95 yang lalu, para pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 secara gagah berani mengikrarkan diri sebagai satu kesatuan entitas yang senasib dan seperjuangan. Mereka mengikrarkan diri dalam satu identitas bersama yaitu Putra-Putra Indonesia. Ikrar para pemuda dalam Sumpah Pemuda, mendeklarasikan diri sebagai Putra-Putri Indonesia yang berbangsa satu, bertumpah darah satu dan berbahasa satu, yaitu "Indonesia".
Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 menunjukkan visi dan cita-cita besar para pemuda dari berbagai pelosok Nusantara tentang berdirinya sebuah negara-bangsa yang bernama "Indonesia". Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, namun telah diinisiasi setidaknya oleh dua momentum yang mendahuluinya.
Momentum pertama terjadi pada 20 tahun sebelumnya, ketika berdiri organisasi pergerakan pemuda yang bercorak nasionalis, yaitu Budi Utomo pada 20 Mei 1908. Pendirian organisasi Budi Utomo oleh para pemuda terpelajar menunjukkan adanya kesadaran bersama untuk bangkit dan bersatu dari belenggu penjajah Belanda.
Para pemuda telah muak dengan praktek kolonialisme yang membuatnya menjadi bangsa kelas dua di tanah airnya sendiri. Walau organisasi ini tidak mendeklarasikan dirinya sebagai suatu pergerakan politik, namun wawasan nilai-nilai kesadaran tentang kebangsaan telah tercermin dari organisasi ini.
18 tahun kemudian, terjadi momentum kedua, yaitu Kongres Pemuda I pada 30 April - 2 Mei 1926. Kongres ini berupaya mengkonsolidasikan persatuan gerakan pemuda untuk mewujudkan cita-cita Indonesia merdeka.
Berbagai pemikiran yang telah semakin mengkristal dan terkonsolidasi itulah yang kemudian mendasari semangat pemuda untuk kembali bertemu pada Kongres Pemuda II dua tahun kemudian pada 27-28 Oktober 1928. Impian dan cita-cita para Pemuda dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 tentang berdirinya negara-bangsa yang bernama "Indonesia" akhirnya baru terwujud menjadi kenyataan 17 tahun kemudian, yaitu pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945.
Beberapa hal dapat direnungkan untuk ditarik pelajarannya dari perjalanan panjang sejarah berdirinya Republik Indonesia, yang melalui sebuah momentum bernama Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 itu.
Pertama, jelas bahwa gerakan besar ini dibangun dan digerakkan oleh para pemuda. Mereka berasal dari berbagai latar belakang suku, agama, ras dan golongan, namun memiliki satu kesadaran bahwa mereka adalah satu. Berbeda-beda namun tetap satu. Jiwa dan nilai-nilai bhinneka tunggal Ika sudah muncul di sanubari pemuda.
Kedua, para pemuda tersebut tentunya merupakan golongan terpelajar. Para pemuda tersebut bersekolah pada sekolah-sekolah yang didirikan penjajah Belanda, namun tidak membuat para pemuda mengalami disorientasi budaya. Pendidikan yang mereka peroleh dari Belanda tentang demokrasi, keadilan, hak asasi manusia, peradaban justru membangkitkan kemampuan kritis dan reflektif para pemuda.
Ajaran tentang Hak asasi manusia maupun ajaran demokrasi dari mana yang membenarkan adanya praktek kolonialisme seperti yang dilakukan Belanda di bumi Nusantara selama ratusan tahun? Praktek imperialisme dan kolonialisme justru menunjukkan kepicikan dan kemunafikan sebuah bangsa yang merasa diri lebih beradab daripada bangsa lain.
Ketiga, perguliran ide dan perjuangan sejak momentum Budi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928 hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945 digerakkan oleh dua generasi pemuda yang mengemban satu cita-cita yang sama, yaitu Indonesia Merdeka, berdaulat dan bermartabat terbebas dari penindasaan penjajah Belanda.
Perguliran proses panjang tersebut tentunya tidak berjalan sederhana dan mudah. Pemuda terpelajar adalah golongan yang kritis sehingga dalam proses-proses tersebut pastilah terjadi pergulatan pemikiran dan ide tentang bagaimana sebenarnya tatanan baru yang ingin dibentuk dengan nama "Indonesia" itu.
Apakah tatanan baru yang bernama Indonesia itu akan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa nasional, apakah menggunakan agama tertentu sebagai dasar/landasan bernegara? Apakah pemerintahan baru ketika terbentuk kelak hanya diduduki kalangan bangsawan? Bagaimana kedudukan kerajaan-kerajaan yang telah ada lebih dahulu ketika telah berdiri Indonesia merdeka? Bagaimana halnya dengan kedudukan perempuan? Perlukah kedudukan perempuan setara dengan laki-laki? Bagaimana sistem pemerintahan yang tepat? Negara federal atau kesatuan? Bagaimana dengan sistem pemerintahan? Sistem presidensial ataukah parlementer?
Beberapa hal tersebut tentunya merupakan tantangan berat yang tidak mudah untuk dipecahkan. Pastilah terjadi perdebatan sengit, adu argumentasi, silang pendapat.
Namun sejarah telah menunjukkan bahwa proses-proses tersebut menghasilkan hasil yang demikian gemilang dan monumental, yaitu Sumpah Pemuda.
Mencermati demikian besarnya permasalahan dan tantangan yang dihadapi Bangsa Indonesia dewasa ini, amat tepat apabila kita belajar dan memahami kembali sejarah Sumpah Pemuda yang menjadi salah satu fondasi berdirinya negara-bangsa Indonesia.
Meningkatnya suhu politik dengan hiruk-pikuknya menjelang pemilu tahun 2024 seharusnya tidak menjadi permasalahan atau momok bagi Indonesia. Dinamika politik yang akan terjadi seharusnya mendorong Indonesia menjadi semakin maju, matang dan dewasa, jangan justru menjadi mundur dan kekanakan-kanakan dalam berpolitik. Pemuda kini menjadi incaran politisi karena populasinya yang demikian besar sebagai pemberi suara pada pemilu 2024.
Apabila setiap pemuda telah paham tentang sejarah, belajar dari sejarah dan menjadikannya landasan untuk menjaga marwah Indonesia, maka pemuda akan turut menentukan. Pemuda tidak akan sekadar menjadi penyumbang suara. Pemuda akan aktif berpolitik kebangsaan, bukan politik sektarian.
Cita-cita besar berikutnya yang kini sering digaungkan, yaitu Indonesia Emas 2045, bisa dicapai bila pemuda belajar dari tonggak-tonggak sejarah sebelumnya.Â
Diperlukan adanya konsolidasi perjuangan, dialektika pemikiran dan semangat yang sama di kalangan pemuda. Berkaca dari Sumpah Pemuda 1928 yang secara fenomenal mampu mempersatukan pemuda Indonesia yang amat beragam, maka cita-cita besar Indonesia Emas 2045 jelas merupakan cita-cita yang penuh tantangan.
Walau demikian, cita-cita yang besar dan penuh tantangan juga bukan sesuatu yang mustahil untuk diraih.Â
Mari para pemuda Indonesia, belajar dari semangat Sumpah Pemuda 1928 untuk meraih cita-cita besar berikutnya, Indonesia Emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H