Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pokemon Go: Dilema, Paranoid dan Kekanakan

22 Juli 2016   16:59 Diperbarui: 22 Juli 2016   17:09 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memburu Pokemon di Objek Vital (sumber:detik.com)

Apa kamu seorang pokemon master/trainer? Yuk berburu pokemon di Museum Nasional. Menambah wawasan dg cara fun! ^^,” -sumber-

Wakil Presiden Pak Jusuf Kalla pun menangkap aspek positif dari game tersebut.

"Tapi ada bagusnya juga, kalau selama ini anak-anak itu sibuk dengan gadget-nya di kamar, maka sekarang di alam terbuka jadi lebih sehat. Maka konsekuensinya adalah Pemerintah harus menyiapkan banyak taman, -JK, sumber- "

Menteri pendidikan dan Kebudayaan, Pak Anies Baswedan pun angkat bicara mengenai aspek positif dari Pokemon Go.

Anies memuji karakter permainan ini yang membuat pemainnya harus bergerak dan berjalan alih-alih pasif.

"Permainan itu bisa diarahkan misanya mencarinya di Taman Mini, museum, galeri, di tempat-tempat yang jadi kesempatan belajar. Jadi justru ini bisa diarahkan mencari ke tempat positif,"

 -sumber-

Gubernur Jakarta, ikut angkat bicara dari maraknya Pokemon Go

Permainan ini bisa menyemarakkan taman-taman di Jakarta. Kawasan kantor gubernur, yakni Balai Kota Jakarta, dipersilakannya untuk jadi arena bermain Pokemon Go. "Dia bisa taruh banyak posisi di taman-taman, sebetulnya kunjungan taman juga baik. Kalau enggak, Balai Kota juga boleh kita taruh," -sumber-

Sisi Negatif Pokemon Go

Dari beberapa sudut pandang positif dari hadirnya Pokemon Go, juga terdapat sisi negatif, diantaranya adalah kecanduan. Keluhan tersebut dialami oleh para orang tua dimana anaknya lupa makan, lupa belajar, lupa sholat, berkelana meninggalkan rumah, dll. Isu ini rasanya sudah dirasakan sejak lama, bahkan sejak game digital belum muncul. Begitulah risiko dari permainan baik digital maupun permainan tradisional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun