Kaget dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat melihat seorang anak usia kisaran 5 tahun di halte bus dekat sekolahan tiba-tiba seperti sulit bernapas dan agak kejang. Beberapa orang tua murid yang ada di sana segera menghampiri anak tersebut, saya pun sama. Kami bingung dan akhirnya ada guru yang datang dari arah gerbang sekolahan.
Ibu guru ini rupanya sudah tahu riwayat anak tersebut yang tak boleh dikasih sembarangan makanan karena punya riwayat alergi. Ternyata dari perbincangan para orang tua yang ada di situ, anak tersebut baru dikasih biscuit selai kacang dari temannya. Namanya anak ya? Mungkin tidak tahu kalau temannya itu menderita alergi.
Setelah kejadian itu, saya mencari tahu informasi soal alergi pada anak. Sefatal itu ternyata akibatnya jika tak cepat ditangani, bahkan bisa merenggut nyawa anak.
Menurut sumber yang saya baca, Alergi adalah respons tubuh yang abnormal (hipersensitif) terhadap bahan atau zat yang tidak berbahaya bagi tubuh (disebut allergen). Penyakit alergi dapat terjadi jika ada faktor genetic dan faktor alergen.
Rasa penasaran saya terjawab sepenuhnya dari paparan Dr. Molly Dumakuri Oktarina, SpA-K di kegiatan Danone Blogger Academy 3 yang saya ikuti di Bali pada akhir Bulan Agustus 2019 lalu.
Dr.Molly memberikan tema tentang pentingnya 1000 Hari Pertama Kehidupan terhadap Tatalaksana dan Pencegahan Alergi Susu Sapi.
Mengingat dampak alergi ini yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan anak secara fisik, mental dan kecerdasannya, maka diperlukan banyak sosialisasi tentang pencegahan dan cara mengatasi alergi ini terutama untuk alergi susu sapi pada anak. Karena anak rentan mengalami alergi susu sapi.
Agar tak terganggu pertumbuhannya, Dr.Molly menekankan pada optimalisasi 1000 Hari Pertama Kehudupan anak yang patut dijalankan dalam hal pemberian nutrisinya yang cukup. Periode emas yang harus difokuskan adalah pada masa anak di dalam kandungan hingga anak usia 2 tahun.
Karena pada periode emas anak ini, adalah masa pertumbuhan otak yang pesat dan berhubungan terhadap pertumbuhan anak secara keseluruhan. Diperlukan nutrisi yang baik dan cukup sesuai usianya.Â
Dengan memberikan sumber makanan dengan kecukupan DHA dan Omega 3 selama dalam masa kandungan, setelah lahir diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan seterusnya MPASI dan masih didampingi ASI hingga usia anak 2 tahun. Dilanjutkan susu pertumbuhan hingga anak remaja.
Nutrisi padsa periode emas jangan sampai terlewat sebab pertumbuhan pada periode tersebut jika diberikan kurang dari kecukupan nutrisi sesuai standarnya, di masa kehiudupan anak di masa depan tidak akan dapat diperbaiki lagi. Maka dari itu periode emas tidak akan terulang dan harus benar-bebar dipenuhi nutrisinya.
Selain kecukupan nutrisi, Dr.Molly juga menyarankan agar anak diberikan stimulasi dan pola pengasuhan yang tepat.
Anak dengan alergi susu sapi rentan terhadap malnutrisi sebab asupan nutrisi yang tak maksimal diakibatkan banyaknya makanan yang dipantang dan sumber nutrisi yang penting tidak masuk.
Dr.Molly menjelaskan bahwa Alergi Susu Sapi adalah Suatu reaksi yang tidak diinginkan yang diperantarai secara imunologis terhadap protein susu sapi.
Gejalanya bisa mengenai sistem pencernaan, kulit dan saluran napas yang akan selalu tumpang tindih. Biasanya terjadi ruam merah pada kulit, sistem metabolism tubuh kurang lancar dan terjadi sesak napas. Kondisi ini selain mengganggu juga menghambat pertumbuhan anak dari segi fisik dan mental.
Bahkan berdampak pada kondisi sosial ekonomi orangtua pengidap alergi susu sapi. Mengingat penanganan penyakit ini sangat memerlukan beberapa tahapan dan proses yang tidak singkat serta memerlukan biaya yang tak sedikit.
Dr.Molly menerangkan dua solusi penanganan Alergi Susu Sapi ini yaitu dengan cara Provokasi dan Eliminasi.
Cara Provokasi adalah membiarkan anak menerima protein susu sapi pada usia di atas satu tahun dengan syarat, kondisi anak fit dan tak afda reaksi alergi berlebihan terhadap protein susu tersebut dan harus selalu dikontrol dengan baik. Â
Sedangkan dengan cara Eliminasi,dengan menghindari produk-produk susu sapi beserta produk turunannya seperti yoghurt, keju, whey dan produk olahan lainnya. Sang ibu pun harus menghentikan minum susu sapid an produk turunan serta olahan tersebut dalam periode menyusui anaknya.
Alternatif lainnya saat dalam penanganan eliminasi ini, bisa dioptimalkan pemberian ASI, Susu Formula kedelai dan olahan yang diperhatikan komposisi pada labelnya.
Mengejutkan, fakta bahwa anak yang lahir dengan cara Caesar berpotensi alergi pada anak karena anak tidak melalui jalan lahir sehingga potensi mendapatkan bakteri baik dari jalan lahir ibunya tidak didapatkan, Kondisi ini membuat perkembangan bakteri baik terhambat.
Kesimpulan dari paparan Dr.Molly, bahwa mencegah alergi susu sapi pada anak dapat dimulai sejak anak dalam kandungan dengan mengoptimasikan 1000 Hari Pertama Kehidupan dan menghindari segala pemicu alergi terutama asap rokok.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI