Ditengah adanya pandemi global Covid-19 yang telah masuk ke wilayah Republik Indonesia pada awal Maret 2020 , pemerintah sudah mengeluarkan berbagai kebijakan publik untuk menekan angka penyebaran virus. Salah satu kebijakan tersebut adalah Social Distancing, yaitu pembatasan fisik dengan menjaga jarak antara satu orang dengan yang lainnya dan menghindari berkumpul bersama dalam suatu acara.
Banyak kalangan yang bisa mengambil hikmah dari adanya pembatasan fisik ini, salah satunya adalah di dalam dunia pendidikan yang mulai memperkenalkan sistem pembelajaran jarak jauh atau daring antara guru dan murid. Bagi kalangan penyair mereka punya cara sendiri untuk memaknai pembatasan fisik yang sedang terjadi saat ini, diantaranya adalah KH Mustofa Bisri.Â
KH Mustofa bisri adalah seorang penyair sekaligus pengasuh pondok pesantren Raudlatul Thalibin, Leteh, Rembang dan menjadi Rais Syuriah PBNU. Ditengah pandemi yang menyebabkan diberlakukannya Social Distancing atau pembatasan fisik, beliau menciptakan sebuah puisi untuk memaknai kondisi saat ini yang berjudul Talbiyah dalam Kesendirian. Berikut adalah beberapa bait puisinya beserta penjelasan.Â
"Tuhan
 Engkau sepikan tempat-tempat kesibukan kami
 Engkau sunyikan tempat kami membanggakan
 Jumlah kelompok kami, Bahkan Engkau senyapkan
 Rumah-rumahMu, yang selama ini kami ramaikan
 Hanya untuk memuja diri-diri kami, mengingatMuÂ
 Pun demi kepentingan kami sendiri"
Puisi diatas menggambarkan rintihan doa seorang hamba kepada Tuhannya tentang keadaan yang sedang menimpa umat manusia saat ini. Tempat-tempat yang biasanya dijadikan rutinitas sehari-hari entah untuk mencari rezeki ataupun tempat mencari ilmu tiba-tiba harus rela ditinggalkan sementara waktu dan menjadi sepi tak berpenghuni. Bahkan tempat yang digunakan untuk menyembah Tuhanpun tidak seramai biasanya, para jamaah yang pada waktu sebelum pandemi sering merapatkan shaf sholat sekarang harus rela merenggangkan barisan demi mencegah menularnya covid-19.
KH Mustofa Bisri dalam puisinya juga menyampaikan sebuah pesan lewat doanya kepada Tuhan bahwa selama ini umat beragama belum benar-benar tulus dan benar dalam menyembah sang pencipta. Dijelaskan bahwa di bait puisi tersebut sesungguhnya umat islam masih saja membanggakan kelompoknya, mereka cenderung berbesar hati dan nyali ketika berada dalam suatu kelompok yang besar jumlahnya. Hal ini tentu berpengaruh terhadap kualitas ibadah mereka, ketika dalam masalah ini mereka lebih mementingkan kuantitas atau jumlah dibanding dengan kualitas ibadah.
Kemudian dalam bait selanjutnya, mengandung pesan bahwa pengarang puisi tersebut yaitu KH Mustofa Bisri percaya jika segala peristiwa yang sedang melanda dunia saat ini tidak lepas dari kehendak Tuhan. Bait puisi yang berbunyi " Bahwa Engkau senyapkan rumah-rumahmu yang selama ini kami ramaikan hanya untuk memuja diri-diri kami" menunjukkan ada campur tangan kekuasaan Tuhan yang terjadi pada alam semesta. Puisi itu juga mengandung kritikan terhadap orang-orang yang beribadah hanya untuk memuja-muja dirinya sendiri.
Makna dari memuja-muja dirinya sendiri adalah ketika seseorang sudah merasa paling benar dan banyak ketika melakukan ibadah namun malah terjerumus kedalam sifat sombong yang kemudian meremehkan orang lain. Ibadah yang hakikatnya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan pada akhirnya malah menjauhkan si pelaku yang sudah dijangkiti rasa sombong tersebut semakin jauh dari tujuannya, yakni taqorrub kepada Tuhan. Di tengah pandemi covid-19 yang melanda seluruh umat manusia saat ini, ada baiknya bisa digunakan sebagai bahan intropeksi diri untuk menata niat dalam beribadah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI