Tokoh oposisi, Ratna Sarumpaet, dikabarkan menjadi korban pemukulan sejumlah orang. Informasi ini telah beredar luas di jejaring media sosial.
Dalam sebuah foto yang beredar di media sosial terlihat perempuan dengan wajah yang bengkak, kedua mata menutup, dan lebam di sekujur muka. Begitu juga bagian mulut. Â Wajah itu mirip dengan Ratna Sarumpaet.
Hingga saat ini, kabar itu masih simpang siur. Kebenaran mengenai kejadian tersebut, berikut dengan kronologi pemukulannya masih belum jelas. Namun, tudingan dan fitnah kepada pemerintah telah disebarkan oleh para pendukung oposisi.
Di media sosial, mereka beramai-ramai menyebut pemerintah sebagai biang kerok pemukulan tersebut. Bahkan, Ketua DPP PKS, sekaligus deklarator gerakan #2019GantiPresiden, Mardani Ali Sera, menilai aksi penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet itu merupakan sebuah upaya pembungkaman dari pemerintah.
Hal ini tentu saja tuduhan yang gegabah. Tudingan tanpa dasar sekaligus fitnah yang keji. Sebab, sejauh ini kasus itu sendiri masih belum jelas. Oleh karenanya, belum bisa disebutkan bahwa pemerintah sebagai otak pemukulan.
Hingga kini pihak polisi masih dalam pengumpulan informasi terkait adanya pemukulan Ratna Sarumpaet. Kebenaran kasus itu masih dalam penyelidikan, jadi bila ada pihak yang mengaitkan kejadian tersebut dengan pemerintah, maka itu merupakan modus untuk mendiskreditkan pemerintah.
Isu pemukulan Ratna Sarumpaet ini telah berkembang liar di media sosial, yang turut dibesarkan oleh pemberitaan media online, baik yang mainstream maupun abal-abal. Meskipun fakta dan kebenarannya masih sumir, namun itu diframming seolah-olah sudah pasti pelakunya adalah orang suruhan pemerintah.
Hal ini tentu merupakan kejahatan propaganda. Pihak oposisi memanfaatkan kesimpangsiuran ini untuk menyerang pemerintahan presiden Jokowi, apalagi berada dalam momen tahun politik.
Kasus pemukulan yang dialami Ratna Sarumpaet itu sendiri memiliki banyak versi di media sosial. Baik dari kubu SBY maupun Prabowo terdapat perbedaan soal waktu kejadian. Anehnya, kedua kubu tak bisa menjelaskan kronologi aksi penganiayaan tersebut.
Kubu Prabowo menyebut kejadian itu terjadi pada 21 September 2018. Sedangkan, kubu SBY menyatakan kejadiannya pada 1 Oktober 2018. Hal ini tanpak ganjil, karena dari kedua kelompok yang mengkoar-koarkan kejadian ini justru tidak kompak dalam mengatur skenarionya.
Lucunya lagi, pihak oposisi justru menjadikan kasus Ratna Sarumpaet untuk menyerang pemerintah dengan menyebutkan bahwa penganiayaan itu dilakukan oleh oknum PKI. Ini jelas dagelan.