Branding merupakan suatu hal yang amat penting dalam pemasaran pariwisata. Branding berfungsi membangun imajinasi dan citra suatu destinasi, sehingga dalam benak wisatawan dapat tertanam suatu ketertarikan dan rasa penasaran untuk datang dan datang kembali ke suatu destinasi pariwisata.
Berbagai studi menunjukkan bahwa membangun branding yang tepat dan benar menjadi prasyarat dalam mensukseskan komunikasi pemasaran dalam bisnis (Matuszyska et.al, 2021).
Kabupaten Badung sebagai salah satu destinasi wisata di Bali juga telah menyadari demikian pentingnya branding sebagai instrumen menghadapi kompetisi antar destinasi yang amat ketat. Kabupaten Badung tidak hanya bersaing dengan sesama destinasi pariwisata lainnya di Indonesia, namun juga destinasi pariwisata di luar negeri.
Kompetisi antar destinasi yang amat ketat tersebut perlu dihadapi dengan berbagai instrumen pemasaran, agar terbangun diferensiasi, bahwa Badung merupakan bagian dari Bali yang memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri.
Berdasarkan informasi Dinas Pariwisata Kabupaten Badung, sejak tahun 2018 Kabupaten Badung telah menggunakan branding "Badung the Soul of Bali", yang dilengkapi pula dengan logonya. Setelah memasuki tahun keenam, upaya memperkuat citra Kabupaten Badung dipandang perlu dilakukan melalui perubahan logo pariwisata, dengan tetap menggunakan branding "Badung the Soul of Bali".
Agar terbangun keselarasan dan kesesuaian antara logo dan branding, dalam pandangan penulis makna branding inilah yang perlu dieksplorasi secara dalam sehingga selanjutnya menjadi referensi dalam mendesain logo promosi pariwisata Badung yang baru.
Kejelasan landasaan filosofi yang menuntun proses kreatif mendesain logo menjadi amat krusial, karena logo yang menarik dan berterima di kalangan wisatawan, akan berperan besar dalam mendukung pemasaran destinasi. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Hem & Iversen (2012) bahwa tujuan utama logo adalah untuk meningkatkan kesadaran mengenai destinasi dan membangun citra yang menguntungkan bagi destinasi.
Oleh sebab itu pertanyaan mendasar yang perlu dijawab terlebih dahulu adalah apakah yang dimaksud dengan the Soul of Bali, apa yang menjadi "jiwa"-nya Bali? Tentu saja jawaban atas pertanyaan ini tidak terbatas, karena setiap orang dapat memaknai jiwanya Bali dari berbagai sudut pandang yang maha luas.
Dari sudut pandang penulis yang masih amat terbatas ini, the Soul of Bali dapat dimaknai sebagai suatu entitas yang dibangun oleh tiga jiwa yaitu:
Jiwa 1: Jiwa Manusia Bali yang secara alamiah telah terbentuk sebagai mahluk sosial, hidup dalam sistem kekerabatan, serta telah terbiasa bersentuhan dengan berbagai budaya. Jejak peradaban lain telah ditemukan dalam sejarah Manusia Bali dan turut memperkaya khasanah peradaban Manusia Bali.
Oleh karena itu manusia Bali berkarakter lentur namun kuat bagai pohon bambu yang juga merupakan salah satu flora endemik di Bali. Walau bersahabat dan harmonis, Manusia Bali berani dan siap berjuang hingga penghabisan (puputan) apabila menghadapi ancaman.
Jiwa 2: Jiwa Agama Hindu yang menjadi fondasi dan membentuk tatanan kehidupan manusia Bali dari masa lalu hingga masa kini, sehingga manusia Bali memiliki cara pandang dan gaya hidup yang religious namun toleran.
Kehidupan sehari-hari masyarakat Bali tidak terlepas dari nuansa seni dan budaya yang berpadu dengan nilai-nilai ajaran agama Hindu. Agama dan budaya saling mendukung, membaur dan terkait, tanpa garis pemisah. Agama Hindu dan Budaya Bali yang melahirkan berbagai kearifan lokal telah menjadi sumber inspirasi dan penggerak ekonomi, dalam wujud ekonomi kreatif berbasis budaya Hindu di Bali.
Jiwa 3: Jiwa Alam Bali yang terjaga dan memiliki vibrasi spritiual/taksu karena peran Manusia Bali dan sistem kepercayaan yang dianutnya.
Alam Bali dihormati pada oleh Manusia Bali pada dimensi alam material (Sekala) maupun dimensi alam spiritual (Niskala). Penghormatan dan kedekatan pada alam, terbangun karena sistem kepercayaan Manusia Bali bahwa Alam merupakan penyedia sumber daya kehidupan.
Oleh karena itu manusia Bali yang sejati selalu berupaya menjaga dan hidup harmonis dengan Alam, sehingga sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan.
Ketiga jiwa ini yaitu jiwa Manusia Bali, Jiwa Agama Hindu dan Jiwa Alam Bali tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya sehingga menjadi sumber kebahagiaan sejati sebagaimana terjabarkan dalam filosofi Tri Hita Karana. Koeksistensi antara tradisionalitas dan modernitas ini membuat Bali unik, relevan dan mampu menjalani perubahan jaman dengan harmonis.
Badung "The Soul of Bali" dengan demikian dapat bermakna bahwa Badung adalah percikan jiwa keindahan Bali. Badung merupakan destinasi pariwisata tempat berlabuh bagi wisatawan yang mencari kedamaian hidup, energi kehidupan dan keharmonisan. Dengan berwisata ke Kabupaten Badung, wisatawan dapat merasakan percikan jiwa keindahan Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H