderitaan.Â
Yang kedua adalah Eudaimonia yang berarti kebahagiaan itu lebih berfokus pada cara hidup yang lebih baik , lebih bermakna dan berguna untuk orang lain. Yang ketiga adalah Epicureanisme yang berarti sensasi, gambaran atau perasaan. Prinsip kebahagiaan Epicureanisme bersumber pada pemenuhan batin  dan materi. Namun, tetap mengutamakan pemenuhan batin atau rohani lebih penting dari pemenuhan materi.
Dari ketiganya saya sangat tertarik dengan prinsip Eudaimonia karena lebih menekankan bagaimana kebahagiaan dicapai dengan menjadi berguna bagi orang lain. Sesuatu yang menurut saya semakin jarang ditemui di jaman sekarang. Menurut Aristoteles, seorang filsuf Yunani  mengatakan bahwa kebahagiaan yang merupakan tujuan akhir manusia hanya dapat dicapai melalui hubungan antar manusia yang diwujudkan melalui tindakan nyata.Â
Menebar energi kebaikan bagi sesama manusia melalui suatu tindakan nyata untuk kepentingan bersama merupakan kebahagaian yang didambakan dalam prinsip ini. Dan kebahagiaan ini tidak kosong atau hilang setelah sumber kebahagiaan itu sudah tak terlihat mata atau tak terasa oleh indera perasa karena kebahagiaan Eudaimonia adalah kebahagiaan yang hakiki.
Mungkin banyak orang atau tokoh yang bisa kita jadikan inspirasi karena apa yang telah di lakukan sangat berguna, bermakna dan berarti bagi orang lain.Â
Contoh misalnya Nelson Mandela yang menghentikan rezim apartheid  dan meletakkan dasar demokrasi yang baru bagi Afrika Selatan, atau  dari Indonesia misalnya  ada  Saur Marlina Manurung atau lebih akrab disapa Butet Manurung, seorang wanita inspiratif yang memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya untuk memberikan pendidikan bagi masyarakat Rimba atau suku Anak Dalam di Jambi melalui Sokola Rimba.Â
Tujuannya adalah agar mereka mampu untuk menyelamatkan atau melindungi diri ketika berhadapan dalam situasi perebutan lahan, penebangan hutan liar, hutan adat, dan menghadapi pihak luar yang ingin memanfaatkan ketidakberdayaan suku anak dalam demi keuntungan pribadi. Tokoh-tokoh ini tentu mengisnpirasi banyak orang untuk mau berbagi kasih, kebaikan kepada sesama.
Tanpa kita sadari, selain tokoh-tokoh diatas, lingkungan sekitar juga bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk menebar energi kebaikan bagi sesama. Saya justru mendapatkan inspirasi dan bisa merasakan dampaknya secara langsung dari lingkungan tempat saya bekerja yaitu  dari salah satu marketing saya.Â
Kebetulan pada masa itu saya adalah kepala marketing di salah satu perusahaan swasta dan bertindak sebagai atasannya. Marketing ini adalah anak yatim dan berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Tujuannya bekerja adalah untuk membantu perekonomian keluarga dan membiayai kuliahnya sendiri.Â
Sesuatu yang tidak bisa saya lakukan pada masa kuliah karena masih dibiayai orangtua. Berkat ketekunan, kegigihan, dan kerja kerasnya, ia bisa menjadi salah satu marketing terbaik perusahaan dan banyak mendapatkan penghargaan dan reward dari kantor. Ada satu momen, ketika ia mendapatkan reward dari kantor sebesar 1,5 juta namun hadiahnya harus berbentuk barang.Â
Saya yang bertindak sebagai atasan langsung ikut menemaninya membeli barang sesuai nominal yang sudah ditetapkan. Kita pergi ke salah satu toko mas dan membeli cincin sebagai hadiah yang diinginkannya. Saya berpikir bahwa cincin itu akan dibeli untuk dirinya sendiri.Â
Setelah bertanya, saya tertegun karena cincin emas itu akan didedikasikan kepada Ibunya sendiri. Selama saya bekerja dan memiliki penghasilan yang lebih, saya justru belum pernah melakukan sesuatu seperti yang dia lakukan. Tanpa disadari, dia (marketing) sudah menebar energi kebaikan tidak hanya kepada keluarganya tapi kepada saya sendiri.Â
Dia mungkin tidak pernah menyadari bahwa apa yang dia perbuat sangat bermakna dan berarti bagi saya. Ini menjadi titik awal perubahan dalam diri saya.
Banyak pelajaran yang bisa saya ambil dari kisah diatas. Yang pertama, mengajarkan kita bagaimana caranya berjuang untuk keluarga demi kebahagiaan bersama. Yang kedua, mengajarkan saya bahwa tiap perbuatan baik yang kita lakukan secara sadar atau tidak sadar sangat bermakna bagi orang lain.Â
Yang ketiga, Dari kisah ini, saya belajar bahwa setiap orang di sekitar kita , bisa menjadi inspirasi untuk menebar kebaikan kepada sesama. Tokoh-tokoh besar, Guru, Orangtua, sahabat, rekan kerja ataupun bawahan kita di kantor bisa menjadi sumber inspirasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H