Jiwa 2: Jiwa Agama Hindu yang menjadi fondasi dan membentuk tatanan kehidupan manusia Bali dari masa lalu hingga masa kini, sehingga manusia Bali memiliki cara pandang dan gaya hidup yang religious namun toleran.
Kehidupan sehari-hari masyarakat Bali tidak terlepas dari nuansa seni dan budaya yang berpadu dengan nilai-nilai ajaran agama Hindu. Agama dan budaya saling mendukung, membaur dan terkait, tanpa garis pemisah. Agama Hindu dan Budaya Bali yang melahirkan berbagai kearifan lokal telah menjadi sumber inspirasi dan penggerak ekonomi, dalam wujud ekonomi kreatif berbasis budaya Hindu di Bali.
Jiwa 3: Jiwa Alam Bali yang terjaga dan memiliki vibrasi spritiual/taksu karena peran Manusia Bali dan sistem kepercayaan yang dianutnya.
Alam Bali dihormati pada oleh Manusia Bali pada dimensi alam material (Sekala) maupun dimensi alam spiritual (Niskala). Penghormatan dan kedekatan pada alam, terbangun karena sistem kepercayaan Manusia Bali bahwa Alam merupakan penyedia sumber daya kehidupan.
Oleh karena itu manusia Bali yang sejati selalu berupaya menjaga dan hidup harmonis dengan Alam, sehingga sejalan dengan konsep pariwisata berkelanjutan.
Ketiga jiwa ini yaitu jiwa Manusia Bali, Jiwa Agama Hindu dan Jiwa Alam Bali tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya sehingga menjadi sumber kebahagiaan sejati sebagaimana terjabarkan dalam filosofi Tri Hita Karana. Koeksistensi antara tradisionalitas dan modernitas ini membuat Bali unik, relevan dan mampu menjalani perubahan jaman dengan harmonis.
Badung "The Soul of Bali" dengan demikian dapat bermakna bahwa Badung adalah percikan jiwa keindahan Bali. Badung merupakan destinasi pariwisata tempat berlabuh bagi wisatawan yang mencari kedamaian hidup, energi kehidupan dan keharmonisan. Dengan berwisata ke Kabupaten Badung, wisatawan dapat merasakan percikan jiwa keindahan Bali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H