Mohon tunggu...
I Made Bram Sarjana
I Made Bram Sarjana Mohon Tunggu... Administrasi - Analis Kebijakan

Peminat pengetahuan dan berbagi pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Revitalisasi Perpustakaan untuk Mewujudkan Kota Cerdas

11 Juli 2023   15:06 Diperbarui: 11 Juli 2023   19:15 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cambridge Public Library (koleksi pribadi) 

Sebagian kalangan masih memandang perpustakaan hanya sebagai bangunan sepi tidak berpenghuni yang berisi tumpukan buku-buku usang, kosong, sunyi, gelap dan berdebu. 

Kesan tersebut mungkin saja muncul karena memang demikianlah kondisi sebagian perpustakaan yang ada di tanah air. Akibatnya perpustakaan dijauhi, tidak digemari dan selalu sepi.

Masih kurangnya pemahaman dan apresiasi sebagian kalangan terhadap perpustakaan membuat eksistensi perpustakaan juga turut dipandang sebelah mata. Perpustakaan dipandang tidak keren, kurang penting, sehingga tidak dikelola dengan profesional bahkan tidak mendapatkan alokasi anggaran yang memadai. Kondisi ini bertolak belakang dengan resto atau coffee shop yang belakangan ini menjadi tempat favorit pilihan generasi muda untuk nongkrong atau juga mengerjakan tugas-tugasnya, tentunya dengan ditemani secangkir kopi.

Di negara-negara maju, keberadaan perpustakaan publik justru menjadi salah satu ciri kemajuan peradaban, menunjukkan betapa kota tersebut telah merefleksikan nuansa sebagai kota cerdas. Perpustakaan dibangun dan dikelola dengan baik, sehingga menjadi kiblat bagi publik untuk mencari dan menggali pengetahuan. 

Perpustakaan menjadi tempat yang nyaman dan menarik untuk dikunjungi serta dapat diakses oleh berbagai kalangan masyarakat, dari berbagai usia. Perpustakaan publik tersebut misalnya Maastricht City Library [1] di Provinsi Limburg, Belanda dan Cambridge Public Library di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.[2] Indonesia juga telah memiliki perpustakaan yang megah, yaitu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia di Jakarta.[3]

Fungsi perpustakaan pada dasarnya amat strategis dalam mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Esensi tersebut terungkap dalam Undang-undang Nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan yang mendefinisikan perpustakaan sebagai institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

Dari aspek penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, perpustakaan tergolong sebagai Urusan Pemerintahan Wajib yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar, sebagaimana diatur dalam pasal 12 ayat 2, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan demikian setiap Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan urusan perpustakaan sebagai urusan wajib pemerintah daerah. 

Penyelenggaraan urusan Pemerintahan di berbagai bidang tentunya membutuhkan strategi yang baik agar dapat memberikan layanan yang terbaik kepada publik. Revitalisasi khususnya diperlukan, ketika suatu urusan telah dipetakan sebagai urusan yang penting namun dalam prakteknya belum optimal, seperti yang terjadi pada sebagian perpustakaan publik di tanah air. 

Berbagai strategi diperlukan agar pelayanan yang dilaksanakan sejalan dengan kemajuan era digital dan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menuntut kemudahan, kecepatan, efisiensi dan keterbukaan. Pembaruan strategi juga bertujuan untuk memperbaiki performa, pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap perpustakaan.

Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk merevitalisasi peran perpustakaan. Langkah mendasar yang perlu dilakukan adalah menelaah kembali karakteristik sasaran layanan perpustakaan sebagai landasan dalam memperbaiki kualitas pelayanan. 

Sasaran utama dari pelayanan perpustakaan tentunya adalah generasi muda usia sekolah, yang saat ini amat menggemari dan familiar dengan media sosial dan perangkat teknologi, serta menyukai suasana yang nyaman untuk berkumpul dengan sesamanya. 

Saat ini bahkan menjadi semacam gaya hidup, anak-anak muda berkumpul di coffee shop yang menyediakan fasilitas internet gratis untuk sekadar bertemu ataupun mengerjakan tugas. 

Menyikapi kondisi/perkembangan tersebut maka tentunya perpustakaan pun harus mentransformasi dirinya agar memiliki daya magnet, menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi oleh generasi muda. 

Daya tarik pada segmen ini tentu selanjutnya diharapkan dapat turut pula menarik segmen pelanggan lainnya agar tertarik dan merasa perlu berkunjung ke perpustakaan.

Strategi pertama yang perlu dilakukan adalah memutakhirkan koleksi bahan pustaka agar sesuai dengan kebutuhan pelanggan, berupa buku pengetahuan umum, buku fiksi, majalah dan lain sebagainya. Dengan koleksi bahan pustaka yang mutakhir tentunya pengguna akan tertarik untuk datang dan memanfaatkan koleksi yang ada.

Selanjutnya strategi kedua adalah mendiversifikasi ragam koleksi bahan pustaka menjadi multimedia, tidak hanya berupa barang cetakan berupa buku, melainkan juga koleksi pustaka dalam format video, audio dan elektronik. Seiring dengan keragaman pelanggan perpustakaan, maka koleksi bahan pustaka yang disediakan juga tersedia dalam basis elektronik seperti buku elektronik (e-book) dan jurnal elektronik (e-journal). Hal ini untuk menjawab tren saat ini, yaitu generasi muda yang menggemari beragam media untuk mengakses informasi dan mempelajari hal-hal baru.

Strategi ketiga adalah menyediakan fasilitas yang nyaman seperti ruang baca individu, ruang baca kelompok, ruang belajar kelompok sehingga pelanggan dapat melaksanakan kegiatan yang semakin beragam baik membaca,mengakses informasi di internet, belajar mandiri, belajar berkelompok, termasuk ruang baca anak yang seluruhnya didukung perangkat teknologi multimedia dan jaringan internet. Fasilitas pendukung lainnya adalah seperti fasilitas cafetaria, sehingga pengunjung yang sedang memanfaatkan fasilitas perpustakaan tidak mengalami kesulitan untuk mencari kudapan/makanan saat sedang asyik belajar/membaca di perpustakaan.

Berikutnya strategi keempat adalah melakukan diversifikasi kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan. Perpustakaan tidak semata hanya menjadi tempat membaca koleksi pustaka, namun juga dapat menjadi tempat melaksanakan diskusi, bedah buku, bedah film, lokakarya, seminar, pameran dan sebagainya yang dapat dikaitkan dengan aspek literasi di berbagai bidang.

Strategi kelima adalah semakin mendekatkan perpustakaan dengan pelanggan, sehingga pelanggan yang tidak berkesempatan datang langsung masih dapat menikmati koleksi perpustakaan. 

Oleh sebab itu perlu dikembangkan sistem perpustakaan elektronik (e-library), dengan dukungan katalog elektronik, sehingga pencarian koleksi menjadi lebih mudah dan sebagian koleksi yang memang telah tersedia dalam format elektronik juga dapat diakses secara online misalnya berupa e-book dan e-journal. 

Strategi tersebut juga ditunjang dengan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM) perpustakaan. Melalui strategi revitalisasi tersebut diharapkan secara bertahap perpustakaan akan bertransformasi, sehingga tidak lagi dipandang sebagai "gudang" melainkan sebagai pusat informasi dan referensi, sebagai working space yang nyaman, canggih dan menyenangkan untuk seluruh lapisan masyarakat.

Revitalisasi perpustakaan amat diperlukan untuk mendukung terwujudnya Kota Cerdas sebagai kota yang dihuni oleh Masyarakat Cerdas (Smart City and Smart Society). Kota ini ditandai oleh kehidupan masyarakat yang berbasis pada pengetahuan, kreatif dan inovatif berlandaskan pada minat baca dan budaya literasi yang tinggi. Kondisi ini tentunya tidak dapat terwujud dengan sendirinya, sehingga membutuhkan dukungan kebijakan dan program yang mendukung antara lain berupa penyediaan fasilitas yang memadai dan berkualitas ditunjang dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) secara berkelanjutan. 

Dukungan dan komitmen kuat diperlukan mengingat revitalisasi perpustakaan berorientasi pada perubahan gaya hidup dan pola pikir masyarakat, dari budaya scrolling gawai atau up date status menjadi budaya membaca, berdiskusi dan berkarya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun