Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Biarkan Google Tidak Bayar Pajak, Ambil Pelajaran Darinya

20 September 2016   13:18 Diperbarui: 20 September 2016   13:31 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sergey dan Brin Saat Pengembangan Google (pic: astrumpeople.com)

Bagaimana dengan pajak google?

Sebagaimana aturan dalam setiap negara di dunia, setiap perusahaan yang memperoleh pendapatan di suatu negara maka diwajibkan untuk membayar pajak. Google yang telah menjual slot iklan kepada kliennya di hampir semua negara termasuk di Indonesia, diwajibkan membayar pajak atas pendapatan mereka. Namun banyak negara yang merasa kesulitan menagih pajak pada Google. Google pun sepertinya tidak mengindahkan tagihan petugas pajak dari masing-masing negara, termasuk Indonesia. Google seakan tidak takut dengan desakan berbagai negara untuk membayar pajak.

Dari sisi tawar menawar, google memiliki daya tawar yang sangat tinggi dibandingkan dengan pemerintah. Dengan daya tawar itu maka google berani malawan desakan pemerintah untuk tidak membayar pajak. Seperti yang dijelaskan di atas, di Indonesia sendiri google seperti komoditas bahan pokok nasi. Menganggu Google berarti mengganggu penyediaan bahan pokok masyarakat. Masyarakat bisa marah.

Pemerintah memiliki tiga pilihan terhadap google, yaitu membiarkannya, menuntutnya, atau memblokirnya. Membiarkan google berarti google dibebaskan bermain di Indonesia tanpa perlu membayar pajak. Menuntutnya berarti google dibawa ke peradilan internasional dan jika pemerintah menang maka pengadilan bisa mendesak google untuk segera melunasi pajak nya atau kalau tidak mau juga membayar maka pengadilan bisa membangkrutkan google. Membangkrutkan google berarti melenyapkan layanan google pada masyarakat dunia sehingga pengadilan akan berhadapan dengan masyarakat dunia. Pilihan ketiga yaitu memblokir google, dimana pemerintah dengan otoritas yang dimilikinya maka bisa menutup akses terhadap google. Jika diblokir maka yang dihadapi pemerintah Indonesia bukan google tapi masyarakat Indonesia. Dilema dihadapi pemerintah.

Daya tawar sangat tinggi yang dimiliki google itu membuat pemerintah tidak berkutik, dan terus mencari akal bagaimana agar google mau membayar pajaknya namun layanan mereka tetap ada, sehingga pemerintah senang, masyarakat pun senang. Oleh karena itu, apa yang mesti dilakukan?

Untuk membuat google bertekuk lutut maka daya tawar google harus dilemahkan. Google bisa lemah jika trafik mereka tidak tinggi lagi di Indonesia. Trafik tidak tinggi dalam konteks ini kalau bisa bukan disebabkan oleh sabotase teknis terhadap akses google alias diberlakukan semiblokir terhadap google misal membuat akses terhadap google menjadi lambat, dll, namun disebabkan karena dari kesadaran masyarakat Indonesia sendiri untuk tidak lagi bergantung pada aplikasi google. Harus ada aplikasi sejenis seperti google yang mampu menjadi pesaing google, seperti yang terjadi di China, dimana mereka memiliki aplikasi lokal Baidu, sebuah mesin pencari yang mirip google. Apakah developer Indonesia mampu membuat aplikasi setara dengan Google?

Selain itu, apakah ada aset google yang bisa dipegang pemerintah Indonesia? Seperti di beberapa negara, google bertekuk lutut karena ada aset mereka di negara tersebut. Seperti di Singapura, mereka memiliki data center di sana, seperti di inggris, google memiliki data center di satu wilayah penguasaan inggris raya yaitu di Dublin, Irlandia. Untuk mau mendirikan data center tentunya harus mempertimbangkan faktor-faktor tertentu sebagai pertimbangan mereka. Apakah Indonesia sudah memiliki faktor-faktor tersebut?

Kalaupun sudah tidak ada jalan lain, opsi membiarkan google barangkali bisa diambil. Kalau dilihat dari segi fiskal memang rasanya tidak adil. Namun jika dilihat dari kontribusi google untuk Indonesia rasanya kalau di uang kan kontribusi google terhadap masyarakat Indonesia nilainya jauh di atas pajak yang mesti dibayarkan oleh google pada Pemerintah. Kontribusi itu bisa dilihat dari bagaimana google membantu pertumbuhan bisnis di Indonesia, bagaimana google membantu masyarakat Indonesia menjadi lebih pintar karena akses informasi yang diberikannya, bagaimana google membantu memperkenalkan Indonesia pada dunia internasional sehingga mampu meningkatkan kunjungan pariwisata di Indonesia, dan mash banyak lagi kontribusi google pada Indonesia dan itu didapatkan secara gratis alias tidak bayar. Oleh karena itu, biarkan saja google beroperasi dan anggap saja kontribusi google itu adalah "pajak" google pada pemerintah Indonesia.

Pelajaran dari Google pada pemerintah

Melihat permasalahan yang dihadapi pemerintah terkait pajak terhadap OTT asing (aplikasi asing), maka sebaiknya mulai sekarang diperlakukan pencegatan dari awal terhadap OTT asing yang akan membuka pasarnya di Indonesia.Sebelum OTT asing itu berkembang dan menghipnotis masyarakat Indonesia, pemerintah sebaiknya mencegat mereka dulu untuk mendesak agar memenuhi syarat sehingga bisa ditagih pajaknya. Jika OTT asing itu sudah mampu menghipnotis masyarakat Indonesia secara masif bahkan menjadikannya seperti komoditas nasi, maka pemerintah akan kembali berada di dalam lubang yang sama, kembali menghadapi dilema seperti apa yang terjadi pada google sekarang.

Selama masyarakat belum masif terhipnotis maka disitulah daya tawar pemerintah masih tinggi untuk menekan OTT asing, karena pastinya OTT asing itu mengincar pasar indonesia yang besar ini. Namun jika dibiarkan masuk tanpa dicegat dulu, maka lama kelamaan daya tawar pemerintah bisa anjlok karena masyrakat sudah terhipnotis secara masif, sehingga yang dihadapi pemerintah bukan lagi OTT asing itu, tapi masyarakat Indonesia sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun