Mohon tunggu...
Angra Bramagara
Angra Bramagara Mohon Tunggu... Administrasi - Orang Biasa

Orang biasa yang sedang belajar menulis, dan belajar menggali ide, ungkapkan pemikiran dalam tulisan | twitter: @angrab

Selanjutnya

Tutup

Money featured Pilihan

BUT Facebook, Google, Twitter: Hidup Kembali ke Zaman Klasik?

28 Februari 2016   22:34 Diperbarui: 12 April 2016   18:04 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika melihat China, Pemerintah China pernah memberlakukan pemblokiran terhadap platform digital asing. Oleh karena itulah perusahaan platform digital di China seperti Alibaba, Baidu, dkk. bisa tumbuh pesat hingga saat ini. Banyak yang menduga bahwa Alibaba, Baidu, dkk. bisa berkembang karena masyrakat China terpaksa menggunakan platform-platform lokal tersebut akibat pemblokiran pemerintah terhadap platform asing, beruntungnya China memiliki penduduk 1.3 miliar orang, baik yang berada di dalam negeri sendiri maupun menyebar di banyak negara.

Bayangkan saja, sekian ratus juta saja yang berkomunikasi dengan menggunakan aplikasi pltaform digital lokalan China dengan sekian banyak perusahaan asal China yang mulai menguasai ekonomi dunia membeli iklan di platform tersebut, dengan jumlah yang sedemkian besarnya tentu saja pertumbuhan platform lokalan China mampu tumbuh dengan pesat bahkan mampu bersaing dengan platform digital asing seperti Amazon, Facebook, Google, dkk.. 

Tercatat pengguna internet di China sekitar 200 jutaan pada tahun 2007 dan 600 jutaan tahun 2015, mencatatkan China sebagai negara nomor satu pengguna internet di dunia saat ini. Perlu dicatat, jumlah itu baru di dalam negeri saja, kira-kira berapa penduduk China di perantauan yang menggunakan internet serta aplikasi platform lokalan China? Bayangkan jika semua mereka menggunakan platform digital lokal China untuk berkomunikasi dengan saudara sebangsanya di China. Jadi tak heran membuat trafik pada platform digital asal China itu semakin ramai.

Bandingkan dengan pengguna internet di negeri asal platform digital asing seperti USA hanya sekitar 227 juta pada tahun 2007 dan 279 juta pada tahun 2014, mencatatkan USA sebagai negara pengguna internet terbanyak kedua di dunia, masih sangat jauh jumlahnya dengan China. Jika ditambah dengan pengguna internet di Indonesia yang tercatat sebagai negara ke-12 pengguna internet di dunia dengan jumlah 13 jutaan pada tahun 2007 dan 42 jutaan pada tahun 2014 masih belum mampu menjangkau China.

Bisa saja Indonesia seperti China di mana komunitas industri digital benar-benar dikuasai oleh anak negeri dengan dukungan puluhan juta netizen. Namun, itu perlu waktu yang tidak sebentar, karena harus melalui semacam "pemberontakan" dari para netizen di mana harus memaksa netizen berpindah dari platform yang sudah advanced serta nyaman menggunakannya kepada platform yang  baru beginner.

Masyarakat yang sudah tergantung betul dengan dunia digital, maka mau tidak mau mereka harus menggunakan platform lokalan itu walaupun tidak sesempurna platform asing. Namun, jika platform lokalan itu ingin mengalahkan Facebook, apalagi Google, apalagi Baidu atau Alibaba rasanya masih sangat jauh karena pengguna platform lokalan saat ini hanya netizen indonesia yang jumlahnya masih puluhan juta, kecuali kualitas platform lokal mampu menjangkau netizen asing dengan memberikan kualitas yang menyamai platform digital asing yang sudah mendunia itu, bisakah?  

Selain memaksa masyarakat menggunakan platform digital bahkan konten digital lokal, pemerintah pun harus mendukung penuh developer lokal untuk terus berkarya, seperti izin usaha, regulasi, modal, dan tak kalah penting adalah mudah memperoleh software legal baik yang berbayar maupun yang open source. Pemerintah diharapkan mensubsidi sofware legal berbayar agar developer lokal bersemangat mengembangkan aplikasi dari segala macam platform agar mampu bersaing untuk masuk ke wadah global.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun