Mohon tunggu...
I Made Bram Sarjana
I Made Bram Sarjana Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Kebijakan

Peminat pengetahuan dan berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mempertemukan Kearifan Lokal dan Hasil Riset untuk Konservasi dan Pemanfaatan Air Berkelanjutan

20 Juni 2024   15:50 Diperbarui: 21 Juni 2024   14:34 614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Air selalu menjadi bagian dari ritual penyucian bagi umat Hindu di Bali. Nampak pancoran pada Pura Beji dekat Pura Gading Wani, Tabanan (dok.pribadi)

Setiap pohon yang ditebang harus disertai pula dengan penanaman kembali. Prinsip yang diyakini para leluhur masyarakat Bali adalah pentingnya menjaga keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian, agar tatanan kehidupan dapat berjalan dengan baik (Geria et al., 2023).

Telaga di Pura Luhur Batukaru, Tabanan memiliki fungsi ekologis dan spiritual (dok.pribadi)
Telaga di Pura Luhur Batukaru, Tabanan memiliki fungsi ekologis dan spiritual (dok.pribadi)

Pada era masyarakat modern, keseimbangan ini yang nampaknya tidak mampu terjaga dengan baik, sehingga menimbulkan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Suhu bumi yang bertambah panas, sumur-sumur air yang mengering, sawah maupun kebun yang tidak dapat dialiri air secara konstan, gagal panen akibat kekeringan, udara yang terpolusi, semakin mahalnya air bersih dan air layak minum, hingga penyebaran penyakit akibat rendahnya sanitasi mengindikasikan telah terganggunya mata rantai yang menjaga keseimbangan ini. Keberlanjutan sumberdaya air di Bali merupakan salah satu masalah nyata yang amat serius (Tarigan, 2016).

Fenomena ini telah terjadi di Bali bagian Selatan. Berdasarkan hasil penelitian Program Bali Water Protection 2018 kerja sama antara Yayasan IDEP Selaras Alam dan Politeknik Negeri Bali terungkap bahwa di beberapa wilayah di Bali, khususnya di bagian selatan, muka air tanah mengalami penurunan hingga lebih dari 50 meter dalam waktu kurang dari 10 tahun. Penelitian tersebut menyebutkan "banyak sumur mulai mengalami kekeringan. Jika tidak, maka isinya sudah tercemar. Ketika muka air tanah semakin menurun dan menyebabkan rongga di lapisan akuifer, intrusi air laut ke akuifer menjadi sulit dihindari. Akibatnya, kualitas air tanah tidak lagi sehat untuk dikonsumsi. Jika demikian, maka itu adalah salah satu situasi ekologis yang butuh waktu sangat lama untuk diperbaiki"[4].

Kondisi yang mengkhawatirkan dari berbagai hasil penelitian ini juga terkonfirmasi dalam Dokumen Status Daya Dukung Air Pulau Bali tahun 2021 yang diterbitkan Pusat Pengendalian Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara (P3E Bali Nusra), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia. 

Laporan hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa Kabupaten Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar mengalami defisit air ditinjau dari ekosistem alami. Pada wilayah Kabupaten Badung dan Gianyar, defisit air disebabkan akibat tingginya kebutuhan domestik dan pertanian lahan basah di saat yang bersamaan. Kondisi tersebut terungkap pada Tabel Status Air Kabupaten di Provinsi Bali Berdasarkan Ekosistem Alami di bawah ini.

P3E Bali Nusra, 2021
P3E Bali Nusra, 2021

Terkait daerah dengan status air surplus seperti yang terdapat pada tabel di atas, laporan tersebut menyebutkan bahwa surplus air dalam konteks jasa lingkungan atau ekosistem alami ini tidak boleh dimaknai bahwa masyarakat pada wilayah -- wilayah ini tidak kekurangan sumber daya air (Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Bali dan Nusa Tenggara, 2021).

Lebih lanjut laporan tersebut juga mengungkap bahwa berdasarkan hasil analisis, tidak ada satupun wilayah kabupaten/kota di Provinsi Bali memiliki status air "berkelanjutan". Kondisi ini bermakna bahwa dari sudut pandang penyediaan air secara alami, sumber air yang ada di Provinsi Bali sangat beresiko untuk dieksplorasi secara masif. 

Laporan tersebut juga menyajikan status keberlanjutan cadangan air di Bali secara spasial dengan menggunakan kode-kode warna. Warna merah pada menunjukan daerah dengan status Cadangan Air Tidak Berkelanjutan dan warna kuning menunjukkan daerah dengan status Telah Melampaui, seperti dapat dilihat pada gambar Peta Status Keberlanjutan Cadangan Air Pulau Bali, sebagai berikut.

P3E Bali Nusra, 2021
P3E Bali Nusra, 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun