Mohon tunggu...
Brama Dipo
Brama Dipo Mohon Tunggu... -

Penyuka kata: membaca, menulis dan membuat lirik lagu.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lipatan Pantat

19 November 2013   12:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

8 Agustus 2010 pukul 15:53

Nafas,

Seperti butiran padi dalam kuali.
Perlahan habis,

ya mati.


Iblis,

Adalah adalah sawahnya..
Dan kita berdiri di daratan neraka.
Terdampar dalam negeri kuali,
Bersembunyi pada kulit dan topeng dunia,

Atas nama dosa.
Lalu berbangga,

Seakan menghuni surga.
Sementara nyawa tinggal sepantat saja.

Nafas,

Seperti butiran keringat di lipatan pantat.
Bau dan pengap.
Iblis,

Adalah lubangnya,
Dan kita berada pada celah antaranya.
Terdampar di rambut ataukah bulu,

Sama saja.
Bersembunyi pada bibir dan belahan kulit,

Atas nama pantat.
Lalu berbangga,

Seakan menghuni kepala.
Sementara nyawa tinggal sebutir padi saja.
ya,

sebaiknya Mati-lah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun