Banyak pihak yang pesimis, dimana spertinya hanya hujan lah yang mampu memadamkannya. Penulis berharap bahwa pemerintah bukanlah bagian dari konspirasi pembakaran lahan tersebut demi mengejar ekonomi negara di masa depan. Penulis masih yakin bahwa pemerintah sudah kerahkan kemampuan maksimal yang dimiliki. Kalau segala upaya telah dilakukan manusia, namun ternyata tidak memperlihatkan hasil yang signifikan untuk memadamkan api dan asap yang sudah seluas itu, apa boleh buat, manusia punya kemampuan terbatas, yang maha mampu hanya Tuhan Yang Kuasa. Namun manusia tidak boleh putus asa, terus lah berusaha dan berdoa memohon ridoNya dan memohon bantuanNya.   Â
Untuk meyakinkan kita semua, penulis berharap pemerintah bertindak nyata membuktikan kepada kita semua bahwa pemerintah bukan merupakan bagian dari konspirasi pembakaran lahan tersebut. Salah satunya caranya adalah tolong dicabut pucuk sawit yang telah ditanam di area bekas lahan terbakar itu. Jangan izinkan dan biarkan satu pucuk sawit pun ditanam di sana. Pemerintah harus kembalikan lahan tersebut menjadi gambut dan hutan seperti sediakala.
Jika pemerintah ternyata membiarkan sawit tumbuh di sana walaupun nantinya lahan tersebut diambil alih oleh Pemerintah, jangan salahkan masyarakat kalau meyakini bahwa pemerintah adalah bagian dari pembakaran dan pihak yang melakukan pembiaran lahan tersebut terbakar. Dan aksi pemadaman yang diperlihatkan selama ini hanya bohong belaka, hanya sandiwara belaka.
Jangan sampai nanti masyrakat beranggapan bahwa Pemerintah menggunakan tangan orang lain, dalam hal ini adalah perusahaan sawit, untuk mengambil keuntungan walaupun dengan cara membuat masyarakat menderita. Dimana, nanti perusahan sawit tersebut dibekukan dan lahannya disita oleh negara, namun pemerintah lah yang kemudian menanam sawitnya melalui BUMN di lahan bekas terbakar tersebut.
Â
Cabut pucuk sawit yang ditanam di area pembakaran lahan itu!!!!,
Jangan Biarkan hati masyarakat bertambah sakit melihat prilaku pemerintah. Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H